Chereads / Aku hapus ya, maaf semua. Next novel baru / Chapter 8 - 18. Putra Mahkota

Chapter 8 - 18. Putra Mahkota

"Lo sebenernya ada masalah apa sih bawa gue ke tempat kayak gini? Hah? Dateng dateng nodongin senjata, bawa gue ketemu singa ledig sekarang ngiket gue ditempat kumuh, ada masalah apa lo sama gue!" Kemarahan gadis itu nampaknya memuncak, sudah seperti anak singa yang menggemaskan ketika mengaung.

Kalau saja tangan dan kakinya tidak diikat, sudah dipastikan gadis itu sekarang ini sedang asik menggaruk wajah sok tampan Jenderal Lee Zou dengan kukunya yang sudah panjang panjang.

"Cih, harusnya aku yang bertanya. Untuk apa kau berada dihutan wilayah kami? Manusia dan apapun itu selain dari negeri kami, tidak akan kami biarkan hidup ataupun pulang dengan selamat. Harusnya kau bersyukur karena Yang Mulia Putra Makhota tidak membunuhmu ditempat!" Balas Lee Zou.

"Udah gue bilang gue tersesat, babi! Dilembutin salah, dikasarin salah. Mau lo apa sekarang!" Zeanly sudah muak dengan semua akting disini.

Lee Zou melangkah mendekat, senyumannya menyungging tipis, "Mudah, pertama kau harus menjawab semua pertanyaanku dengan jujur. Kedua, jika kau dibebaskan maka kau harus rela menjadi budak pelayan di kediamanku. Ketiga, kau harus menjadi mata mata untuk negeri ice. Keempat, kau harus tunduk pada negeri ice, terkhusus padaku. Kelima, jangan pernah melanggar janjimu. Keenam-"

"Awkwkskswskswks cukup!" Sela Zeanly berbicara melantur.

"Ada apa dengan bibirmu itu? Skskswksk," tanya Lee Zou.

Zeanly sangat gemas, selain telinganya yang mirip Alien, pria itu juga dongo. Apalagi ditambah pemandangan ekspresi ketiga curut pelangi dibelakang Jenderal Zou. Mula melongo, ada juga yang asik menepak nyamuk.

"Tadi lo bilang mudah, tapi apa? Ada enam hal yang udah lo sebut. Kau kau … " Zeanly kesal.

'Suiingg …'

Pedang dikeluarkan dari sangkarnya, ditodongkan tepat didepan mata gadis itu. Zeanly diam, hampir sama ia meneruskan perkataannya.

"Aku bukan orang yang sabar untuk menghadapi gadis bodoh sepertimu, jika bukan karena yang mulia putra mahkota pasti aku sudah menghabisimu sedari awal," ujar Jenderal Zou.

Zeanly menetralkan nafasnya yang memburu, detak jantungnya berhenti sesaat terasa berat. Ouh shit, sekarang entah kemana perginya nyali gadis itu tadi.

"Ahhha ... Iya, aku hanya bercanda Tuan ahha ..." Sahut Zeanly tertawa garing.

Pedang itu madih didepan wajahnya, terpaksa Zeanly merubah wajah galaknya jadi memelas, "Ahhha ... Tuan, apa pedangmu itu nyata?" Tanya Zeanly tertawa kecil.

"Apa harus aku menyayat wajah cantikmu itu dulu Nonna, untuk membuktikan jika pedang ini asli bagimu?" Sahut Jendral Zou menaikan alisnya sebelah.

'Sial, orang orang disini semuanya menyeramkan,' ujar Zeanly dalam hati.

**

Zeanly diseret ketengah tengah tempat beratap terbuka, di depan dan dibawah tempat tersebut adalah danau yang sangat luas dan megah.

Danau ini sangatlah mewah dengan desain perumahan terbuka yang klasik. Sangat menakjubkan, hampir sama dengan kemegahan kolam berenang Presiden dimasa depan.

"Mau dibawa kemana aku?" Zeanly berubah panik segera melepas ikatan di tangannya, ia terus dipaksa dan diseret dan sampai ditengah tengah atap danau.

"Yang mulia, Jenderal Zou telah datang," ucap kasim disamping putra mahkota.

Disana hanya ada dua orang yang menunggu, pangeran putra mahkota dan seorang kasim biasa. Jenderal Zou menyeret Zeanly sampai dihadapan putra mahkota.

"Salam yang mulia putra mahkota, saya telah membawa orang ini kehadapan yang mulia. Dia sama sekali tidak mengakui siapa dirinya, saya harap yang mulia membiarkan saya membunuh gadis ini," ucap Jenderal itu tak sabaran.

"Sshhutt ... Sopanlah padaku Jenderal Lee Zou." Sahut Pangeran Putra Mahkota dengan nada sindiran.

"Maafkan hamba yang mulia, saya tidak bermaksud," balas Jenderal Lee Zou buru buru menunduk hormat.

Zeanly melihat interaksi kedia pria itu aneh, apa harus seperti itu tata bicara jaman dulu? Berbeda sekali dengan tata bicata di jamannya, semua orang bahkan sudah tak peduli sapaan salam ataupun panggilan membedakan orang yang lebih tua ataupun lebih muda.

"Yaa … Siapa gadis ini? Apalah boleh pangeran ini mengenalmu?" Pangeran itu menatapnya.

Zeanly memalingkan wajahnya kesal, andai saja ia tak diikat ia pasti akan kabur secepatnya.

"Jawablah, sebelum kau ku tebas sampai mati sekarang juga," bisik Jenderal Lee Zou dibelakang Zeanly dengan isyarat tatapannya.

Mendengar hal merinding itu membuat buku kuduknya berdiri ngeri, ia pasti akan mati tapi tidak ingin dengan cara memisahkan kepala dari tubuhnya. Semua orang harus tahu jika Zeanly adalah gadis dengan kecantikan yang paripurna.

"Sa-Saya Zeanly Pangeran. Saya hanya orang biasa yang tersesat dihutan," jawabnya menunduk.

"Manusia?" Tanya pangeran putra mahkota.

Zeanly mendongak, apa yang dikatakan pria itu? Tentu saja dirinya manusia. Karena malas berdebat, Zeanly menganggukinya.

"Jika kau manusia maka buktikan," ujar Pangeran bodoh itu.

Itu semakin membuat Zeanly kebingungan, memangnya apa yang bisa dilakukan manusia biasa sepertinya? Terbang?

"Tapi … Bagaimana caranya pangeran?" Tanya Zeanly polos.

Pangeran putra mahkota hanya diam sambil tersenyum tipis, yang Zeanly duga pasti lelaki itu sedang berpikir lebih dari satu macam tentangnya.

'Apa yang dilihat pangeran bodoh itu?' Batin Zeanly.

Sedangkan pangeran putra mahkota merasakan yang berbeda, ia sama sekali tak bisa membaca pikiran gadis didepannya.

"Aku tidak yakin kau manusia biasa. Kasim Hong! Periksa dia, apa dia sejenis peri dari negeri api?" Ujar Pangeran puta mahkota.

"Baik yang mulia," sahut kasim Hong. Kemudian berjalan menghampiri Zeanly yang kaki dan tangannya masih terikat rantai.

"Tatap mataku!" Suruh si kasim pada Zeanly.

Zeanly yang disentak tiba tiba spontan saja mengerutkan dahi, enak saja pria tua itu memerintahnya. Memangnya siapa dia? Ojan si mata panda?

"Tidak mau!" Tolak Zeanly mentah mentah, tapi tetap saja matanya mengarah pada pria tua itu.

Sesaat kemudian Zeanly merasa pria itu mengamati kedua bola matanya dalam, 'Muka gue kenapa sih? Apa jangan jangan tua bangka itu naksir lagi sama gue?' Memikirkannya sudah membuat Zeanly bergedik ngeri.

Kasim memejamkan matanya, ia kemudian berjalan dan kembali ketempatnya semula. Dengan menunduk hormat, kasim itu menyampaikan.

"Dia hanya manusia biasa pangeran, saya tidak melihat elemen apapun dalam matanya," ucap kasim.

Pangeran putra mahkota mengangguk, lalu menatap Zeanly seksama, "Artinya kau manusia?" Tanya-nya.

'Apa harus gue geledah dulu dada gue terus gue belek, cabut jantung terus kasih kedia?' Zeanly benar benar jengkel.

"Kalau begitu, dengan siapa kau tersesat di hutan? Dari mana asalmu?" Tanya Pangeran putra mahkota.

Zeanly tersenyum akhirnya, sepertinya dia harus sabar untuk beberapa waktu kedepan, "Sekali lagi saya tegaskan, saya Zeanly pergi ke hutan menemani kekasih saya berburu, tapi saat di perjalanan kami berdua terpisah. Terus tiba tiba saja Jenderal kurang ajar pangeran ini menodongkan senjata pada saya, sampai saya berada disini," jelas Zeanly.

Jenderal Zou tampak menatap tajam pada Zeanly, tapi sepertinya gadis itu tak takut. Pangeran putra mahkota memperhatikan gadis itu sejenak, akan ada keberuntungan jika dia melepaskannya dengan beberapa syarat, pikir pangeran.

"Boleh ku tahu siapa kekasihmu itu?"