"Pak Michael?" Panggil Azalea pada seorang lelaki yang merupakan Supervisornya sendiri.
"Eh, ada Azalea. Masuk dulu manis. Terserah kamu mau duduk dimana. Di pangkuan saya juga boleh."
Mimik wajah Michael berubah 180⁰ saat lelaki itu berbicara dengan Azalea.
Azalea mengakui jika Michael sendiri merupakan seorang lelaki yang sangat pandai dalam mengatur ekspresi. Saat ada rekan kerja ataupun bawahannya yang lain, mana mungkin lelaki itu berbicara dengan nada bicara yang genit seperti itu.
Azalea sebenarnya sudah muak bertemu dengan lelaki palsu itu, tapi mau bagaimana lagi, Azalea masih belum menemukan batu loncatan lain. Orang bodoh yang mau ia poroti dan kebetulan Michael sesuai dengan kriterianya. Bukan dari segi tampang dan usia tentunya, melainkan dari isi dompetnya.
"Saya mau disini saja. Ada hal yang ingin saya tanyakan pada anda." Sahut Azalea yang kelewat datar, tidak seperti biasanya wanita itu dalam menyahuti perkataan Michael.
Air muka Michael langsung berubah, sangat terlihat jelas lelaki itu tidak suka dengan sahutan Azalea padanya yang terkesan terlalu formal, terlihat dari cara wanita itu dalam memanggil nama Michael dengan sebutan anda.
"Sejak kapan hubungan kita berdua menjadi begitu formal seperti ini, manis. Ayo, kemarilah! Buat dirimu rileks dengan duduk di sampingku."
Hanya sekejap Michael memperlihatkan mimik wajah tak senangnya sebelumnya kembali lagi menjadi pria hidung belang yang suka mengagungkan jabatannya.
"To the point saja. Saya ingin bertanya pada anda kenapa Ara bisa di PHK dari perusahaan ini? Padahal anda tahu sendiri jika Ara adalah satu-satunya teman yang saya miliki disini. Keputusan anda membuat saya menjadi tidak betah untuk melanjutkan pekerjaan ini." Ucap Azalea langsung ke inti pembicaraan.
Seketika mulut Michael terbuka dan tertutup layaknya seekor ikan yang kekurangan air.
"Maksudnya kamu mau resign?" Tanya Michael dan kemudian disusul dengan suara tawa yang membahana.
"Ha-ha-ha! Persahabatan kalian membuat saya terharu. Tapi ingat anak manis. Ini adalah dunia kerja dan bukannya kerja kelompok. Kau tidak bisa saling bahu membahu disini. Atau kau sendiri yang akan didepak untuk keluar." Ucap Michael tersenyum culas.
"Tapi kenapa?" Tanya Azalea masih tetap kekeuh meminta penjelasan kepada Michael mengapa perusahaan dengan teganya memberhentikan Azalea.
"Huft!"
Michael terlihat menghirup napas dalam sebelum memberikan penjelasan paling logis yang bisa diterima oleh Azalea.
"Perekonomian perusahaan sedang tidak baik-baik saja dan orang dari kalangan atas memberi titah untuk mendepak karyawan yang kinerjanya kurang baik." Ucap Michael memberi alasan.
"Jika memang seperti itu alasannya, kenapa harus Ara? Kenapa tidak saya saja yang sudah terang-terangan tidak bisa bekerja?" Ucap Azalea menuntut jawaban.
"Jawabannya sangat simple. Karena kamu masih bisa saya manfaatkan. Tidak seperti teman dekatmu yang sepertinya alergi dengan pria dan sama sekali tak bisa saya sentuh. Apakah penjelasan dari saya cukup untuk memuaskan rasa penasaranmu?" Ucap Michael berbalik tanya pada Azalea.
Sedangkan dada wanita itu sudah bergemuruh saking kuatnya ia menahan emosi yang sebentar lagi akan meledak.
Sudah dari lama Azalea memanfaatkan tubuh sintal miliknya untuk menggaet perhatian dari kaum Adam. Jika ditanya apa alasannya, tentu saja untuk mengambil sedikit pundi-pundi rupiah mereka yang Azalea nilai mendapat jatah terlalu banyak. Namun baru kali ini wanita itu tersinggung dan mulai berpikir jika apa yang ia lakukan benar-benar kotor.
"Ucapan anda membuat saya berpikir untuk resign saja dari perusahaan ini." Ucap Azalea dengan berani. Padahal wanita itu tak bisa hidup jauh-jauh dari uang. Bodoh memang.
"Ha-ha-ha! Kau kira kau bisa melakukannya? Jangan mengambil keputusan saat sedang emosi, hasilnya tak akan baik. Dan aku sangat mengenalmu dengan baik. Kau tidak bisa jauh-jauh dari kata uang, 'kan?" Ucap Michael santai. Lelaki itu sama sekali tak percaya jika Azalea akan mengambil keputusan sebesar itu tanpa pertimbangan yang matang.
"Siapa bilang saya tidak berani untuk melakukannya?" Jawab Azalea meremehkan statement Michael.
"So? Tunggu apa lagi? Kau bisa langsung pergi dari sini jika itu memang maumu." Michael masih saja meremehkan Azalea. Lelaki itu berpikir jika wanita itu tidak akan berani untuk resign dari perusahaan ini.
"Jika itu memang kemauan anda, baiklah! Dengan senang hati akan saya turuti." Ucap Azalea seraya berderap pergi dari sana. Tak lupa wanita itu menutup pintu dengan kuat. Masa bodoh jika hal itu bisa membuat pintu itu roboh sekalipun.
"Dia pikir perusahaan ini satu-satunya tempat dimana aku bisa mencari uang apa? Dia tidak kenal dengan yang namanya Azalea, ya?" Ucap Azalea berbicara sendiri di sepanjang lorong serta mengibaskan rambutnya yang panjang.
Sekarang waktu masih menunjukkan pukul 12 siang, namun Azalea sudah sangat malas untuk melanjutkan harinya di perusahaan ini lagi.
Ara bagaikan separuh jiwanya, meskipun kedua wanita berisik itu selalu bertengkar saat bertemu, tapi yakinlah, jika hal itu yang membuat Azalea merindukan kegilaan wanita itu.
Jika di perusahaan ini tidak ada Ara lagi, lalu untuk apa Azalea tetap memaksakan diri untuk bertahan di tempat ini?
Tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore, itu artinya Azalea bisa terkena sudah pulang ke rumahnya sendiri.
"Halo Azalea! Mau pulang bersamaku?" Tanya seorang lelaki saat berpapasan dengan Azalea.
Azalea mengerutkan alisnya dalam, bahkan wanita itu tidak mengenal siapa sosok lelaki yang baru saja mengajaknya bicara dan bisa-bisanya lelaki itu sudah mau mengajak Azalea untuk pulang bersama.
"Berani sekali cecunguk satu ini!" Gerutu Azalea dalam hatinya.
Namun tak lama setelah itu sudut bibir Azalea terangkat tipis saat benaknya sudah memikirkan ide yang cukup cemerlang.
"Memangnya kau mau mengantarku pulang naik apa?" Ucap Azalea mengangkat dagunya sebagai gesture pongah.
Sudah menjadi rahasia umum jika Azalea merupakan wanita yang bisa diajak kencan oleh lelaki random, namun tentu saja lelaki itu harus merogoh kantong yang cukup dalam untuk mengajak Azalea.
Mendapatkan pertanyaan yang tidak terduga seperti itu, membuat lelaki itu mengusap tengkuknya sendiri karena rasa kikuk. Padahal lelaki itu sudah percaya diri jika Azalea mau diajak pulang bersama karena merasa jika uang di rekeningnya cukup untuk membuat wanita itu terperangah, namun siapa yang menyangka jika pertanyaan dari Azalea malah di luar perkiraannya.
"Aku memang masih belum memiliki mobil sendiri, tapi aku yakin jika kau tidak akan kecewa saat melihat tungganganku." Ucap lelaki itu nyaris putus asa saat mengatakannya, karena terlihat jelas Azalea menolak ajakan lelaki itu.
Azalea mengangkat kedua alisnya tinggi-tinggi sebagai respon.
"Tapi kau tak sendiri jika aku tidak pernah menerima ajakan lelaki yang dari tunggangannya saja sudah membuatku ilfeel." Ucap Azalea seraya pergi dari hadapan lelaki itu.