Chereads / Secangkir kopi untuk Raditya / Chapter 43 - Tak perlu ada alasan

Chapter 43 - Tak perlu ada alasan

Raditya duduk disamping Rembulan, memandanginya tanpa merasa bosan. Rembulan jengah dipandangi seperti itu, pipinya bersemu. Setelah pernyataan cinta, Raditya dan Rembulan sepakat bahwa hari ini mereka resmi berpacaran.

"Kamu bisa menandainya di kalendermu dan mengingat tanggal dan bulan ini sebagai saat jadian kita."

Raditya menggoda Rembulan, biasanya perempuan selalu mengingat hal-hal seperti ini dan akan sangat sensitif apabila pasangannya melupakan tanggal-tanggal penting seperti tanggal jadian, ulang tahun, valentine bahkan kadang tanggal-tanggal tidak masuk akal seperti tanggal pertama kali mereka berciuman. Perempuan selalu unik di mata Raditya.

Dia tersenyum mengenang pacar-pacarnya yang dulu selalu mengingat setiap tanggal jadian mereka. Ada yang dengan bersemangat merayakannya setiap tahun, ada juga kekasihnya yang selalu mengingat setiap bulan di tanggal itu dan selalu menghitung berapa bulan mereka berpacaran. Bahkan ada yang lebih gila lagi mengingatnya setiap minggu. "Dit, ini sudah dua minggu kita jadian lho." lalu selanjutnya, "Dit, ini sudah tiga minggu kita jadian." Raditya tersenyum mengingatnya, karena pacarnya yang itu hanya bertahan dua bulan dengannya.

Rembulan hanya tersenyum, "Aku tidak perlu menandainya di kalender, aku akan mengingatnya di kepalaku."

"Sini, duduklah mendekat !" Raditya menarik Rembulan mendekat lalu memeluk bahunya. "Apa sih yang membuatmu menyukaiku?" Raditya bertanya, dia sungguh penasaran dengan jawaban Rembulan. Apakah Rembulan sungguh menyukai dirinya apa adanya atau karena dia seorang bintang terkenal, atau karena wajahnya yang tampan atau karena tubuhnya yang bagus, atau karena dia bisa mengambil hati perempuan ini. Berjuta kata atau dan itu menjadi tanda tanya.

"Apakah harus selalu ada alasan untuk menyukai seseorang?" Rembulan mengernyitkan dahinya, dia sungguh tidak mengerti untuk menjawabnya.

"Bukankah biasanya seperti itu? Selalu ada alasan untuk menyukai seseorang." Raditya menghadapkan wajahnya pada Rembulan, mimik wajahnya menyiratkan keheranan. Perempuan ini sungguh berbeda. Apakah dia memang benar-benar menyukaiku? Ternyata seorang Raditya bisa tidak percaya diri dihadapan perempuan ini.

"Aku menyukaimu karena aku memang suka padamu, tidak ada alasan untuk itu. Suka ya suka aja." Rembulan menghadapkan wajahnya pada Raditya tersenyum menggoda, "Jadi alasan apa yang kamu harapkan, hmm?"

"Lan, jangan sekali-kali tersenyum seperti ini kepada laki-laki lain." Ekspresi Raditya berubah menjadi serius.

"Kenapa? Ada yang salah dengan senyumku?"

"Kamu bisa membuat laki-laki lain jatuh cinta padamu, dan aku tidak mau bersaing dengan laki-laki lain. Aku tidak akan rela." Rembulan tertawa, bahkan mendengar tawanya saja sudah membuat Raditya terpesona pada perempuan ini. Ada apa denganku?

"Oh, mungkin kamu menginginkan jawaban seperti ini. Aku suka karena kamu tampan, aku suka karena kamu baik hati, atau aku suka karena kamu bermulut manis." Raditya terbahak mendengarnya. Baru kali ini dia mendengar Rembulan melucu.

"Lalu bagian mana yang menurutmu jawaban yang sesuai?"

Rembulan menggeleng, "Aku suka padamu karena aku suka. Itu saja ! Sudahlah, tidak perlu memikirkan hal-hal seperti itu. Aku hanya mau kita menjalani hubungan ini apa adanya."

Raditya menarik Rembulan untuk semakin dekat padanya, menarik kepala Rembulan rebah dibahunya, membelai lembut rambutnya "Aku juga mencintaimu tanpa alasan. Itu saja !" Setelah itu diciumnya dahi Rembulan.

***

"Bro, Lu lagi dimana sih?" suara David kebingungan, dia berdiri di depan rumah Raditya. Kesalahannya adalah tidak memberitahukan kedatangannya terlebih dahulu. Awalnya karena David lewat dekat daerah rumah Raditya. Lalu ada telpon yang masuk untuk meminta Raditya menjadi bintang iklan. David pikir sekalian saja mampir ke rumah Raditya dan ternyata sang Aktor sedang tidak berada di rumah. Dia kecewa.

David selalu lebih suka mendiskusikan pekerjaan dengan bertemu langsung daripada lewat telpon. Kecuali hal tersebut sangat mendesak.

"Kenapa?"

"Ada kerjaan buat Lo !"

"Lo dimana?" Raditya tahu kebiasaan David yang selalu bertemu langsung kalau menyangkut soal pekerjaan.

"Di depan rumah Lo!" Raditya berjalan keluar lalu memanggil David. Dia ingin David bertemu Rembulan baru setelah itu mereka bicara soal pekerjaan di rumah Raditya.

David tersenyum lebar, memukul pelan dada Raditya saat mereka berhadapan langsung, "Nggak sabar banget Lo ya !"

"Udah, masuk aja gue kenalin sama dia." Raditya menggerakkan tangannya menyuruh David masuk.

Rembulan berdiri menyambut kedatangan David. Tadi Raditya sempat memberitahukan sekilas soal kedatangan David, "Manajerku datang, aku suruh kesini ya?"

***

"Vid, ini Rembulan pacarku, perempuan yang selalu kuceritakan ke kamu. Lan, ini David manajerku."

"Hai !" David mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Rembulan menyambut uluran tangan David sambil menyebutkan namanya.

"Duduklah dulu, aku buatkan kopi. Mau?" David mengangguk, dia suka dengan sikap Rembulan yang terkesan apa adanya dan terlihat tulus.

***

Rembulan meletakkan secangkir kopi yang dibuatnya untuk David di meja.

"Kok cuma David? Aku nggak?" David mengernyitkan dahinya melihat Raditya, tak menyangka Raditya bisa terlihat manja. Dia nyaris tertawa terbahak.

"Aku kira kamu nggak mau. Tunggu, aku buatkan lagi untukmu!"

"Gila, Lu jadi kayak gini?" David berkata pelan, dia tidak ingin Rembulan mendengar. Raditya hanya menaikkan kedua bahunya, tersenyum menyebalkan.

David menyeruput kopinya, lalu berdecak, "Lan, aku boleh sering-sering kesini untuk dibuatkan kopi?"tanyanya dengan suara keras, dia ingin Rembulan mendengar.

"Boleh," Rembulan menjawab sambil berjalan mendekat dengan secangkir kopi ditangannya untuk Raditya.

"Aku akan merindukan kopimu. Sungguh, kopi ini sangat enak." David tersenyum lebar.

"Bukan cuma kamu yang bilang."

"Laki-laki yang disampingku ini katanya jatuh cinta sama kopi buatanmu." David melirik Raditya yang tersenyum kecut.

"Ah, tadi dia nggak bilang begitu. Dia tidak punya alasan kenapa bisa jatuh cinta padaku." Rembulan menanggapi, senyumnya sumringah. Dia mendapat partner untuk menggoda Raditya. Rembulan melirik Raditya yang senyumnya semakin kecut.

"Sejak kapan kalian berdua berkomplot?" Raditya pura-pura marah. " Vid, kamu nggak boleh seenaknya datang ke rumah Rembulan tanpa persetujuanku !" jari telunjukknya menuding ke arah dada David. "Apalagi dengan alasan karena ingin minum kopi buatan Rembulan !"

David tertawa keras, "Tapi beneran, kopi buatan Rembulan memang enak. Jangan terlalu pelit lah, aku kan hanya minta dibuatkan kopi bukan untuk memiliki yang membuat kopi." David semakin bersemangat membuat Raditya jengkel.

"Cepat selesaikan kopimu ! Lalu kita ke rumahku untuk membicarakan pekerjaan !" ajak Raditya, dia nggak suka David berlama-lama bicara dengan Rembulan. Apalagi David mulai mengeluarkan jurus-jurus gombalnya. Raditya menjadi tidak tenang, dia ingin segera menyeret David keluar dari situ.

"Nanti sebelum pulang, aku ke sini lagi ya Lan untuk minum kopi ?" David bicara sambil berdiri. Rembulan mengangguk sambil tersenyum tipis.

"Kebiasaan ! Jangan dituruti Lan !" Raditya mendumal. Dia merasa David sangat tidak tahu diri.

Raditya segera bergegas keluar dari rumah Rembulan dengan harapan David segera mengikutinya. Ternyata David berhenti sejenak dan tersenyum pada Rembulan. "Terima kasih buat kopinya, aku bersungguh-sungguh dengan pujianku."

Raditya berdiri kaku melihat David, "Ayo cepat ! Sayang, aku pulang dulu," katanya pada Rembulan sambil melambai. Dia ingin menyatakan kepemilikannya agar David tahu diri dan sadar bahwa Rembulan adalah miliknya.