Chereads / VERNON / Chapter 4 - VERNON 04

Chapter 4 - VERNON 04

"Alea milik gue."

"Maksud lo apa?!" Aris meninggikan nada suaranya.

Vernon hanya menjawabnya dengan tatapan tajamnya lalu meraih tangan Alea. "Alea ayo pergi."

Aris pun tak bisa berbuat apapun, dia hanya diam membiarkan Vernon membawa Alea pergi.

*nama Rio author ganti jadi Aris.

"Lepas!"

"Lo apa-apan sih Ver!"

"Gue cuma ngga suka."

"Ngga suka? Emang elo siapanya gue?!"

Tak membalas pertanyaan Alea, Vernon malah mencium bibirnya dan membuat Alea sangat terkejut karena sangat tiba-tiba.

Beberapa detik kemudian, Vernon melepaskannya.

"Sekarang, elo resmi jadi milik gue." Ucap Vernon.

"M-maksudnya apa?"

"Ya kita pacaran."

"Engga bisa! Gue ga ada perasaan sama elo Ver."

"Gue ada."

"Tapi gue engga. Hubungan ngga bisa berjalan kalo cuma 1 orang yang punya perasaan."

"Bisa kok. Kalo dibiasain lama-kelamaan elo pasti cinta sama gue."

"Elo ngga bisa maksa dong."

"Harus, ketulusan berawal dari keterpaksaan."

Alea diam tak berkutik, dia masih terkejut dengan Vernon yang tiba-tiba menciumnya sekaligus karena perkataan Vernon.

Alea keluar dari rooftop dan disambut oleh Aris dilantai kedua.

"Lea, apa yang terjadi?"

"Ngga ada kok. Kita bicara nanti aja ya, aku mau balik ke kelas."

Aris mengangguk dan membiarkan Alea pergi.

_

Malam ini, Alea ada janji dengan Aris untuk pergi jalan-jalan disekitar jalan Soedirman. Aris yang mengajaknya.

"Mau naik ke atas?"

Alea mengangguki ajakan Aris untuk naik ke JPO.

"Waah, cantik juga ya pemandangannya. Ngga kalah sama Seoul."

"Tapi masih cantikan kamu."

"Alah gombal. Kenapa sih cowo suka banget ngegombalin cewe?"

"Bahaya kalo cowo ngegombalin cowo."

"Ga jelas."

"Lea, gue mau nanya."

"Apa?"

"Elo ada hubungan apasih sama Vernon?"

"Ngga ada hubungan apa-apa kak. Serius. Kita cuma temen satu kelas."

"Oh. Jadi kamu bisa dong jadi pacar aku?"

"A-apa? Jadi pacar?"

"Iya, jadi pacar aku. Kamu mau?"

Alea menampakkan senyum lebarnya dan berkata. "Iya, aku mau kak." Alea menjawabnya tanpa ada keraguan karena Alea juga menyukai Aris. Dia bahkan melupakan kejadian di rooftop saat Vernon mencium dirinya.

"Serius?"

"Dua rius."

Aris tertawa saking bahagianya. Dia memeluk Alea dari samping dan membiarkan Alea menyenderkan kepalanya.

. . .

Keesokan harinya,

Alea bersama Aris memasuki sekolahan dengan bergandengan tangan. Mereka pun menjadi pusat perhatian.

Namun tiba-tiba Vernon datang dan melepaskan tangan mereka.

"Elo apa-apaan?"

"Elo yang apa-apaan!" Bentak Aris.

"Alea pacar gue."

"Alea milik gue!"

"Ver! Siapa bilang gue milik elo?"

"Gue! Kemarin gue udah bilang kan? Bahkan gue udah ci-" Alea langsung membungkam mulut Vernon dengan tangannya karena takut semua orang yang menyaksikan mereka tau, terutama Aris.

"Tapi engga gue iyain!"

"Kak, ayo pergi."

Alea berhasil menghindari Vernon, tapi namanya juga satu kelas pasti akan bertemu kembali. Dan ya sekarang mereka bertemu di depan kelas.

"Lea."

"Apa lagi?! Plis ya Ver jangan ganggu gue."

"Putusin Aris."

"Engga!"

"Putusin dia sekarang juga!"

"Apa hak elo merintah gue kayak gitu?!"

"Gue ngga suka elo jadian sama cowo selain gue. Jadi, putusin dia dan jadi pacar gue."

"Elo itu anggap gue boneka atau manusia sih? Kok elo maen paksa sesuka hati elo sih?"

"Gue manusia Ver, gue punya perasaan. Gue berhak memilih siapa yang ada dihati gue, dan salah satu yang gue benci dari elo yaitu perlakuin orang lain sesuka hati elo tanpa elo pikirin perasaannya. Elo itu cowo ngga berperasaan dan ngga tau terimakasih!"

Vernon terdiam ditempatnya setelah mendengar perkataan panjang dari Alea.

Di kelas

Akhirnya, setelah mendengar ceramahan dari Alea, seorang bad boy tingkat kronis Vernon bisa merasa bersalah juga. Ya walaupun sedikit. Dan anehnya hatinya meronta ingin meminta maaf pada Alea.

Vernon pun mengakalinya dengan mengganti susu kotak pisang dari Alea yang pernah dia buang dan memberinya selembar mini notebook dengan tulisan "sorry"

Vernon pun meletakkannya di meja Alea.

Tak lama kemudian, Alea beranjak dari kursinya dan menghampiri Vernon dengan membawa susu kotaknya.

"Liat." Alea membuang susu kotak itu ke tempat sampah seperti apa yang Vernon lakukan kemarin.

"Oh dendam?" Vernon tersenyum miring.

"Minta maaf itu sama orang yang suka elo buli. Jangan sama gue."

"Kalo gue udah minta maaf nanti, elo mau putusin Rio dan jadi pacar gue?"

"Engga. Orang yang benar-benar tulus minta maaf itu ngga akan minta imbalan apapun."

"Good girl." Gumam Vernon.

Sepulang sekolah, Vernon menyempatkan diri untuk pergi ke pemakaman kedua orang tuanya.

Sudah hampir 3 tahun peringatan hari kematian kedua orang tuanya. Sampai saat ini Vernon masih merasa orang tuanya hidup dan tidak percaya kalau kenyatannya sudah tiada.

"Mah, Pah. Vernon kangen."

Tidak masalah kan kalau Vernon menangis? Ingin sekali dia mengeluarkan semuanya, dadanya sudah terasa sangat sesak sampai membuatnya kesulitan bernafas.

Tiba-tiba Vernon merasa ingin pulang untuk melihat kenangan di setiap sudit rumah itu walau hanya sebentar.

Vernon pun pergi dari sana dan menuju rumahnya...

. ..

Vernon memasuki rumahnya, rumah yang sudah dia tinggalkan selama 2 tahun ini. Kenapa dia tinggalkan? Karena dulu, selama satu tahun setelah kematian kedua orang tuanya Vernon terkena depresi. Bisa dikatakan Vernon kabur dari semuanya karena hampir membuatnya gila. Kemarahan, kesedihan, kebencian terhadap keadaan itu dia rasakan semuanya.

"Vernon." Suara Raja membuatnya tersadar. Vernon pun berbalik.

"Berubah pikiran?"

"Jangan harap. Gue kesini cuma karena kangen sama mamah papah."

"Oh, ngga nginep sekalian?"

"Bisa gila kalo gue kelamaan disini." Kata Vernon lalu pergi dari sana dan sengaja menabrak bahu Raja.

Keluar dari rumahnya, Vernon menuju ke basecamp nya untuk pertemuan geng motornya.

Beberapa hari kemudian...

Di sekolah, Vernon meminta Eka dan Rafael untuk mengumpulkan semua orang yang pernah Vernon buli di halaman. Sekitar 20 lebih siswa yang pernah Vernon buli terkumpul. Vernon meminta mereka untuk membuat lingkaran mengitarinya.

"Ver, apa yang mau lo lakuin sih?"

"Udah kalian diem aja."

Vernon berlutut di tengah-tengah lingkaran siswa itu.

"Vernon!"

"Gue mau minta maaf." Kata Vernon dengan suara lantangnya.

Perbuatannya pun tak luput dari perhatian siswa lain, termasuk Alea yang melihatnya dari lantai 2.

"Vernon berani banget ngga sih." Ucap Raya.

"Biasa aja." Sahut Alea.

"Gue mau minta maaf sama kalian untuk apa yang gue sudah perbuat sama kalian. Gue tau permintaan maaf itu ngga cukup untuk mengganti rasa sakit yang kalian alami karena gue. Gue tau kalian pasti marah, jadi silahkan kalian balas sesuai dengan apa yang kalian alami."

"Vernon! Lo apa-apaan sih." Kata Eka yang masih berusaha untuk meminta Vernon tidak melakukan hal itu.

"Eka, Rafael. Kalian harus minta maaf juga." Jawab Vernon.

Para pendukung Vernon pun merasa sedikit kecewa sekaligus sedih dan kasihan. Sedangkan Alea sendiri berpikir, dia serius minta maaf?

"Ver, ayolah berdiri. Ngapain lo berlutut di depan mereka kayak gini? Bukan lo banget tau!"

"Ayo! Kenapa kalian diem aja." Vernon menghiraukan perkataan Eka dan Rafael.

Para siswa yang mengelilingi Vernon pun saling tatap. Ada yang merasa kasihan dan ingin memaafkannya, ada juga yang merasa ingin mencabik-cabik tubuh Vernon saking sakit hatinya.

"Vernon, kamu itu jahat! Jahat banget!" Kata salah satu siswi lalu melemparkan kertas yang sudah ia kepal pada wajah Vernon dengan keras.

"Woy! Kurang ajar lo ya sama temen gue."

"Eka! Rafael! Kalian diam!" Bentak Vernon.

"Ngga punya perasaan!" Satu lemparan lagi dari siswa lain.

"Ngga punya hati!"

"Ngga punya otak!"

"Jahat!"

"Dasar iblis!"

Semua siswa yang menonton tersebut menutup mulut mereka mendengar cacian dari siswa siswi korban buli yang dilakukan Vernon.

Buakh!

Salah satu siswa laki-laki yang menjadi korbannya itu melayangkan pukulannya tepat mengenai rahang Vernon.

Kondisi kian menjadi, tak hanya korban buli tapi semua siswa yang membenci tingkah laku Vernon ikut melemparkan gumpalan kertas kearah Vernon dari atas.

Alea tak bisa tinggal diam melihat itu. Ini sudah kelewatan. Alea berlari menuruni anak tangga, menyelinap ke tengah-tengah lingkaran dan memeluk Vernon untuk melindunginya.

"Berhenti! Semuanya berhenti!"

To be continued