Chereads / COLD NIGHT : THE FATE / Chapter 1 - PROLOG

COLD NIGHT : THE FATE

🇮🇩archer_lunar
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 3.6k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - PROLOG

"Dingin...." keluh seorang anak kecil.

"Sstt... Bertahanlah sebentar lagi. Aku akan mengeluarkan mu dari sini," ucap salah seorang anak lain yang lebih besar dari anak kecil di dekapannya.

"Apakah kita akan hidup?"

"Kamu pasti akan hidup."

"Hanya aku?"

"Diamlah. Kamu adalah percobaan yang istimewa, kamu yang paling diinginkan oleh mereka. Sementara aku hanyalah produk gagal, aku pasti akan baik-baik saja."

Dua anak kecil, satu perempuan satu laki-laki sedang bergandengan tangan berlari di lorong panjang sebuah laboratorium besar. Di sepanjang lorong mereka berlari tertulis angka yang sama.

71

Goncangan demi goncangan menjadi tanda bahwa sebentar lagi tempat yang berdiri di tengah-tengah pulau tak berpenghuni ini akan runtuh rata dengan tanah.

Dua anak ini adalah satu dari sekian ratus produk yang berhasil kabur. Beberapa produk berharga sudah dikemas untuk dikirimkan ke pemilik dari laboratorium. Beberapa lagi menyelematkan diri dari reruntuhan bangunan. Kebanyakan mereka yang melarikan diri adalah produk-produk gagal yang dibiarkan begitu saja.

"Hei kalian!"

Suara besar menarik perhatian dua anak itu. Seseorang dengan senjata lengkap dan baju pelindung membuat kaki kedua anak itu bergetar.

"Kalung itu... Hei! Apa yang kau lakukan di sini?! Seharunya kau ada di ruang 1! Dan kau, kau seorang Zeta! Apa yang kalian lakukan?! Kembali ke tempat kalian!"

"Tidak!" Anak perempuan itu berteriak keras. Dia berdiri di depan anak laki-laki yang lebih kecil darinya.

"Dia bukan uji coba! Dia manusia! Biarkan dia bebas!"

"Kau ini bicara apa, huh?! Mana ada manusia di laboratorium ini. Laboratorium ini hanya menciptakan monster! Sekarang jadilah anak yang baik dan kembalilah ke tempat kalian yang seharusnya!"

"Key! Lari!" teriak sang gadis sembari menarik tangan anak laki-laki yang dipanggilnya Key tersebut.

Mereka berdua pun lari secepat mungkin di lorong panjang yang terasa tak ada ujungnya, sampai tiba-tiba, anak perempuan itu terjatuh karena kakinya mati rasa.

"Ack!"

"Jangan coba-coba lari!" ucap sang penjaga yang menembak bius pada kakinya.

"Uh, 09!" pekik Key yang panik membantu gadis tanpa nama yang dipanggilnya 09 tersebut.

"Kamu larilah, Key! Jangan sampai mereka menangkap mu!"

"Tapi aku tidak ingin meninggalkan mu!" kepanikan membuat mata Key berbinar-binar menahan tangis.

"Bukankah kamu bilang kamu ingin bebas?! Sekarang saatnya! Masuk fentilasi itu dan kamu akan menemukan kapal pengangkut sampah. Kapal itu akan menuju ke suatu negara. Hiduplah di negara itu dengan kemampuan mu! Aku yakin kamu pasti bisa karena kamu adalah salah satu yang terpilih!"

"Tapi... Tapi...."

"Pergilah! Jika aku selamat, aku pasti akan mencari mu. Ini janjiku untukmu!"

Penjaga itu sudah semakin dekat.

"09... Aku... Aku...."

"Tidak ada waktu lagi! Aku lebih tua darimu,  wajar untukku melindungi yang lebih muda dariku! Sekarang pergilah!"

"Tidak!"

"Pergi!"

BAM!!!

Lorong itupun mulai hancur dan runtuh. Getaran-getaran mulai dirasakan. Reruntuhan mulai berjatuhan.

Dengan seluruh tenaga yang bisa ia kumpulkan, 09 berdiri dan mendorong Key sampai keluar dari lorong tersebut.

"09!" teriak Key saat ia terjatuh.

"Hiduplah! Temukan keluarga yang mencintaimu! Kamu adalah manusia yang istimewa Key! Ingat itu!"

Itulah kata-kata terakhir 09 yang mampu di dengar oleh Key, seorang anak laki-laki berumur 5 tahun yang terjatuh dari ketinggian, menghantam tumpukan tubuh-tubuh dingin yang sudah mulai membusuk di atas kapal yang sebentar lagi berlayar.

Matanya berderai air mata saat ia melihat dengan jelas anak perempuan yang menyelamatkannya itu melambaikan tangannya sebelum puing-puing bangunan jatuh mengubur tubuhnya hidup-hidup.

"09!!!!! Huaaaa!!!! Aarrgggghhhhh!!!!"

Serpihan memori pecah menjadi kaca di kepala Key. Dia menyaksikan sendiri Laboratorium 71, laboratorium besar di suatu pulau tanpa penghuni, laboratorium yang menjadikan anak manusia sebagai eksperimen, kini telah hancur lebur rata dengan tanah.

Perlahan-lahan kesadaran Key mulai menghilang. Dia mulai pusing saat kapal tanpa nahkoda ini membawanya secara otomatis menuju suatu tempat.

"....09...."

To be continued