Vernon memasuki kelasnya diikuti oleh teman-teman gengnya di belakang. Seisi kelas hening mengetahui kehadiran Vernon.
Vernon si pembuat onar dan juga seorang laki-laki yang mempunyai tatapan membunuh. Dia sangat suka menindas orang-orang yang berada di bawahnya dan juga suka mengganggu siswa perempuan. Ada juga yang membenci Vernon dan ada juga yang dengan terang-terangan menyatakan cinta padanya.
Vernon pun duduk di bangkunya.
"Murahan." Kata Vernon setelah membaca secarik surat dari siswi yang menyukainya.
"Surat cinta lagi?" Tanya Eka, temannya.
"Yeah."
"Eh si cewe cupu dateng tuh." Tunjuk teman Vernon yang lain.
Vernon memperlihatkan smirknya lalu menghampiri gadis yang mereka maksud itu. Seorang gadis yang sangat pendiam, hampir tidak mempunyai teman di sekolah. Pantas saja Vernon suka mengganggunya.
"Hai baby." Sapa Vernon.
Siswi itu pun hanya bisa menunduk diam dan mulai merasa gelisah.
"Beliin gue minuman gih." Suruh Vernon.
"O-oke." Siswi itu pun beranjak.
Vernon dan teman-temannya tertawa karena siswi tersebut langsung menurut saat mendapat perintah darinya.
"Jadi cewe kok penurut banget sih." Kata Eka.
"Kayaknya kalo disuruh telanjang mau juga ya." Sambung Vernon.
"Hahhaha."
Plak! Seseorang menampar Vernon tiba-tiba, membuat dirinya dan seisi kelas terkejut.
"Bangsat!" Umpat Vernon.
"Jaga mulut elo ya!" Alea tak kalah meninggikan suaranya.
"Lo cari mati? Hah!"
"Lo itu manusia bukan sih?Tega-teganya lo ngomong gitu ke dia, itu sama aja pelecehan!"
"Eh bitch, lo mau gue jadiin mainan kayak dia?"
"Ngga mau dan ngga akan pernah terjadi!"
Vernon mendekat Alea dan membuat Alea mundur. Vernon tak berhenti setelah dua langkah, dia terus memojokan Alea sampai tubuhnya menabrak tembok. Vernon mengunci tubuh Alea dengan kedua tangannya alhasil dia tidak bisa pergi dari Vernon.
Vernon mencengkram rahang Alea. "Lo cantik juga ya." Vernon tersenyum miring.
"Lepasin!"
Tak semudah itu Alea bisa lepas, Vernon malah mendekatkan wajahnya ke wajah Alea. Sontak membuat seisi kelas heboh, otak mereka langsung berfikir jauh ke ujung sana.
Jantung Alea berdebar kencang, dia takut dengan apa yang akan Vernon lakukan. Alea benar-benar tidak bisa berfikir jernih, bagaimana ini? Refleks Alea menendang tubuh Vernon dan yang kena malah miliknya Vernon.
"Aarrkhh! Jalang!" Erangnya kesakitan sambil memegangi miliknya yang kesakitan.
"Ver, lo ngga pa-pa?" Tanya teman-temannya.
"Sakit bego! Mau mati rasanya."
Bruk
Vernon jatuh pingsan.
"V-vernon? Ver! Lo main-main kan?" Tanya Alea yang mulai panik.
"Lo apaan sih Al! Vernon beneran pingsan!" Bentak Eka.
"Guys, kita bawa dia ke rumah sakit."
Alea terdiam di tempatnya, dia hanya menatap tubuh Vernon yang diangkat oleh teman-temannya keluar kelas. Semua siswa di kelas tersebut menatap Alea. Tapi Ale tidak memperdulikan itu.
"Kamu ngga pa-pa?" Tanya Alea pada siswi yang diganggu Vernon tadi.
"Eng-ga pa-pa kok. Aku cuma takut Vernon kenapa-kenapa, aku takut dia mati."
"Biarin aja dia mati, semua anak yang dia bully pasti seneng kalo Vernon mati."
Alea pun jadi satu-satunya orang di sekolah yang berani melawan Vernon bahkan menyumpahinya. Alea melakukan itu karena dia tidak tahan dengan kelakuan Vernon yang semakin menjadi setiap harinya.
Tak berselang lama, guru masuk ke kelas mereka dan seluruh siswa pun kembali ke tempat duduk mereka masing-masing termasuk Alea.
"Barusan Vernon dibawa ke rumah sakit. Kata temannya dia dipukul sama siswa kelas ini. Bapak tanya, siapa yang memukul Vernon?"
Mau tidak mau Alea harus mengangkat tangannya dan mengaku. "Saya Pak."
"Kamu? Kamu ngga bercanda kan Alea?"
"Serius Pak."
Guru itu menggelengkan kepalanya. "Karena kelakuan kamu yang kelewatan, bapak hukum kamu untuk membersihkan toilet perempuan. Sekarang juga."
"Baik Pak."
Alea pun keluar kelas dan menuju toilet.
Namun saat dirinya sedang menjalankan hukumannya, Eka mendatanginya bersama Rafael.
"Alea." Panggil Eka.
"Kalian?"
"Ikut kita." Rafael menarik tangan Alea.
"Ngga usah narik-narik juga."
"Ikut kita."
"Kemana?"
"Udah ikut aja."
"Ngga mau. Ini hukumannya gimana? Kalo gue kena marah, kalian yang nanggung ya."
"Iya gampang."
"Oke deh. Tapi ngga usah narik tangan gue, gue bisa jalan sendiri. Gue ngga akan kabur."
Eka dan Rafael pun melepaskan tangan mereka dan membiarkan Alea berjalan sendiri. Mereka membawanya pergi menggunakan mobil Vernon.
...
"Kalian ngapain bawa gue ke sini?" Tanya Alea saat sudah sampai tujuan dan ternyata mereka membawa Alea ke rumah sakit.
"Ikut kita."
Alea pun hanya menurut. Alea berjalan diantara Eka dan Rafael, sulit untuk dirinya pergi dari mereka.
"Ngapain kalian bawa gue kesini?"
"Vernon pengen ketemu sama elo."
"Hah?"
"Udah masuk aja."
Dengan ragu Alea pun masuk ke dalam. Dia melihat Vernon dengan pakaian pasien terbaring diatas bangsal.
"Alea. Lo udah dateng?" Kata Vernon.
"K-kamu minta aku kesini buat ngapain?"
"Buat minta pertanggungjawaban elo lah."
"Hah?"
"Elo adalah satu-satunya orang di dunia ini yang pernah nyentuh milik gue."
"Milik gue? M-maksudnya?"
Vernon berdecak kesal. "Elo beneran ngga ngerti apa pura-pura bego sih?"
"Ya gue emang ngga ngerti sama apa yang elo omongin." Alea masih mencoba untuk memahami apa yang dimaksud dengan milikku.
"Naga gue Alea."
"Naga?"
Dan saat menemukan jawabannya, Alea langsung tertawa terbahak-bahak.
"Kenapa ketawa?"
"Naga yang elo maksud itu-"
"Ssst."
"Kenapa? Takut orang lain denger? Malu?"
"Alea-"
"Eits tunggu bentar."
"Apa?"
"Lo ngga bener-bener pingsan kan tadi?" Tanya Alea.
"Beneran kok."
"Mana buktinya?"
"Tanya aja sama dokter."
"Elo lucu ya."
"Apa lo bilang?"
"Eh engga bilang apa-apa kok, elo salah denger kali."
"Masa?"
"Udah ah lupain, kamu ngapain nyuruh aku kesini?"
"Buat jadi pelayan gue."
"Pelayan?"
"Iya, elo harus rawat gue sampe bener-bener sembuh dan setelah itu elo harus nurutin semua perintah gue selama satu bulan."
"Ngga mau!"
"Oh gitu? Mau gue bujuk gimana biar elo mau?" Tanya Vernon dengan tatapan membunuhnya yang akhirnya membuat Alea mengiyakannya.
"Oke. G-ue mau."
"Good girl."
_
Keesokan harinya...
Hari ini Vernon berangkat lebih awal dari yang biasanya. Lucunya, Vernon berangkat ke sekolah menggunakan kursi roda seolah dirinya tidak bisa berjalan.
"Ver."
"Hm?"
Rafael, "Mana Alea? Katanya dia berangkatnya pagi banget. Kok ngga ada."
"Belum berangkat kali."
"Udah tungguin aja." Kata Eka.
"Lagian elo ngapain sih pake kursi roda kek gini, orang ngga sakit juga."
"Bacot lu ah. Liat aja ntar."
"Eh bro, itu Alea."
Setelah bersalaman dengan ibunya, Alea pun masuk dan tentu saja Vernon langsung menghampirinya.
"Vernon?" Ucap Alea.
"Hai, ngga lupa kan sama janji lo kemarin?"
"Engga kok. Btw ngapain pake kursi roda kayak gini?"
Hening beberapa saat hanya ada suara hembusan angin yang menyelimuti mereka berdua, sekolah masih sedikit sepi karena masih cukup pagi.
"Ayo dorong."
"Kemana?"
"Ke kelas lah anj-"
"Kalo elo ngomong kasar gue batalin janji gue."
"Iya oke!"
Setelah menyetujuinya, Alea pun langsung mendorong kursi roda Vernon.
Sampainya di lorong menuju kelas mereka...
"Alea."
"Apa?" Sahut Alea sambil memaki Vernon dalam hatinya.
Vernon terkekeh kecil, "Maki gue jangan dalam hati."
"Terserah gue." Alea menjulurkan lidahnya.
"Alea, gue suka sama elo."
"Hahaha, ga usah bercanda deh."
"Gue serius Alea."
Seketika Alea berhenti, "Masih terlalu pagi buat bercanda Ver."
Tiba-tiba Vernon berdiri dan langsung mendorong tubuh Alea ke dinding lalu menguncinya seperti yang Vernon lakukan padanya kemarin.
"Vernon, e-elo mau ngapain."
"Kemarin gue gagal buat nyentuh bibir elo."
Alea merinding seketika, "J-jangan lakukan ini Ver. Biarin aku pergi."
"Yang berani berurusan sama gue, ngga akan gue biarin gitu aja."
Vernon langsung mendekatkan wajahnya dan
To be continued