'Sahabat baru? Bau tadi ia mengatakan kalau Kimberly adalah buruannya. Sekarang dia mengatakan kalau aku adalah sahabat barunya?'
Kimberly benar-benar tak menyukai pria ini. Kenapa dia harus bertemu dengannya.
"Aku tidak mengenalmu," ucap Kimberly.
"Kalau begitu akan lebih baik kalau kita berkenalan terlebih dahulu. Aku Nathan Drigory. Semua orang di kota ini tahu siapa aku," ucap Nathan.
Mata coklat nan jernih itu menatap tajam ke arah Kimberly. Tatapan yang sama sekali tak ramah.
"Nathan, kelasku akan dimulai. Keluarlah," ucap Profesor Grey.
Tatapan tajam Nathan yang semula ke arah Kimberly kini menatap ke arah Profesor Grey.
"Apa kau tak lihat kalau dia belum menyebutkan namanya?" ucap Nathan begitu serius.
"Kuberi kau waktu lima menit. Cepatlah," ucap Profesor Grey.
"Thank you," sahut Nathan yang kemudian kembali menatap Kimberly.
"Jadi siapa namamu, Nona?" tanya Nathan.
Kimberly merasa heran dengan situasi ini. Bagaimana bisa semua orang diam saja saat Kimberly diperlakukan seperti ini?
"Waktunya hanya lima menit. Kalau kau tak segera menjawabnya. Kau dan aku akan keluar dari kelas ini. Profesor Grey punya batas dua kali tak mengikuti kelas. Maka kau tak boleh mengikuti kelas ini satu semester."
"Kimberly!" ucap Kimberly seketika. Dan Nathan langsung tersenyum penuh kemenangan.
Nathan berdiri dan segera mendekati Profesor Grey. Ia berdiri di depannya dan menyilangkan kedua tangannya.
"Kau cukup berani, Profesor Grey," ucap Nathan.
"Aku tak peduli dengan keluarga Drigory. Kelasku adalah urusanku," ucap Profesor Grey taka kalah tajam menatap Nathan.
Keduanya saling menatap seolah terpancar sinar kebencian di kedua mata seseorang.
"Baiklah. Aku harus keluar. Selamat tinggal," ucap Nathan.
Nathan berlalu keluar meninggalkan kelas itu Profesor Grey. Dan orang-orang yang mengikuti Nathan segera pergi mengikuti Nathan.
Kimberly baru bisa bernapas lega setelah Nathan dan rombongannya pergi. Seketika Elena pindah ke kursi yang ditempatinya tadi.
"Kau kenal dengan Nathan Drigory?" tanya Elena.
"Tidak. Aku baru pindah ke kota ini kemarin. Aku tak mengenal siapa pun di sini," ucap Kimberly.
"Lalu kenapa dia menemuimu?" tanya Elena lagi penasaran.
"Aku juga tak tahu. Aku tak ingin tahu," sahut Kimberly. Ia masih tak percaya ini terjadi padanya.
"Kau tak tahu siapa dia?" tanya Elena sekali lagi membuat Kimberly semakin muak.
"Jika ingin mengobrol. Silakan keluar dari kelas ini. Aku tidak akan melarang!" Profesor Grey sepertinya mendengar suara Elena yang cukup berisik hingga Profesor Grey terganggu.
"I am sorry, Profesor Grey," ucap Elena.
"Dan kau!" ucap Profesor Grey seraya menunjuk ke arah Kimberly.
"Aku?" tanya Kimberly.
"Jangan berurusan dengan Nathan Drigory. Jika kau ingin hidupmu tenang," ucap Profesor Grey memperingatkan.
Kimberly menghela napas. Ia juga tak mau berurusan dengan orang itu. Namun sepertinya takdir berkata lain.
Mereka pun mengikuti kelas sastra Profesor Grey pagi itu.
***
Di sebuah ruangan besar nan elegan. Terdapat sebuah akuarium besar yang diisi oleh ikan jenis koi. Konon katanya, ikan jenis ini akan membawa keberuntungan.
"Tuan Drigory." Seorang pria botak mengenakan setelan jas hitam masuk ke dalam ruangan itu. Seorang pria gagah perkasa yang memakai setelan jas mewah tampak duduk elegan di atas kursinya.
"Kau sudah tahu, Black?" tanya pria yang dipanggil Tuan Drigory itu.
"Belum Tuan. Jimmy masih belum ditemukan," jawab pria botak bernama Black itu. Entah benar Black atau bukan. Yang jelas orang-orang memanggilnya begitu.
"Kau sudah menghubungi keluarga Peterson?" tanya Tuan Drigory.
"Mereka tak memberikan jawaban apa pun," ucap Black.
Raut wajah Tuan Drigory terlihat sangat gahar. Pria yang mungkin usianya sudah seperempat abad ini memang terkenal akan sosoknya yang tenang, namun mengerikan.
"Di mana anak keduaku?" tanya Tuan Drigory.
"Jonathan pergi kuliah hari ini," jawab Black.
"Awasi anak itu. Jangan sampai dia juga gila seperti kakaknya. Dia satu-satunya harapanku untuk meneruskan kerajaanku," ucap Tuan Drigory dengan ekspresi wajah yang tak bisa ditebak.
****
Kimberly selesai dengan kelasnya hari ini. Ia ingin segera pulang dan bersantai di rumah.
"Hei, Kim. Kau ingin jalan-jalan?" Elena yang juga berjalan keluar dari kelas. Ternyata mengikuti Kimberly.
"Oh, tidak. Aku harus segera pulang. Ibuku sendirian," ucap Kimberly.
"Apa ibumu lumpuh?" tanya Elena.
Kimberly menghentikan langkahnya. "Apa kau bilang?"
"Apa ibumu lumpuh? Kenapa kau harus menemaninya kalau dia sendirian?" tanya Elena tanpa peduli perasaan Kimberly.
"Sepertinya aku tak ingin menjawab pertanyaanmu!" ucap Kimberly kesal.
Kimberly berlalu begitu saja meninggalkan Elena. Bagaimana bisa Elena bertanya seperti itu.
"Sampah!" umpat Kimberly.
Elena sendiri tak mengerti kenapa Kimberly harus marah dengan perkataannya. Ia hanya bercanda berkata begitu.
Dengan kesal Kimberly berjalan keluar dari kampus. Sungguh tempat ini sangat besar. Ia sudah melangkahkan kaki sejak tadi, tapi tak juga sampai di depan kampus.
"Sialan!"
Kimberly tak terima dengan pertanyaan Elena. Ibunya adalah satu-satunya yang ia miliki saat ini. Ia sangat rapuh meskipun di depan Kimberly. Dia selalu terlihat ceria. Tapi Kim tahu kalau ibunya sangat terluka setelah kematian sang ayah.
Suara deru motor berderu saat Kimberly berjalan. Perasaan kesal Kimberly seketika berubah menjadi was-was. Ia tahu betul suara itu berasal dari mana.
"Hai, Kimberly!" sapa para pengen motor itu pada Kimberly.
Lagi-lagi gerombolan Nathan. Mereka bahkan mengendarai motor sambil mengitari Kimberly.
"Pergi! Aku ingin lewat!" pekik Kimberly.
"Pergi! Aku ingin lewat!" ucap mereka mengikuti ucapan Kimberly.
Kimberly benar-benar kesal. "Kalian merundungku?" pekik Kimberly.
"Hei, jaga mulutmu!" Suara seseorang yang sudah mulai akrab di telinga Kimberly terdengar jelas dari arah belakang.
Kimberly malas untuk menoleh. Tapi ia harus melakukannya. Nathan dengan motor gedhenya terlihat membonceng seorang wanita. Tapi tidak sama dengan wanita di kebun apel kemarin.
"Aku tak merundung siapa pun," ucap Nathan.
"Kalau begitu lepaskan aku. Aku tak ingin berurusan dengan kalian!" ucap Kimberly tegas.
"Naiklah," ucap Nathan.
"What?" Kimberly tak mengerti akan maksud ucapan Nathan.
"Bawa dia!" ucap Nathan.
Seorang anggota geng Nathan turun dari motornya. Ia segera menggiring Kimberly ke salah satu motor anggota geng itu.
"Apa yang kau lakukan. Lepaskan aku!" protes Kimberly.
"Bawa dia!" perintah Nathan yang kemudian berlalu dengan motornya.
Tentu saja Kimberly berusaha untuk berontak, tapi tenaga gadis itu sama sekali tak bisa melawan mereka. Alhasil, Kimberly hanya pasrah saat mereka membawa Kim pergi.
***
Rombongan Nathan membawa Kimberly ke sebuah gadung kosong yang letaknya tak Kimberly tahu. Ia sama sekali tak paham tempat ini. Dan apa maksud Nathan membawanya ke tempat ini.
"Turunlah. Naik ke atas," perintah Nathan.
Pria itu berjalan turun dari motor. Lantas masuk ke gedung kosong yang belum jadi itu.
Kimberly bingung. Ia takut dengan situasi ini. Melihat penampilannya. Sepertinya orang-orang ini bukan orang-orang baik.
Bersambung ....