Lelaki itu menatap kepergian Azalea dengan mimik wajah yang sangat kesal. Telapak tangannya mengepal erat sampai membuat kuku jarinya memutih.
''Kau pikir dengan penolakanmu, aku akan diam saja? Kita lihat saja nanti Azalea. Akan tiba saatnya nanti kau akan menyesal karena telah menolak ajakan dariku." Ucap lelaki itu bagai sebuah janji yang suatu saat pasti akan ia tepati.
Sorot matanya menatap Azalea dengan tajam, sebelum lelaki itu berjalan menuju parking area, menuju motornya berada.
Lelaki itu masih cukup kesal dengan penolakan yang diberikan oleh Azalea padanya.
***
Azalea berusaha mengacuhkan banyak tatapan mata yang melihatnya penuh minat. Azalea berusaha mengacuhkan semua itu. Baginya itu adalah sebuah pemandangan yang sudah biasa.
Langkah kaki wanita itu dengan pasti mengayun ke arah dimana mobilnya berada.
Saat Azalea sudah ada di dalam mobil dan mulai menjalankan kendaraan tersebut, Azalea merasa ada yang aneh dengan kendaraan pribadi miliknya.
Azalea kembali membuka handle pintu mobil, pandangan mata wanita itu tertuju pada ban mobil miliknya.
Manik mata wanita itu membelalak saat mendapati ban mobilnya bocor.
Dengan penuh emosi Azalea menendang ban mobil.
"Dugh!"
Namun malah menyakiti kakinya sendiri.
"Argh! Sakit sekali! Sialan."
Sudah jatuh tertimpa tangga pula, seperti itulah keadaan Azalea kini.
Azalea itu wanita lemah lembut yang tentu saja tak memiliki tenaga untuk mengatasi masalah yang ada.
Kebingungan wanita itu hanya bertahan beberapa saat dan kemudian berganti dengan senyum penuh arti.
"Lalu apa gunanya pesona yang kumiliki jika tak bisa memanfaatkan orang lain untuk membantu?" Ucap Azalea bermonolog. Azalea mengibaskan rambutnya yang beraroma vanilla.
Pandangan mata wanita itu menyebar ke segala penjuru untuk mencari target yang sekiranya bersedia untuk membantunya.
Senyum penuh kelegaan terulas di bibir Azalea saat netra wanita itu menangkap adanya sosok lelaki yang sepertinya bisa membantu wanita malang itu.
"Permisi!"
Azalea berusaha mempertahankan keimutannya dengan memanggil pria tersebut dengan nada kemayu andalannya. Jangan sampai suara khodamnya keluar, karena bisa jadi lelaki itu lari tunggang langgang dan tak jadi membantunya.
"Sepertinya dia ini sedikit tuli." Gerutu Azalea, sebelum memutuskan untuk mengeraskan intonasi suaranya.
"Permisi! Mas? Pak? Bisa bantu saya, kah?" Seru Azalea seraya berjalan cepat sebelum lelaki itu masuk ke dalam mobilnya.
Namun respon yang lelaki itu tunjukkan pada Azalea tidak seperti yang diharapkan oleh wanita itu. Alis lelaki itu terangkat tinggi serta sorot matanya yang menatap ke arah Azalea penuh selidik seolah menanyakan apa kepentingan Azalea hingga berani menginterupsinya.
Azalea mulai berpikir jika mungkin saja lelaki itu bisu karena tak sedikitpun melontarkan sahutan.
Azalea tiba-tiba saja kehilangan nyali untuk meminta tolong pada lelaki itu karena sorot matanya yang kian menyelidik dan juga tajam.
"Ja—jadi ban mobilku bocor, apa anda bersedia untuk membantu saya?" Tanya Azalea. Seusai wanita itu berkata demikian, Azalea langsung merutuki dirinya sendiri.
"Sialan! Sejak kapan aku jadi wanita gagu seperti ini!" Gerutu Azalea dalam hatinya.
"Mas?" Ucap Azalea sekali lagi untuk menyadarkan lelaki itu karena sedari tadi tidak ada respon berarti yang ia tunjukkan.
"Panggil saya, Pak! Saya yakin perbedaan usia kita cukup jauh."
Ini baru pertama kalinya,
Sungguh!
Azalea terpesona dengan seseorang hanya karena mendengar suaranya saja.
Suaranya begitu dalam seolah bisa menghanyutkan Azalea ke dasar samudra.
Kini giliran Azalea yang diam seribu bahasa.
Azalea baru tersadar dari lamunannya saat lelaki itu berlalu dari hadapan Azalea, meninggalkan aroma parfum yang sangat seductive dari segi penciuman Azalea.
"Kendaraanmu yang mana?" Tanya lelaki itu.
"Yang itu!" Tunjuk Azalea pada mobil silvernya yang tak jauh dari hadapannya.
Tanpa kata lelaki itu berjalan menuju mobil yang Azalea tunjuk.
"Kau punya ban serepnya?" Tanya lelaki itu setelah ia sudah sampai di hadapan mobil milik Azalea.
Semakin lama didengar, suara lelaki itu terdengar kian candu di telinga Azalea.
Lelaki itu menolehkan pandangannya ke arah Azalea karena tak kunjung mendapatkan sahutan dari wanita itu.
"Halo! Saya sedang mengajakmu berbicara." Ucap lelaki itu seraya mengibaskan tangannya di hadapan Azalea untuk menyadarkan wanita itu.
"Tidak!" Terlalu terkejut karena dipaksa bangun dari khayalannya, Azalea melontarkan jawaban yang tak senada dengan kenyataan yang ada.
"Lalu? Kau ingin saya bagaimana?"
Baru dengan pertanyaan itulah Azalea sadar jika ia melontarkan jawaban yang salah. Padahal jelas-jelas ada ban serap di bagasi mobilnya.
Azalea 100% yakin jika ia kini terlihat seperti seorang wanita bodoh karena tak menyahuti jawaban dengan cerdas dan malah mengamati wajah lawan bicaranya dengan penuh minat.
Azalea merasa terlambat untuk meralat perkataannya sebelumnya dan terlihat makin bodoh saat respon yang Azalea tunjukkan malah mengedikkan kedua bahunya.
Sungguh first impression yang membuat orang lain ilfeel seketika.
"Kalau begitu begini saja, saya telponkan bengkel langganan saya supaya datang kesini. Bagaimana?" Ucap lelaki itu mencoba untuk memberikan jalan keluar terbaik.
Sebuah saran yang justru membuat Azalea kalang kabut sendiri.
Wanita itu terlihat kebingungan, dari gesture tubuhnya pun nampak dengan jelas.
Sebelah tangan Azalea terulur untuk menggaruk bagian belakang lehernya yang sama sekali tidak gatal.
Lelaki itu tahu dengan jelas jika wanita itu dilanda kegelisahan.
"Kenapa?" Tanya lelaki itu singkat.
"Saya baru ingat kalau ada ban serep dan juga peralatan dongkraknya di bagasi mobil saya."
Azalea butuh kantong kresek sekarang juga.
Fix, dia seperti wanita dungu karena tidak konsisten dengan jawabannya sendiri.
See!
Alis lelaki itu terangkat tinggi sesaat setelah Azalea berkata demikian.
Tapi tidak masalah, Azalea bahkan bersedia untuk terus-menerus mengucapkan kebohongan demi bisa menahan kepergian lelaki itu.
Azalea membuka bagasi mobilnya dan disana nampak adanya barang yang sebelumnya disebutkan oleh Azalea.
"Jarang ada wanita yang mau repot-repot untuk membawa peralatan seperti ini."
Rasa malu yang sebelumnya melingkupi Azalea dengan cepat sirna saat lelaki itu mengucapkan kalimat pujian pada Azalea.
"Saya merasa jika itu adalah barang paling wajib yang harus ada di bagasi, sehingga saya selalu membawanya kemanapun." Ucap Azalea.
"Begitukah?" Tanya lelaki itu seraya mulai mengganti ban yang bocor dengan ban serep.
"Of course!" Sahut Azalea cepat.
"Padahal beberapa saat lalu kau berkata jika tidak membawanya. Terdengar cukup aneh saat kau meralat ucapanmu sendiri." Ucap lelaki itu sama sekali tidak memanglingkan wajahnya ke arah lawan bicaranya dan memilih untuk fokus memperbaiki kerusakan yang ada.
"Kan sudah saya bilang lupa."
Azalea mengerutkan alisnya karena rasa kesal. Nada bicaranya pun terdengar senada dengan mimik wajahnya yang masam.
Senyum tipis terulas di bibir lelaki itu saat mendengar Azalea menggerutu, membuat wanita itu kian terpukau dengan pesona lelaki yang baru dikenalnya tersebut.
"Perasaan apa ini?" Batin Azalea seraya meraba dadanya sendiri.