Bayangan Rania tentang masa lalunya masih saja terngiang-ngiang di kepalanya. Bukan hanya kebahagian tapi yang lebih banyak tentang kesedihan dan penderitaan saja. Air matanya tak henti dia tumpahkan.
Tak tahu kapan semua penderitaan itu berakhir, karena sejatinya bayangan itu selalu hadir membayangi pikiran Rania. Meskipun mencoba melupakan, tapi dia tidak bisa menghapusnya.
Seperti halnya tentang bayangan yang menyedihkan pada saat Ayahnya kandungnya memaksa dia untuk membebaskan Kanaya dari penjara. Dia terus marah-marah kepada Rania karena menuding bahwa Rania sudah menjebak Kanaya. Dia mendatangi rumah ketika Alva tidak ada di rumah.
Pada saat itu baru saja Rania kembali dari luar Negeri, setelah berlibur bersama sang suami. Tidak ada sesuatu yang mereka lakukan selain hanya untuk membuat Rania bisa tersenyum kembali. Mereka orang-orang yang tahu keadaan Rania pasca keguguran, pasti akan berusaha sekuat tenaga untuk menghibur Rania.