Chereads / First Love Of The Boss / Chapter 6 - Mungkinkah Dia Juga Dibius?

Chapter 6 - Mungkinkah Dia Juga Dibius?

Punggung pria itu menghadap ke arahnya.

Yuni kaget.

Apa yang telah dia lakukan dengan pria ini?

'Ah! Sekarang apa yang akan aku lakukan? Apakah aku melakukan itu, yang pertama kalinya bagiku, dengan orang asing ini? Tapi bagaimana aku bisa datang ke sini?' Yuni mencoba mengingat. Tapi, dia hanya malah merasa pusing.

'Tidak, aku harus mandi untuk menjernihkan pikiranku.'

Saat dia bangun dari tempat tidur, dia melihat semua pakaiannya yang telah robek. 'akh, apa lagi ini? Sekarang apa yang akan aku lakukan? Bagaimana aku bisa keluar tanpa pakaian? Bagaimana Yuni, bagaimana?! Aku harus keluar sebelum pria ini bangun. Aku tidak bisa menunjukkan wajahku di depannya.' Dia bergumam pada dirinya sendiri dan memeriksa lemari pakaian di kamar tersebut.

Untung di dalam lemari, ada dua jubah mandi yang tertata rapi. Pria ini pasti sangat kaya. Kamar seperti ini hanya bisa dimiliki oleh tamu miliarder! Yuni seketika menampar kepalanya. "Bagaimana aku bisa berpikir tentang orang lain ketika aku sendiri berada dalam situasi yang mengancam harga diriku sendiri?"

Yuni segera mandi dan lekas keluar. Dia ingin menghabiskan lebih banyak waktu di kamar mandi mewah ini, tetapi dia tidak bisa membuang waktunya.

Dia segera keluar dari kamar mandi dan menelepon resepsionis menggunakan interkom. Dia memesan gaun seukurannya dan masker wajah dan menyuruh mereka segera membawanya ke kamar. Karena ini adalah kamar suite VVIP, resepsionis mengambil tindakan cepat untuk memenuhi pesanannya.

Dalam sepuluh menit, gaun itu diantar ke kamar. Yuni menerima gaun itu dengan ucapan terima kasih dan buru-buru menggantinya. Yuni ingat semuanya sekarang dan dia tahu dia adalah penyebab utama di sini yang membuat pria ini melakukan hal itu semalam. Yuni memasuki kamarnya dan menelanjangi dirinya sendiri. Jadi ini adalah salahnya.

Yuni mengerti bahwa dia dibius, tetapi siapa yang membiusnya? Dia mencoba mengingat semuanya mulai dari masuk ke ruang pesta hingga masuk ke ruangan ini. Mendadak, dia mengerti segalanya.

Jullie dan Camilla!

Siapa lagi kalau bukan mereka?

Tapi kenapa? Yuni tidak melakukan apapun pada mereka, kenapa mereka menjebaknya seburuk ini? Kemudian adegan Rian dan Camilla muncul di benak Yuni.

Yuni ingin menangis. Mengapa mereka seperti ini? Mereka merampas segalanya darinya. Ayahnya, rumahnya, kedamaiannya, segalanya. Tapi mereka sepertinya belum cukup senang dengan semua ini. Hari ini mereka juga merebut keperawanannya. Ya, dia kehilangan keperawanannya karena mereka berdua! ... Dan orang asing ini....

Yuni menghela napas dan mengambil ponselnya dari meja ruang tamu. Kemarin dia menyimpan ponselnya di sana. Dia membukanya dan melihat begitu banyak panggilan tak terjawab dari bosnya dan Celine.

Dia ingin meninggalkan ruangan secepat mungkin. Dia tidak tahu siapa orang itu. Yang jelas dia harus pergi sebelum pria itu bangun. Dia tidak bisa menunjukkan wajahnya. Apa yang akan pria ini pikirkan tentangnya nantinya jika melihat wajah Yuni? Seorang wanita penghibur?

Tidak, dia tidak bisa membiarkan itu terjadi.

Dia harus menyembunyikan dirinya sendiri.

Saat dia meninggalkan ruangan, Yuni memikirkan sesuatu dan mengeluarkan kertas dari lempengan terdekat dan meninggalkan catatan untuk pria itu dan meninggalkan ruangan dengan tergesa-gesa.

Yuni menyewa taksi dan menuju rumahnya dan bergegas ke kamarnya. Celine sudah mengkhawatirkannya. Ketika Celine melihat temannya kembali dengan selamat, Celine memeluknya. Kedua sahabat itu tidak bisa menahan air mata mereka. Keduanya mulai menangis, meski alasan di balik tangisan mereka berbeda. Celine yang menunggu Yuni sepanjang malam. Dia tidak bisa tidur bahkan sebentar. Banyak pikiran buruk menghantuinya. Bagaimana jika seseorang menculik Yuni dan membunuhnya? Bagaimana jika Yuni bunuh diri karena suatu alasan. Banyak pikiran buruk menghantuinya sepanjang malam.

Di sisi lain, Yuni yang selama ini menguasai dirinya sendiri, tidak sabar untuk melepaskan rasa frustrasinya. Bahkan dalam satu malam, dirinya ... segalanya hancur!

Keduanya menangis cukup lama. Setelah beberapa saat, Yuni menceritakan semuanya kepada Celine. Celine menggenggam tinjunya dengan marah. Jika Camilla atau Jullie ada di depannya, dia akan membunuh mereka sekarang.

"Oke, Yuni, tenang. Aku akan membantumu membalas dendam pada mereka. Aku ingin membunuh mereka dengan tanganku sendiri."

Yuni tersenyum sedih. "Ya Celine, suatu saat nanti aku akan balas dendam. Tapi sekarang aku tidak tahu caranya. Mereka tidak bisa hidup damai dengan mempermainkan hidupku. Aku tahu suatu saat aku akan mendapat kesempatan untuk membalas mereka. Tapi, untuk saat ini aku harus menyembunyikan diriku sendiri."

"Menyembunyikan dirimu? Tapi kenapa? Kamu tidak melakukan apa pun yang besar. Ini semua karena pilihan pria itu. Jika pria itu adalah orang baik, maka dia juga akan mengerti bahwa seseorang telah membiusmu. Dan seperti yang kamu ceritakan, mungkin saja pria itu juga telah di bius seperti mu."

"A-apa? Apa mungkin dia juga dibius? Bagaimana kamu bisa tahu?" Yuni ikut kaget.

Celine tersenyum, "Kamu naif sekali. Apa menurutmu orang yang bisa memesan kamar VVIP adalah warga biasa? Dia pasti orang kaya. Kenapa dia ikut tidur denganmu, ketika dia melihatmu, yang merupakan 'orang asing' yang sedang berbaring di tempat tidurnya? Dia bisa saja mengusirmu. Kaya atau orang dengan status tinggi, tidak suka tidur dengan orang asing karena sangat berisiko bagi mereka. Mungkin akan menjadi berita besar dan buruk di hari berikutnya. Bisnisnya mungkin hancur karena itu adalah sebuah skandal. Tapi, seperti yang kamu katakan, orang yang tidur dengan kamu tidur dengan nyenyak ketika kamu bangun lebih dulu paginya. Kamu mandi, menelepon resepsionis, dan juga kamu memberi tahu bahwa petugas layanan bahkan membunyikan bel kamar. Dengan semua gangguan yang terjadi itu, dia tidak terbangun? Jadi, menurut spekulasi ku, itu juga karena pengaruh obat berat. Atau jika dia orang yang memang pemalas maka dia juga bisa tidur seperti ini, tidur nyenyak tanpa peduli akan gangguan. Tapi kemungkinannya sangat kecil. Jadi, aku pikir dia pasti telah dibius juga sama seperti mu."

Yuni berpikir sejenak. Ya, mungkin seperti ini. Pria itu mungkin juga dibius. Kalau tidak, mengapa dia hiperaktif pada malam yang sama dengannya. Saat Yuni mengingat malam itu, dia tersipu. Dia tidak pernah menyangka malam pertamanya akan seperti ini. Tapi itu takdirnya. Ini sudah terjadi. Dia harus menerimanya. Suka atau tidak suka.

Saat Yuni mencoba mengoleskan salep di bagian yang sakit, ponselnya berdering. Dia melihat penelepon. Itu bosnya. "Oh tuhan! Sekarang apa yang akan kuberitahukan padanya?"

Itu berdering terus menerus. Jadi Yuni mau tak mau mengangkatnya. Sebelum Yuni sempat mengatakan apa pun, dia mendengar suara bosnya, "Ya tuhan Yuni! Apa yang terjadi padamu? Aku meneleponmu berkali-kali untuk memberitahumu bahwa, aku tidak bisa menghadiri pesta, karena putriku harus dirawat di rumah sakit. Tapi, kamu tidak pernah menerima telepon ku. Aku sangat khawatir."

"Ma'af tuan, ponsel ku dalam mode senyap," Jawabnya.

"Ok Yuni! Terima kasih telah menerima tawaran ku dan menghadiri pesta. Aku harap kita bisa mengatur waktu berikutnya. Aku memberi sanksi hari ini cuti khusus untuk mu sebagai kompensasi atas ketidakhadiran ku kemarin. Selamat menikmati." Yuni menutup telepon setelah berkata, "Terima kasih Tuan Ronal."

Untung bosnya memberikan sanksi cuti hari ini. Dia memang membutuhkan hari libur untuk menyembuhkan tubuh dan pikirannya. Dia ingin tidur dan menjernihkan pikirannya. Setelah sarapan, Yuni bergegas tidur. Dia berniat untuk bangun di malam hari saja agar bisa merasa segar dan energik.