Kelina berjalan memasuki kamar Isla, kemudian berdiri di belakang tubuh Isla yang sedang menggambar.
Kelina membungkukkan tubuh, dan mensejajarkan kepalanya di samping wajah Isla. "Kamu sedang menggambar apa?" tanya Kelina kepada Isla.
"Ini, bu, seorang anak kecil yang terkurung," jawab Isla tanpa menatap Kelina.
Kelina sedikit terkejut, kemudian mencoba melihat gambaran yang Isla buat untuk memastikannya. Ternyata benar, Isla menggambar sesosok anak kecil berjenis kelamin perempuan sedang merenung di balik pagar besi.
"Kenapa Isla menggambar hal ini?" Kelina kembali bertanya.
Isla berhenti sejenak, kemudian kembali mewarnai. "Karena Isla teringat bagaimana kehidupan Isla dulu. Ayah dan ibu selalu mengunci Isla di kamar, dan tidak membiarkan Isla bebas seperti anak-anak lainnya. Isla juga sering berada di ruangan yang seperti penjara," jawabnya yang masih sibuk mewarnai.
Kelina langsung terperanga, dan merubah posisinya yang semula membungkuk menjadi berdiri tegap.
Angin malam yang berhembus memasuki kamar Isla berhasil menyentuh beberapa bagian tubuh Kelina. Hal ini membuat Kelina sedikit begidik kedinginan, mengingat udara malam hari ini terasa menusuk kulit. Beberapa daun yang jatuh mengenai atap rumah, membuat suasana semakin misterius.
Kelina menelan ludahnya. "Kalau begitu Isla lanjutkan menggambarnya. Ibu mau ke dapur dulu," katanya.
"Iya, bu," jawab Isla tanpa menatap.
Kelina berjalan keluar dari kamar Isla, ia juga tidak lupa untuk menutup pintunya. Setelah itu, ia memutuskan untuk menemui suaminya yang sedang makan malam di dapur.
Kelina berjalan menuju ke arah dapur dengan sedikit tergesa.
"Ada apa? Isla mengatakan hal aneh lagi?" tanya Terra setelah mengetahui istrinya sedang berjalan menghampirinya. Terra sangat pengertian dengan Kelina, sehingga ia tahu apa yang sedang istrinya fikirkan.
Kelina manarik kursi, kemudian duduk tepat di depan Terra. Mereka berdua hanya di pisahkan oleh meja makan yang cukup besar. "Kamu sudah makan?" jawab Kelina yang tidak nyambung dengan pertanyaan Terra barusan.
"Sudah, piringnya juga sudah aku cuci," jawab Terra dengan senyuman.
Kelina tidak berkomentar, ia hanya menganggukkan kepala.
"Apakah Isla kembali menganggu fikiranmu?" tanya Terra.
Kelina menghembuskan nafasnya dengan keras. "Bagaimana fikiranku tidak terganggu, melihat tingkah serta perilaku Isla yang aneh dan misterius," jawabnya.
"Memang barusan kamu melihat Isla sedang melakukan hal aneh apa?" tanya Terra.
"Saat aku mencoba menemuinya di kamar, aku melihat Isla sedang menggambar seorang anak yang terkurung, kemudian aku tanya, 'mengapa Isla menggambar hal ini?". Ia justru menjawab 'karena aku teringat kalau ayah dan ibuku sering mengunci Isla dan tidak memperbolehkan Isla bebas seperti anak-anak lainnya," jelas Kelina.
Senyuman Terra yang terpampang di wajahnya secara perlahan memudar. Kemudian, wajahnya beralih ke mimik serius. "Apakah kamu langsung percaya kalau apa yang dikatakan Isla itu kenyataan? Dan apakah kamu lupa kalau anak-anak itu memiliki daya imajinasi yang tinggi?" kata Terra.
"Aku dulu memang berfikir kalau itu hanya imajinasi dari Isla. Akan tetapi, semakin ke sini aku merasa kalau apa yang dikatakan Isla itu bisa kenyataan," jawab Kelina.
"Hal itu memang bisa terjadi. Aku juga teringat perkataan temanku yang selama 20 tahun berada di dunia intrograsi. Ia mengatakan, 'anak-anak tidak bisa berbohong, sehingga akan mudah untuk di introgasi" ucap Terra.
"Apakah kamu juga percaya dengan perkataan Isla?" tanya Kelina dengan cepat.
"Aku tidak bisa menjawabnya sekarang. Tapi, aku juga menemukan beberapa keanehan di tubuh Isla setelah melakukan visum beberapa waktu yang lalu. Ada 5 bekas luka sayatan di lengan bagian kanan, dan 3 tusukan jarum suntik di lengan bagian kiri. Luka ini aku perkirakan terjadi pada 2 minggu lalu, dan Isla mendapatkan 3 suntikan di waktu yang sama," jelas Terra.
"Jadi, Isla benar mendapatkan kekerasan dari orang tuanya yang lama?" tanya Kelina yang menyimpulkan.
"Bisa iya, bisa juga tidak. Karena bisa jadi, luka tersebut di dapatkan karena kecerobohan Isla sendiri. Dan bekas jarum suntik, bisa juga karena pengobatan untuk Isla," jawab Terra.
Kelina tidak berkomentar, dan hanya menolehkan pandangannya ke samping.
"Akan tetapi, aku ingin meminta batuanmu, Kelina. Aku ingin kamu buka identitas keluarganya Isla secara lengkap, kemudian hasilnya berikan kepadaku," perintah Terra.
"Aku penasaran dengan keluarga Bogy," perintah Terra dengan dingin
*****