Chereads / Jerat Cinta Tuan Muda Alva / Chapter 10 - Belanja

Chapter 10 - Belanja

Sepanjang perjalanan menuju mall. Hanya keheningan yang menyelimuti kedua orang itu. Mereka sama-sama larut dalam pikiran masing-masing.

Meskipun menyebalkan tingkat dewa, tapi baru Alva bos yang paling aman untuk Rania. Jadi Rania akan berusaha bertahan dengan laki-laki itu meskipun kesabarannya harus dijungkir balikan setiap saat.

Apalagi uang yang akan Rania dapatkan dari pekerjaannya bersama Alva saat ini, bukanlah dalam jumlah yang main-main. Untuk itulah Rania harus benar-benar memanfaatkan keadaan dan mengambil hati Alva agar tidak terlalu sinis padanya.

Sementara Alva sendiri , tampak ragu dengan sosok Rania. Melihat wanita itu yang tampak terus menyebalkan seharian ini, entah akan bisa bertahan berapa lama di perusahaannya.

Terserahlah! Yang panting Alva masih memiliki Kriss yang bisa dia repotkan setiap saat. Salah sendiri tidak bisa mencarikan sekretaris yang sempurna untuknya.

"Tuan, kita akan beli baju di mana?" tanya Rania heran karena Alva tak kunjung berhenti berjalan.

"Ikuti saja aku dan jangan banyak bertanya," sahut Alva ketus.

Rania langsung mengerucutkan bibirnya mendengar perkataan Alva yang menyebalkan. Kalau tak ingat Alva adalah bosnya, sudah pasti Rania akan menjitak kepada laki-laki di depannya itu.

Hingga ketika mereka sampai di gerai pakaian ternama, Rania tampak ragu-ragu untuk masuk. Gadis itu tahu benar berapa kisaran harga baju-baju di sana. Sukur-sukur kalau Alva mau membayarnya. Bagaimana kalau laki-laki itu malah akan membuat dompet miliknya menjerit.

"Heh, kenapa kamu malah diam saja di sana? Ayo cepat pilih pakaian yang sopan untuk kamu besok bekerja!" titah Alva tak suka melihat Rania malah diam mematung.

"Ta-tapi saya tidak punya uang sebanyak itu kalau harus berbelanja di sini, Tuan," jawab Rania gugup sembari meremas jemarinya.

"Hish, kau itu benar-benar pelit! Mau cantik kok enggak modal!" sinis Alva dengan senyum penuh cibiran.

"Uang saya hanya cukup untuk makan dan bukan untuk bergaya, Tuan. Saya lebih memilih perut kenyang penampilan udik dari pada penampilan gaya tapi perut keroncongan," sahut Rania tak terima Alva malah mencibirnya.

Lagi-lagi Alva berdecak masih dengan senyuman yang benar-benar menyebalkan.

"Kamu pikir saya tidak tahu tentang isi rekening mu?" tanya Alva membuat Rania langsung pucat pasi.

"Ma-maksud, Tuan?" tanya Rania tergagap.

"Huhft, sudahlah! Sebaiknya kamu tidak usah memikirkan masalah rekeningmu yang akan bobol itu karena saya pastikan tidak akan ada satu ribu pun uang yang keluar dari sana. Kamu belanja saja dan beritahu saya kalau sudah beres," titah Alva sembari menjatuhkan bobot tubuhnya di sofa yang disediakan di sana.

"Ma-maksudnya, Anda yang akan membayar belanjaan saya, Tuan?" tanya Rania masih belum percaya dengan pendengarannya.

"Hem," jawab Alva tanpa menoleh ke arah Rania dan asik dengan ponselnya.

Mendengar perkataan Alva yang akan mentraktirnya, gadis itu langsung bersorak kegirangan. Buru-buru Rania mengambil beberapa pasang baju dan menunjukannya pada Alva agar lelaki itu tidak marah lagi karena Rania salah pake baju.

Cukup sulit memang mencari pakaian yang menurut Alva cocok. Rania bahkan harus bolak-balik tak jelas.

Hingga pilihan Alva jatuh pada sepuluh pasang baju yang menurut Alva pas dipakai oleh Rania, barulah gadis itu bisa bernafas lega dan bebas dari hukumannya.

"Apa tidak akan ditambah lagi?" tanya Alva memastikan sebelum mereka melakukan pembayaran.

"Tidak, Tuan. Ini sudah lebih dari cukup," sahut Rania dengan senyum yang dipaksakan.

"Hem, baiklah."

Alva dan Rania pun berjalan beriringan menuju kasir. Setelah melakukan pembayaran, barulah mereka keluar dari gerai pakaian itu.

"Terimakasih sudah membelikan saya baju sebanyak ini, Tuan. Anda sangat sangat baik," ucap Rania tulus sari hatinya. Meskipun Alva tadi bertingkah menyebalkan, tapi saat laki-laki itu benar-benar membayar semua belanjaan Rania dengan uangnya sendiri, membuat kemarahan Rania menguap entah kemana.

"Sama-sama, Rania. Tapi ingat! Hanya tiga baju yang saya gratiskan untukmu, sisanya kamu bayar sendiri dengan cara mencicilnya saat gajian nanti," ucap Alva dengan begitu santai seolah tanpa dosa.

Sementara Rania yang mendengar perkataan Alva, langsung membulatkan mata tak percaya. Senyum yang tadi merekah di bibirnya saat melihat faverbag yang dia bawa, kini luntur seketika.

"Ma-maksud Tuan apa?" tanya Rania memastiakn takut kalau ternyata dia salah tangkap.

"Ternyata selain pelit kau itu budeg plus lelet juga ya. Jadi begini Rania, saya membelikan kamu tiga pasang baju sebagai hadiah. Tapi karena itu ada sepuluh, jadi sisanya kamu bayar sendiri! Saya juga enggak mau harus miskin karena mentraktir kamu belanja. Apalagi kelakuan kamu yang kalap saat belanja, benar-benar tidak baik untuk kesehatan dompet saya," sahut Alva semakin membuat mata melebar.

Sungguh, Rania tidak percaya dengan pendengarannya. Alva bukan hanya bos paling menyebalkan dalam hidup Rania, tapi juga paling super pelit.

"Astaga, Tuan. Saya kira Anda mentraktir saya belanja semua ini. Tapi kenapa akhirnya saya yang harus bayar?" tanya Rania penuh kekesalan.

"Heh, kamu kira saya ini suami kamu, apa? Untuk apa saya membelikan kamu baju sebanyak itu. Masih untung saya membelikan kamu baju tiga pasang. Padahal kamu tahu sendiri kan, harganya tidak murah? Gitu aja masih mendumel dan meminta lebih. Harusnya kamu itu bersukur punya bos sebaik saya bukan malah ingin memeras seperti ini!" gerutu Alva tanpa jeda.

Rania sampai menahan nafas penuh kekesalan karena kelakuan sang bos. Bisa-bisanya orang yang terlihat kalem seperti bosnya itu menjelma menjadi emak-emak. Benar-benar Keterlaluan!

"Heh, kenapa kamu malah diam saja? Kamu mengupat saya dalam hati, ya?" tuding Alva dengan tatapan tajamnya.

"Enggak, Tuan. Mana ada saya seperti itu. Tapi sepertinya saya akan mengembalikan baju ini saja karena saya rasa terlalu banyak. Saya ambil tiga pasang saja sesuai dengan yang Tuan Alva berikan," ucap Rania memilih ingin mengembalikan bajunya saja dari pada gajinya harus dikorteng.

"Ya sudah kembalikan sana kalau kamu memang sudah tidak punya kemaluan!" sahut Alva acuh.

"Malu, Tuan, bukan anu," koreksi Rania benar-benar merinding disko mendengar perkataan Alva.

"Hem, apa pun itu sama saja intinya! Sana cepat kembalikan kalau memang kamu sangat-sangat pelit. Saya tidak punya waktu untuk menunggu mu lagi!" ketus Alva sambil berjalan meninggalkan Rania.

Rania yang melihat kelakuan bos-nya, langsung menghela napas. Perintah yang barusan diucapkan Alva bukanlah dalam arti sebenarnya. Kalau Rania sampai berani mengembalikan pakaian yang susah ada ditangannya, sudah bisa dipastikan mulut Pedas Alva akan terus mengoceh untuk satu bulan ke depan.

Tak ingin membuat Alva lama menunggu, Rania segera berlari mengejar laki-laki itu yang sudah beberapa meter di depannya. Namun tiba-tiba ….

Greb!

Seorang wanita cantik tiba-tiba memeluk Alva hingga membuat Rania membulatkan mata.

"Kenapa kamu tidak bilang kalau di sini juga, Hem?" tanya Alva sambil mengelus pucuk kepala gadis itu.

Tentu pemandangan itu membuat Rania menghela napas sesak.

"Siapa wanita itu?"