Setelah kejadian ini, Yuni mulai membenci ayah dan keluarga keduanya. Ibunya harus melakukan shift ganda untuk menutupi semua bentangan di hidup mereka. Dunia selalu menuntut mereka untuk mencari uang, uang dan uang agar bisa terus hidup dan bertahan.
Akibatnya, secara bertahap kesehatan sofia mulai menurun. Setelah sekolah menengah, Yuni harus meninggalkan rumah saat dia masuk perguruan tinggi. Dia bergabung dengan sebuah perusahaan kecil sebagai karyawan paruh waktu dengan usahanya sendiri. Dia ingin meringankan beban di pundak ibunya walau pun yang bisa dia lakukan hanya sedikit, dia tidak suka melihat sofia yang merasa tidak enak badan sepanjang waktu.
Jadi Yuni memang selalu butuh uang. Uang dapat menyelesaikan semua masalah, tetapi dia juga ingin mendapatkan uang dengan tangan bersih.
***
Pada hari pesta penyambutan, Yuni bersiap-siap dengan bantuan Celine.
Gaun yang dia kenakan tampak seperti sebuah gaun yang memang dibuat khusus untuknya. Gaun merah yang dia kenakan memiliki lengan benang kecil yang mempesona. Dengan rambut ikal hitamnya dan perhiasan-perhiasan yang serasi, Yuni tampak seperti bidadari yang baru saja turun ke bumi.
Yuni tidak menggunakan riasan apa pun tetapi warna kulit aslinya bersinar seperti bulan di malam yang gelap. Celine membuka mulutnya seperti 'O' besar ketika melihatnya.
"Ya, tuhan!" Pekik Celine. "Aku tidak tahu siapa yang akan kamu hipnotis hari ini dengan kecantikanmu ini Yuni. Berhati-hatilah hari ini. Siapa tahu, ada seseorang atau bahkan lebih orang yang akan menyeretmu ke tempat tidurnya."
Yuni memukul lembut kepala temannya. "Tidak ada yang akan menyeretku. Jangan khawatir."
Yuni mendekati meja, beberapa barang diatas sana terjatuh ketika dia tanpa sengaja menabraknya. "Oh Nona ceroboh. Cobalah berjalan seperti seorang wanita elegan. Hari ini kamu akan pergi ke pesta penting. Jangan merusak semuanya dengan menjadi Nona ceroboh seperti biasanya." Celine tertawa. Yuni memutar matanya dan ikut tertawa bersama Celine. Yuni selalu berjalan sembarangan dan menabrak banyak hal di jalannya. Jadi, Celine sering memanggilnya dengan sebutan 'Nona ceroboh'.
Setelah beberapa sentuhan terakhir pada rambut dan gaunnya, Yuni pergi ke pesta. Celine menghela napas. "Oh Tolong! Biarkan temanku menikmati hidupnya. Setidaknya jangan biarkan dia menjadi ceroboh malam ini saja. Kalau tidak, dia bisa saja akan hancur."
Yuni sampai di depan Hotel dan dia sedang menunggu bosnya. Dia sudah hampir menunggu selama 5 menit, lalu tiba-tiba Yuni mendengar suara yang akrab datang dari arah belakang nya. "Yuni, Apa yang kamu lakukan di sini? Jangan bilang kamu sedang mencari seseorang untuk diajak masuk ke dalam hotel. Apa yang kamu lakukan?" Yuni melihat Camilla yang ada di sana bersama ibunya sedang berjalan datang ke arahnya.
Ibunya menarik tangan Camilla sambil berkata, "Jangan buang waktu dan energimu untuk orang yang bukan siapa-siapa seperti nya." Camilla mengangguk pada ibunya dan mereka berdua pergi.
Yuni menunggu di sana untuk beberapa saat lagi, Setelah dua puluh menit, dia mendapat telepon. Yuni menerima panggilan tersebut saat dia melihat bosnyalah yang memanggilnya, "Yuni, maaf, aku rasa aku mungkin terlambat ke pesta. Putri ku muntah dan sekarang aku sedang dalam perjalanan ke rumah sakit. Aku sudah menelepon resepsionis. Mereka akan membiarkan kamu masuk. Silakan masuk ke dalam dan tunggu aku di sana. Maaf, atas ketidaknyamanannya."
Yuni menghela napas, "oke Pak." Dan menutup telepon.
Dia perlahan mencapai resepsionis hotel dan menunjukkan kartu identitasnya. Seorang pelayan menunjukkan jalan ke ruang pesta.
Saat dia memasuki ruang pesta, matanya melebar karena terkejut. Ruangan itu terlihat seperti peragaan busana. Semua orang mengenakan gaun terbaik mereka. Pembawa acara pesta sedang mengumumkan sesuatu di atas panggung. Yuni tidak tertarik dengan semua ini. Dia tidak suka pesta atau keramaian. Dia tidak akan pernah datang ke sini, jika bosnya tidak memaksa dia untuk melakukannya. Jadi, dia, memilih kursi dibagian sudut dan menyibukkan diri dengan ponselnya.
Dia harus menunggu bosnya. Jadi, dia duduk di sana seperti udara, tidak menyadari bahwa mata semua orang di ruangan itu sedang tertuju padanya.
Semua orang yang hadir di sana mengagumi kecantikannya. Dia juga tidak menyadari bahwa empat pasang mata marah juga sedang menatapnya. Ya, Camilla dan ibunya menatapnya dengan mata marah.
Camilla datang ke pesta untuk menarik pewaris kaya yang mengundang papanya ke pesta itu. Dia dan ibunya mengenakan gaun paling mahal, yang bisa dia miliki dengan diikuti hiasan berlian di atasnya. Tapi tidak ada yang memperhatikannya. Semua usahanya malah sia-sia karena semua orang melihat dan hanya berbicara tentang Yuni.
"Apa kamu sudah melihat gadis itu? Dia sangat cantik! Ayo kita pergi dan perkenalkan diri padanya. Dia pasti dari keluarga yang sangat terkenal."
"Apa kamu gila? Apa kamu tidak melihatnya belum berbicara dengan siapa pun. Jangan pergi ke sana. Siapa tahu dia memiliki pacar dengan status lebih tinggi dari kita... Dia pasti orang yang berstatus sangat tinggi. Lihat dia, kita tidak memenuhi syarat untuknya, dia terlihat seperti seorang putri. Jika kita mengajaknya berbicara, dia mungkin akan marah."
"Lihat, wanita dengan gaun merah di sana. Dia terlihat seperti bidadari yang datang langsung dari langit... Hehe... Dia sangat cantik!"
Camilla dan ibunya mendengarkan beberapa suara yang sedang membicarakan tentang Yuni, mereka mengepalkan tangan mereka dengan kuat.
"Ibu, aku tidak bisa membiarkan itu terjadi. Kita harus melakukan sesuatu, ayo buat dia menjadi lelucon di depan semua orang ini." Camilla mendiskusikan rencana yang sudah pasti jahat bersama dengan ibunya. Senyuman jahat terlihat di bibir mereka.
Tidak menyadari semua hal yang sedang terjadi ini, Yuni saat itu sedang mengobrol dengan temannya Celine melalui pesan.
Beberapa lagu dimainkan dan orang-orang menari dan berbicara. Yuni bosan. Dia ingin pulang, tapi tidak bisa.
Saat dia mendongak untuk melihat sekelilingnya, dia terkejut melihat pemandangan di depannya.
Camilla, gadis itu tengah berdansa dengan pria yang dikenalnya. Meski punggung pria itu membelakangi Yuni, tapi dia bisa mengenalinya.
Itu... pria itu adalah Rian, Pacarnya!
Dia melingkarkan tangannya di pinggang Camilla dan menari dengan mesra. Terkadang, dia membisikkan sesuatu di telinga Camilla dan keduanya tertawa. Rian tidak melihat Yuni. Tapi, Yuni melihatnya dengan mata terbuka lebar.
Dia tidak pernah mengira Rian akan berselingkuh bahkan dengan adik tirinya sendiri!
Camilla sedang mengamati Yuni, dengan senyum mengejek. Dia akhirnya berhasil merusak pikiran Yuni. Di samping itu, Yuni saat ini sangat ingin lari ke kamarnya dan menangis dengan keras. Tapi dia tidak bisa. Dia datang ke sini untuk bosnya. Jadi, Yuni harus menunggunya. Tapi bagaimanapun Yuni butuh udara segar untuk menjernihkan pikirannya!
Sementara itu, seseorang dengan setelan warna hitam muncul di depan Jullie dan memberikan sesuatu padanya. Dia tersenyum dan menginstruksikan sesuatu kepada pelayan dan memberinya uang tunai. Mata pelayan itu berbinar. Dia membungkuk padanya dan langsung pergi.
Saat Yuni bangun untuk mencari udara segar, pelayan itu mendekatinya dengan segelas jus. Yuni memang merasa haus, jadi dia meneguk jus itu sekaligus dan meninggalkan ruangan.
Saat Jullie melihatnya meninggalkan ruangan, dia memucat. Dia pikir Yuni akan tetap di ruangan ini dan mulai membuat lelucon tentang dirinya sendiri. Sehingga mereka akan memotret tindakan konyol Yuni dan menunjukkannya kepada Calvin.
Tapi kenapa gadis ini meninggalkan ruangan?
Jullie memang menambahkan obat ke minumannya. Sesuai rencana Jullie dan Camilla, efek obat itu akan mulai dalam lima menit dan Yuni pasti akan mulai menelanjangi dirinya sendiri di depan semua. Tapi saat dia meninggalkan ruangan, harapan mereka hancur.
Awalnya Jullie berpikir untuk merekam semua nya saat Yuni mulai menelanjangi dirinya, tetapi sekarang dia bahkan tidak bisa mengikuti Yuni karena dia tahu bahwa hotel ini memiliki banyak kamera CCTV di mana-mana di luar sana. Jadi, dia mungkin saja tertangkap jika dia mengikuti dan merekam tindakan Yuni. Jullie dengan marah mencengkeram tinjunya. Camilla juga mendadak cemberut, karena rencana mereka gagal.
Di sisi lain saat Yuni meninggalkan ruangan, dia merasakan panas di sekujur tubuhnya. Dia tidak bisa berdiri dengan kokoh lagi. Dia hanya ingin melepaskan semua pakaiannya!
Tapi dia tahu dia harus meninggalkan hotel dan mencapai kamarnya secepat mungkin untuk itu.
Dia mencoba menjernihkan pikirannya dan menemukan jalan keluar, tetapi gagal menemukan jalan keluar apapun.
Yuni mencoba mencari lift dan untungnya dia segera menemukannya. Tetapi setelah memasuki lift, dia tidak dapat mengingat tombol mana yang harus ditekan. Dia secara acak menekan tombol dengan harapan mendapatkan cara untuk keluar. Tapi, sayangnya dia menekan tombol di lantai paling atas, yang merupakan deretan ruang presiden untuk tamu VVIP di hotel ini saja.
Ketika dia keluar dari lift, dia terkejut karena hanya melihat pintu kamar hotel. Sekarang apa yang akan dia lakukan? Kalau saja dia mendapat air. Mungkin percikan air di wajahnya akan dapat mengurangi panas dan nyeri yang dia rasakan.
Begitu, alih-alih mencari jalan keluar, Yuni mulai memeriksa lantai untuk mendapatkan kamar mandi. Pada saat itu, dia tahu bahwa, dia tidak punya waktu untuk keluar dari hotel ini untuk pulang. Jadi dia mencoba melihat setiap kamar, dan akhirnya menemukan satu ruangan yang pintunya sedikit terbuka.
Tanpa pikir panjang Yuni masuk ke dalam kamar itu, dengan harapan mendapatkan setidaknya sedikit air.
Kondisinya semakin memburuk setiap menit dan dia tahu itu, dia tidak tahan lagi. Dia memasuki ruangan dan mencari kamar kecil mana pun. Karena itu suite mewah yang memiliki empat kamar. Jadi, tidak mudah baginya untuk menemukan kamar kecil karena dirinya pun juga semakin gemetar dari waktu ke waktu.
Akhirnya dia malah menemukan kamar dengan tempat tidur besar dan tanpa pikir panjang Yuni membuka semua bajunya dan menjatuhkan dirinya sendiri di tempat tidur tanpa ada satu helaipun kain yang tersisa di tubuhnya.
Dia benar-benar tidak punya energi lagi untuk mencari kamar mandi!