Alva sudah tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Sebagai seorang suami laki-laki itu memilih untuk, dicap sebagai seorang pebisnis yang tidak bertanggung jawab daripada harus terus-terusan mencemaskan keberadaan istrinya yang sudah hampir satu setengah jam tidak juga kembali.
"Ayah," panggil Alva pelan.
Rifki yang sedang serius berbicara dengan rekan bisnisnya, langsung menoleh ke arah putranya. Dia juga sadar bahwa sampai detik ini menantu kesayangannya belum juga kembali. Rifki menganggukan kepalanya mengisyaratkan bahwa dia mengizinkan Alva untuk keluar.
Alva pun segera melangkahkan kakinya keluar sembari membungkuk, pertanda bahwa laki-laki itu menghormati rekan bisnis mereka.
Saat pintu ruangan Rifki dimuka, Alva langsung mengedarkan pandangannya. Dia memperhatikan seluruh ruangan untuk mencari istrinya. Hingga laki-laki itu tiba di sebuah toilet yang di mana ada keterangan bahwa toilet tersebut tidak bisa digunakan.
