Harusnya memang apa yang Daisy katakan di mobil tidak terlalu membuat Lexa terkejut. Melihat bagaimana kedekatan mereka di kantor saja harusnya cukup menjadi bukti nyata. Lexa mencoba untuk tetap tersenyum walau tidak bisa memungkiri hatinya juga sedih. Setidaknya, seorang wanita baik ada di sisi Vano cukup membuatnya lega. Tidak banyak yang Lexa katakan hingga mereka tiba di salah satu pusat perbelanjaan. Tempat yang selama ini belum pernah dia kunjungi.
Daisy tanpa sungkan sesekali mengenggam tangan Lexa dan membawanya masuk atau melangkah lebih cepat. Tentu saja dibanding kaki Daisy yang jenjang, langkahnya kalah jauh. Belum lagi dia suka hilang fokus kalau melihat barang-barang cantik di etalase toko. Hanya bisa berkhayal kapan dirinya bisa membeli barang-barang semahal itu tanpa melihat label harganya.