Chereads / Gold Digger / Chapter 3 - 3. Namanya Aaron

Chapter 3 - 3. Namanya Aaron

"Ugh! Akhirnya selesai juga!"

Karena terlalu fokus memperhatikan makhluk Tuhan yang terlihat seksi meskipun sedang bergelut dengan ban dan juga peralatan dongkrak, Azalea tak sadar jika lelaki itu sudah menyelesaikan tugasnya. Wanita itu baru tersadar saat mendengar seruan penuh kelegaan yang keluar dari bibir lelaki itu.

"Sial! Untuk apa dia mendesah segala, sich?! Jadi hilang fokus, 'kan!" Gerutu Azalea yang tentunya hanya dalam hatinya semata.

"Ah, iya! Terimakasih banyak." Ucap Azalea pada seorang pahlawan yang ia temui hari ini.

"Kembali," Sahut lelaki itu singkat.

"Oh My God! Dia ini karismatik sekali! Sengaja menjawab ucapan terimakasih dariku dengan jawaban yang sangat singkat. Apakah ini sebuah pancingan darinya supaya aku yang mencari bahan obrolan?"

Dewi jablay dalam diri Azalea mulai memberontak. Ia adalah wanita yang tak bisa mengacuhkan makhluk berkelamin jantan begitu saja, apalagi yang semenggoda ini.

"Tidak bisa begini." Ucap Azalea yang direspon oleh lelaki itu dengan menaikkan sebelah alisnya untuk menanyakan maksud dari perkataan wanita itu.

"Maksudnya, saya tidak terbiasa berhutang budi pada orang lain, apalagi seseorang yang tidak saya kenal. Sangat membuat perasaan saya tidak nyaman."

"Nice shot, Azalea!" Ucap suara dalam diri Azalea.

"Sama sekali tidak masalah. Semua orang juga tidak ingin terkena musibah. Jadi singkirkan saja perasaan tak nyaman itu."

Azalea langsung lemas mendengar jawaban yang diberikan oleh lelaki itu. Baru pertama kali ini Azalea membutuhkan effort lebih untuk menarik perhatian kaum hawa.

Apakah lelaki itu buta?

Tidak lihatkah ia pancaran mata Azalea yang mendamba ingin mengenal lelaki itu lebih dekat?

Ataukah lelaki itu sama sekali tidak merasa tertarik dengan lekukan tubuh Azalea yang mengalahkan tikungan jalan paling curam?

Jika memang iya, bodoh sekali manusia di hadapan Azalea ini.

"Tidak! Tidak bisa! Jangan membuatku berhutang budi dan merasa berdosa karena telah merepotkan anda seperti ini."

Cuih!

Jangan percaya dengan kata-kata Azalea.

Wanita yang konon katanya memegang agama muslim itu saja kurang taat dalam menjalankan perintah-Nya.

Lelaki itu terlihat menarik napas dalam. Sepertinya ia sudah lelah untuk berdebat dengan seorang makhluk yang katanya akan selalu menang dalam beradu argument.

"Baiklah, kau ingin saya bagaimana? Saya ada urusan lain dan kuharap kau tidak menghambat jalanku lebih lama." Ucap lelaki itu.

"Oh! Ternyata dia adalah tipe lelaki sok cuek serta malu-malu kucing yang harus dipancing terlebih dahulu baru mau, ya?" Batin Azalea dalam hatinya merasa kegirangan.

"Hmm, sebuah traktiran, maybe." Ucap Azalea.

"Baiklah, tapi mungkin lain kali karena saat ini saya ingin benar-benar tidak punya waktu. Ini kartu namaku. Kau bisa kapan saja menghubungiku jika ingin mentraktirku. Tapi satu hal yang perlu di garis bawahi, jika saya tidak benar-benar menginginkan traktiran dari seorang wanita. Sangat tidak etis sama sekali."

"Sama sekali tidak masalah." Senyum di bibir Azalea sudah sampai telinga karena saking lebarnya.

Manik mata wanita itu mengikuti arah kepergian seorang lelaki yang membuatnya terpesona.

"So handsome! Jangan panggil aku Azalea kalau tidak bisa mendapatkannya!" Ucap Azalea dengan kepercayaan diri yang tak terkendali.

Azalea membaca kartu nama yang lelaki itu berikan padanya.

"Aaron Aubrey. Tunggu aku! Akan ku pastikan pesonaku yang mematikan ini akan membuatmu jatuh berlutut di bawah kakiku." Renung Azalea seraya membaca tulisan yang tertera di kartu nama itu.

Azalea membolak-balikkan secarik kertas tersebut saat informasi yang tertera disana tidak mencakup semua hal yang ingin Azalea ketahui.

"Cuma ada nama, nomor telepon dan juga sosmed yang dia pakai. Sudah? Itu saja? Kartu nama macam apa ini!" Saking kesalnya Azalea ingin membuang kartu nama tersebut, tapi wanita itu baru ingat jika secarik kertas itulah yang bisa membawanya lebih dekat dengan sosok lelaki idamannya.

Azalea memasukkan kartu nama tersebut ke dalam dompetnya, sebelum wanita berparas cantik tersebut masuk ke dalam kendaraan pribadi miliknya.

Sebelum wanita itu menstater mobilnya, Azalea mengutak-atik ponsel miliknya untuk menstalking Aaron lewat jejaring sosial pribadi lelaki itu.

Pengikut setia lelaki itu cukup banyak, tapi saat Azalea ingin melihat postingan Aaron di jejaring sosial miliknya, akun tersebut berada dalam mode private.

"Apa-apaan ini! Pakai di private segala. Apanya yang mau dilihat kalau begini." Keluh Azalea mulai mengomel sendiri.

Karena kesal, Azalea melemparkan ponsel miliknya ke arah jog belakang dan mulai menjalankan mobilnya.

Merasa jika hari masih terlalu dini jika harus pulang, maka Azalea memutuskan untuk singgah sesaat di tempat kesayangannya, apalagi kalau bukan night club.

Masa bodoh jika hari belum night sekalipun.

Karena saat ini merupakan jam pulang kantor dan banyak kendaraan lain yang tumpah ruah menjadi satu, maka dengan sangat terpaksa Azalea menjalankan mobilnya selambat siput.

Azalea kurang begitu ahli dalam mengemudi, apalagi jika harus salip sana salip sini. Bukannya sampai tujuan lebih awal, yang ada Azalea malah babak belur karena tubuhnya menghantam aspal.

"Halo nona Azalea! Tumben sekali sudah menampakkan diri di tempat ini."

Seperti biasa, seorang lelaki bisa menjelma menjadi pribadi yang sangat ramah jika sudah berhadapan dengan wanita yang goodlooking, apalagi ditambah dengan bonus lekuk tubuh yang aduhai.

"Apakah ini bukan waktu yang pas untuk aku datang?"

Suasana hati Azalea sedang kurang baik.

Gabungan antara ia yang tak lagi mempunyai lapangan pekerjaan dan juga kehadiran seorang lelaki misterius yang sulit untuk Azalea singkap kehidupan pribadinya, kombinasi tersebut berhasil membuat Azalea uring-uringan.

"Beberapa hari tidak datang kesini sudah membuat nona menjadi wanita yang galak saja." Respons security atas jawaban yang Azalea beri.

Azalea mengacuhkan ucapan security tersebut karena percuma juga jika Azalea terus meladeninya. Tak akan ada habisnya.

"Huft! Panas sekali. Harusnya aku pulang dan bebersih diri terlebih dahulu sebelum aku datang kesini!" Keluh Azalea mengibaskan kerah kemeja putihnya yang sedikit menerawang.

"Halo cantik! Minuman seperti biasa?" Tanya seorang bartender saat Azalea duduk di bar table.

Azalea menggelengkan kepalanya mendapatkan pertanyaan seperti itu.

"Aku mau minuman dengan kadar alkohol yang lebih tinggi." Ucap Azalea penuh keyakinan, berbeda dengan raut wajah bartender tersebut yang seketika berubah.

"Apakah kau yakin?"

Azalea pun menganggukkan kepalanya dengan pasti.

"Minuman dengan kadar alkohol yang rendah saja sudah berhasil membuatmu limbung. Ini malah mau alkohol dengan kadar yang tinggi. Kau mau mati tersungkur apa?"

"Hey! Mulutmu itu belum pernah diberi pelajaran, ya? Seenaknya saja bicara seperti itu di depan customer. Buatkan saja minuman yang kumaksud. Jangan banyak bicara!" Ucap Azalea mengomeli bartender yang sudah akrab dengannya karena saking seringnya Azalea mengunjungi tempat haram tersebut.

Tanpa kata Jack, yang tak lain adalah bartender tersebut, membuat minuman pesanan Azalea.