Chereads / Garra / Chapter 3 - Tentang Garra

Chapter 3 - Tentang Garra

Dua tahun terakhir, Hidup Shafa memang terbilang sangat datar, Namun itu jauh lebih baik dari pada harus dipertemukan kembali dengan Garra, Laki-laki yang membuat Hidup Shafa tertekan hebat bahkan untuk sekedar mengingatnya.

Pada Awalnya, Garra adalah anak laki-laki yang manis, ia memanjakan Shafa ketika gadis itu membutuhkannya, menjaganya, dan memperlakukan gadis itu sangat baik. Namun lambat laun, tidak ada yang tau jika Garra merasakan sesuatu yang bergejolak dalam dadanya, Ia menginginkan Shafa, ia ingin memiliki gadis itu hanya untuk dirinya saja, Shafa hanya miliknya.

Tanpa sadar, Sikap Garra berubah menjadi kasar, ia membatasi pergaulan Shafa dengan siapa saja, Melarang gadis itu keluar dari rumah jika bukan dengannya, dan yang lebih parahnya, ia tak segan untuk menyakiti Shafa jika gadis itu membangkang.

Hingga puncaknya saat tepat dua tahun silam, Garra yang masih berusia enam belas tahun dengan tega melenyapkan nyawa seorang laki-laki di sekolahnya hanya karena cemburu buta, Garra marah besar ketika tahu bahwa Shafa diam-diam berpacaran dengan laki-laki yang tidak lain adalah teman dekatnya. Richard.

Ketika peristiwa pembunuhan itu terjadi, Shafa ada di sana, ia melihat semuanya, detik-detik terakhir saat Richard tersenyum padanya dengan senyuman tulus hingga saat tubuh lelaki itu tidak lagi bernyawa.

Kejadian itu membuat Shafa syok berat, rasa bersalah menghantui batinnya, ia bahkan mengalami trauma mendalam karena kejadian itu, terlebih saat melihat Garra, Laki-laki manisnya telah berubah menjadi Psikopat gila, semua karena dirinya, ini salahnya.

Karena perbuatannya, Garra akhirnya di kirim ke rumah kakeknya di Belanda setelah perdebatan hebat antara keluarga Richard dan Orang tua angkat Garra. Keputusan itu awalnya di tolak keras oleh Garra hingga laki-laki itu bahkan sempat mengamuk, mengingat ia akan berjauhan dengan Shafa, namun ia terpaksa menerima hukuman itu karena ancaman dari Ayah Shafa.

Namun...

Sekarang Garra kembali dengan Senyuman yang sama, senyuman mengerikan. Laki-laki itu sama sekali tidak sadar ataupun merasa bersalah dengan perlakuannya dahulu. Membuat Shafa cemas dan ketakutan itu semakin menyerangnya.

"Kita gak bisa terus-terusan begini Garra! Aku punya kehidupan aku sendiri, kamu gak berhak ngatur aku!!"

Garra tersenyum sinis, Ia kira kedatangannya akan di sambut antusias oleh Shafa dan mendapatkan pelukan rindu darinya. Nyatanya, Gadis itu malah terlihat seperti tidak mengharapkan kedatangannya setelah dua tahun berlalu tidak pernah bertemu bahkan tidak pernah berkomunikasi.

"Ohh... jadi sekarang kamu sudah lebih berani yah?"

Garra mencengkeram erat kedua lengan atas Shafa membuat gadis itu meringis.

"Sakit Garra!"

"Kamu berubah, dimana Shafa yang dulu? Apa karena laki-laki sialan itu kamu jadi seperti ini?!!," Ucap Garra seraya tersenyum sinis melihat gadis di depannya terisak.

Shafa tersentak saat Garra menarik tangannya kasar, laki-laki itu menyeretnya seperti hewan, Shafa beberapa kali berontak, namun Garra tidak memedulikannya, pergelangan tangannya sudah sangat perih, Garra benar-benar tidak waras.

"LEPASIN AKU GARRA! KAMU BRENGSEK! Hiks" Shafa berusaha melepaskan cekalannya, gadis itu terus saja berontak membuat Garra kehabisan kesabaran, laki-laki itu tanpa di duga memukul tengkuk Shafa keras membuat gadis itu tak sadarkan diri. Ia... Terpaksa.

Garra sempat terdiam sesaat sebelum ia menggendong Shafa ala bridal style menuruni tangga penghubung rooftop dan berjalan menyusuri koridor sekolah yang ramai, Semua orang tampak terkejut melihat tindakan Garra tersebut, tidak sedikit yang menanyakan kondisi Shafa yang tidak berdaya di pelukan laki-laki berperawakan bule itu.

Banyak juga yang tidak menyangka bahwa Shafa yang sangat pendiam memiliki teman yang memiliki rupa di atas rata-rata.

Namun laki-laki itu tidak peduli, aura dingin memancar dari wajahnya, Ia lebih memilih berjalan keluar area sekolah dan membawa Shafa masuk ke dalam mobilnya meninggalkan tempat itu lalu melaju menuju apartemen yang baru saja dibelinya.

Tiba di apartemen, Garra membaringkan tubuh Shafa di ranjang, ia menatap lamat-lamat wajah gadis yang terlelap itu tampak sangat polos dan lugu. Garra tersenyum lebar, kenapa Shafa terlihat semakin bertambah sangat cantik? Rasa kesal kembali menyerangnya ketika mengingat ia kehilangan momen berharga dengan gadis ini selama lebih dari dua tahun.

Perlahan... Garra menunduk mengikis jarak antara dirinya dengan Shafa.

Garra tersenyum penuh arti lalu mengecup kening gadis itu, kemudian di kedua matanya, dan terakhir di bibir gadis itu. Hal itu hanya berlangsung selama sepuluh detik, namun mampu membuat jantung Garra berdetak bertalu-talu lebih cepat.

Laki-laki itu kemudian ikut membaringkan tubuhnya di samping Shafa, memejamkan mata dengan tangan yang mendekap erat tubuh ramping gadisnya, yah Gadisnya, Shafanya hanya Milik Garra seorang.

"Kamu... memang cuma punya aku, Shafa..."