Chereads / Aku hapus ya, maaf semua. Next novel baru / Chapter 9 - 19. Penjara Selatan

Chapter 9 - 19. Penjara Selatan

Zeanly diam, saat ditanya siapa kekasihnya. Tentu saja ia tak bisa menjawab asal jeplak, sedangkan mereka saat ini tengah menyamar. Kalau sampai ketahuan berbohong, pasti dirinya akan dijatuhi hukuman mati.

"Kenapa anda tidak menjawab? Jawablah pertanyaan pangeran putra mahkota. Anda ini sangat tidak sopan," komentar kasim.

'Diam kau kasim bodoh, lo gak tahu posisi gue sekarang!' Ingin sekali Zeanly mengatakan hal itu di depan wajah orang itu, banyak sekali mencari muka.

"Namanya Cha-Cha …"

"Cha apa? Namanya Caca?" Tanya Pangeran digelak tawai kasim.

Jenderal Zou yang merasa gadis itu dipojokan pun tak perduli, ia justru menunggu pangeram itu menyuruhnya pergi saja.

"Chayeong, Pangeran." Jawab Zeanly.

Pangeran putra mahkota mengangguk, "Jenderal Zou!" Panggil Pangeran.

"Hamba, yang mulia?" Sahut Jenderal.

"Cari orang yang bernama Chayeong segera, aku yakin manusia itu masih disekitar hutan kita," suruh Pangeran diangguki Jenderal Lee Zou.

"Segera yang mulia, saya pamit undur diri," sahut Jenderal Zou berjalan pergi, 'Akhirnya aku pergi dari sini,' batinnya lega.

Zeanly yang melihat Jenderal itu pergi hanya bisa mengutuk kesal, kalau seperti ini ia semakin dalam bahaya.

"Ada apa dengan wajahmu, gadis lemah?" Tanya Pangeran heran.

"Tidak apa yang mulia," jawab Zeanly pasrah.

Singkat waktu, dirinya dikembalikan ke penjara. Bedanya sekarang terlihat lebih ramai, para prajurit penjaga sudah berkumpul disana.

Zeanly yang diikat ditangannya sudah diganti dengan ikatan tali biasa entah sejak kapan, malam ini sudah hampir pagi. Perutnya keroncongan, belum diisi dari kemarin siang.

"Hey, pak tua!" Panggil Zeanly.

Yang dipanggil menatap Zeanly garang, "Gak usah galak galak, laper nih mau makan dong," ucap Zeanly mengibaskan tangannya ke arah wajah, kepanasan.

Pak Tua itu menyedekapkan tangannya di dada, "Kau siapa berani menyuruhku? Tunggu sampai matahari terbit, nanti akan ada dayang memberikan makanan untukmu," ucapnya. "Dasar anak kecil," dengusnya pelan.

"Aku bukan anak kecil paman, aku Zeanly." Gadis itu malah copslay jadi sound kartun anak anak.

"Sudahlah diam!" Sahut pak tua itu galak.

"Ish galak kali-lah orang itu," cicit Zeanly mengerucutkan bibirnya.

Karena bosan dan lapar, ditambah penjara yang sudah sepi. Zeanly berjalan dan melepas ikatan di kaki dan tangannya dengan mudah tanpa dosa. Ia duduk di meja kayu yang lebar tempat prajurit tadi main gapleh.

"Bosan sekali," ucapnya.

Zeanly menendang angin dengan gabut, menangkup kedua pipinya yang gemoy. Orang orang dipenjara itu melihat Zeanly aneh, bagaimana bisa dia melepaskan ikatan dengan mudah?

"Gadis itu aneh sekali, apa kau tadi melihatnya?" Tanya salah satu tahanan dipenjara.

Teman tahanannya mengangguk mengiyakan, "Iya, sepertinya dia manusia. Kalau titan seperti kita mana mungkin bisa melepas tali mantra yang dibuat pangeran.

"Bodohnya lagi dia bukannya kabur, malah berdiam diri di penjara," sahut prajurit itu yang sama bodohnya, sudah tahu tawanan tengah bersantai tanpa ikatan dan hanya bisa bergosip.

Plasback ...

Pangeran putra mahkota mengantarnya ke penjara bersama kasim, tengah sibuk memantrai tali pengikat ditangan dan kaki gadis itu.

"Selesai, mantra ini tidak akan bisa lepas jika seorang titan hendak melepasnya," Pangeran.

Plasback of.

"Mungkin Pangeran lupa kalau dia manusia," bisik tahanan itu.

"Atau mungkin pangeran tidak tahu?" bisik temannya dibalas gelengan kepala.

Sedangkan Zeanly yang kelaparan mulai memperhatikan seisi penjara, banyak tahanan yang menatapnya minta dilepaskan. Zeanly memutar bola mata malas, tatapan mereka seperti anak anjing yang minta dilepaskan segera.

Ditempat lain, Pangeran Putra mahkota yang sedang tidur pulas harus rela dibangunkan dipagi buta oleh kasim Hong.

'Tok tok tok'

Ketukan pintu itu terdengar, tapi sepertinya pangeran yang sedang asik terlelap itu tak mendengarnya. Justru yang terbangun adalah wanita dengan hanbok putih tipis, wanita cantik dan putih itu menghampiri pintu dan membuka.

"Ada apa kasim Hong? Apa kau punya sopan santun untuk mengetuk pintu di pagi buta seperti ini?" Tanya Wanita itu.

"Maafkan saya selir Baek Hee. Saya harus menyampaikan berita ini pada Putra mahkota." Jawab Kasim Hong seakan dikejar baru saja dikejar hantu.

"Tidak sekarang, pergilah. Besok pagi saat matahari terbit baru kau bisa mengunjungi putra mahkota." Tolak selir Baek Hee.

Kasim Hong tak bisa melawan selir Baek Hee karena pangkatnya yang penting bagi putra mahkota. Wajah awalnya yang memelas tiba tiba berubah menjadi ceria.

"Oh Pangeran!" Ujar Kasim Hong melihat arah belakang Selir Baek Hee.

"Ada apa ini Kasim Hong?" Sahur Putra mahkota yang sudah terbangun dari tidurnya.

Selir Baek Hee tersadar pangeran tampannya itu sudah berada dibelakangnya, lalu sedikit geser untuk memberi hormat pada pangeran putra mahkota.

"Ada kecelakaan dipenjaran selatan, Pangeran." Ujar Kasim Hong dengan raut wajah menyesal.

"Kecelakaan apa?"

"Semua tahanan disana terbebas dan saat ini berhamburan kabur, saya tidak tahu siapa yang membebaskan mereka. Para prajurit penjaga disana juga sudah babak belur dan pingsan karena ulah tahanan yang memberontak," ungkap kasim Hong menunduk hormat, berharap ia tak mendapat masalah karena ini.

"APA!" Teriak putra mahkota melototkan mata. "Bagaimana bisa tahanan itu kabur? Hah!" Amarah Pangeram Putra Mahkota.

"Tugas penyelidik belum selesai Pangeran, tidak ada yang tahu kejadian aslinya seperti apa," jawab kasim Hong.

"Selir Baek Hee! Siapkan jubah bangsawan-ku, sekarang kita ke penjara selatan kasim Hong!"

"Yee, yang mulia." Sahut Selir Baek Hee segera menyiapkan jubah putra mahkota.

Singkat waktu mereka berdua sudah berada di penjara selatan, banyak sekali prajurit yang tengah diobati karena babak belur melawan ratusan tahanan yang kabur.

Apalagi tempat ini sudah seperti diancang gempa bumi. Berantakan dan porak poranda, pangeran itu ingin sekali menghukum orang yang sudah berani merencanakan ini semua.

"Pangeran, satupun tahanan tidak ada yang tersisa. Semuanya kabur, saat ini masih tahap pencarian oleh jenderal Lee Zou." Jelas Kasim Hong.

"Aku tahu, tapi siapa yang membantu semua tahanan itu untuk lepas dari penjara?" Kesal Pangeran itu pusing memikirkan hal tersebut.

Semua orang tahu jika tidak ada yang bisa kabur dari penjara selatan, penjara itu di pimpin langsung keamanannya oleh pangeran putra mahkota. Bahkan sihir terluat sekalipun tidak akan bisa melepaskan diri dari kuatnya kultivasi putra mahkota.

"Menurutmu, siapa Kasim Hong?" Tanya Pangeran Putra Mahkota.

Kasim Hong ikut berpikir, sejenak keduanya sibuk dengan pikiran masing masing. Sampai salah satu di antara keduanya tersadar akan sesuatu yang fatal.

"Apakah manusia itu Pangeran?" Tebak kasim Hong.

Pangeran itu ikut tersadar kesalahannya sekarang, ia lupa malah memberikan sihir mantra di tali pengikat gadis itu. Tentu saja gadis itu akan mudah melepaskan diri, karena dia bukanlah sejenis titan ataupun peri.

"Maksudnya tahanan yang bernama Zeanly?" Ungkapan Pangeran diangguki setuju oleh kasim Hong.

"Kalau begitu tunggu apa lagi? Tangkap dia sebelum pergi terlalu jauh! Cari dimana dia sekarang!" Marah Pangeran lalu melangkah pergi keluar dari area penjara.

Di tempat lain, Zeanly yang tanpa berdosa tengah memanjat pohon apel yang tinggi dan duduk di dahannya. Sambil menggigit apel hijau, dia menikmati pemandangan danau biru di depannya.

Suasananya kali ini sangatlah dingin dan sepi, di ujung danau sana sepertinya matahari malu malu untuk terbit.

Tanpa punya masalah ia dengan enteng hikmat memakan apel hijaunya. Tak tahu pohon apel siapa ini, tapi dibelakang Zeanly sana terlihat istana yang terbuat dari ice sangatlah megah. Mirip seperti istana yang dibuat Putri Elsa di film film.

Gadis itu sepertinya tak tahu apa yang terjadi di istana karena ulahnya. Sedangkan dibawah pohon sana terlihat tiga lelaki tampan dengan hanbok warna warni terduduk ikut memakan apel.

"Sekarang kau mau kemana, Zeanly?" Tanya Kai si hanbok biru.

"Iya, mau pergi cari kekasihmu itu atau pulang ke wilayah manusia?" Hyunjin menyindir.

"Dia tidak bisa pergi dulu, dia kan punya hutang budi pada kita," sela Eun Wo.

"Kau benar juga Eun Wo." Sahut Hyunjin bangga dengan apresiasi sodaranya itu.

Zeanly mengedikan bahu tak tahu, "Gue juga gak tahu, pengen pulang tapi gak tahu caranya," sahut Zeanly.

Hyunjin mendongak ke atas, dimana Zeanly duduk santai disana, "Kau tinggal menyewa pekusir kuda saja untuk pulang, bilangnya mau pulang ke wilayah manusia. Disana nanti kau turun dan naik lagi kereta baru, bilang arah tujuanmu nanti kau akan diantarkan kerumahmu." jelas Hyunjin.

Zeanly mengangguk, "Ya, gue tahu soal itu. Tapi pasalnya rumah gue jauh, gak akan bisa ditempuh dengan jalan kaki ataupun kereta kuda," jawabnya lesu.

Eun Wo dan kedua temannya tak mengerti, sama sama mendongak ke atas, "Apa kau bisa turun dulu? Leherku sakit sekali setiap menengok ke atas," ujar Kai.

Zeanly melirik mereka dibawah sana dan nyengir kuda. Ia mengangguk mengerti dan segera turun dari atas pohon, sengaja ia melemparkan banyak buah apel untuk bekalnya.

"Aduh!" Eun Wo mengaduh sakit saat salah satu buah apel mengenai wajahnya.

Hyunjin dan Kai tertawa melihat nasib teman mereka. Sedangkan Eun Wo mendelik kesal, melirik Zeanly yang baru saja memungut apel apelnya.

Gadis itu duduk diantara mereka, memakan apel sambil melirik Eum Wo yang mendelik padanya, "Kenapa lo?" Tanya Zeanly merasa tak berdosa.

Eun Wo mendengus dan lanjut memakan apelnya, kesal sekali tapi malas berdebat, itulah laki laki. Tak seperti Zeanly sekarang, menatap laki laki itu bingung sambil menggerogoti buah apelnya.

"Ouh iya Zean, apa aku boleh bertanya padamu?" Ijin Hyunjin.