Sesampainya di kamar Maira, Ari meletakan tubuh Maira dengan perlahan di ranjang.
"Makasih ya Ri, lo sudah antar gw ke kamar. Lo emang teman yang pengertian," ucap Maira pada pria itu.
"Sama-sama, kalau gitu gw keluar ya? Selamat istirahat Mai," jawab Ari lalu ia melangkah meninggalkan kamar Maira.
Maira menatap punggung itu dengan tatapan bingung, lalu ia mengusap wajahnya kasar setelah tubuh Ari menghilang di balik pintu kamarnya.
"Iya Ri, selamat istirahat juga. Ahh lo bikin jantung gw maraton Ari! Bisa-bisanya bersikap lembut kayak gitu, kalau gw jatuh cinta gimana? Mau tanggung jawab lo? Dasar dodol!" omel Maira sambil berguling-guling di atas ranjangnya.
Bukan hanya Maira yang uring-uringan, tapi ternyata Ari sendiri pun gitu. Ia meninggalkan kamar Maira dengan cepat, lalu ia masuk ke kamarnya sendiri dan mengunci pintu. Ari duduk di tepi ranjang, lalu ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.