Azka mengangguk. Ia sekarang jadi mengerti apa maksud dan tujuan Azara datang ke rumah kosong itu.
"Ya sudah ayo cepat masuk! Kita harus bisa menemukan handphone itu," ucap Azka menarik tangan Azara.
"Kok sekarang jadi kamu yang begitu antusias?" sahut Azara meledek.
Mereka pun bergegas untuk masuk ke dalam rumah yang sudah sangat kumuh. Mungkin rumah itu sudah puluhan tahun kosong dan dibiarkan terbengkalai begitu saja.
Ketika mereka masuk, mereka langsung mendapati sebuah meja yang sudah sangat rapuh. Di atas meja itu ada sebuah laci kecil, Azara langsung mendekat dan ingin membuka laci tersebut.
Namun dengan cepat Azka menarik tangan Azara dan mengambil alih posisinya.
"Biar aku saja yang membukanya!" kata Azka dengan sangat gentel.
Azara mundur dan membiarkan Azka membuka laci tersebut.
Di dalam laci tersebut, terlihat ada sebuah plastik hitam yang berisi sebuah benda.
Azka segera mengambil plastik hitam itu. Diduga isinya adalah sebuah ponsel.
Tanpa berpikir panjang, Azka segera membukanya. Ia sudah tidak sabar ingin menguak jaringan hitam yang ada pada kasus ini.
Namun ketika plastik hitam itu dibuka, mereka justru dikejutkan dengan penemuan benda lain.
Sebuah kartu nama bertuliskan nama Candra.
Azka memberikan kartu itu kepada Azara. Kemudian mereka pergi dari rumah kosong itu dengan membawa kantong plastik hitam tersebut.
***
Keesokan harinya
Jam delapan pagi semua anggota tim sudah berkumpul di kantor. Mereka sudah sibuk dengan semua laporan yang mereka temukan kemarin.
Terlihat seseorang datang dan masuk ke dalam ruangan.
Dia adalah Dokter Putri. Dokter yang bekerja di badan forensik, dia juga mantan kekasih Azka.
Dokter Putri datang dengan sebungkus kue bolu yang tadi dibelinya di toko kue. Ia sengaja datang dan membawakan kue untuk menarik perhatian Azka lagi.
"Selamat pagi, apa saya menganggu?" sapa Dokter Putri dengan senyuman yang begitu ramah.
"Selamat pagi Dokter Putri. Tumben datang kemari, ada apa?" tanya Angga yang begitu antusias melihat kedatangan dokter cantik itu.
"Ah tidak, saya hanya ingin mampir saja tadi. Kebetulan tadi saya juga membeli kue untuk kalian sarapan," katanya sambil melirik ke arah Azka yang daritadi diam saja. Bahkan Azka sama sekali tidak merespon kedatangan Dokter Putri.
"Wah tahu saja kalau kami belum sarapan," kata Angga sambil tertawa.
Azara yang duduk di samping Azka belum mengenal siapa Dokter Putri. Sehingga ia juga sama sekali tidak merespon kedatangan Dokter Putri.
"Oh iya perkenalkan ini adalah Azara. Anggota tim yang baru," ucap Ali memperkenalkan Azara.
Azara yang tadi diam dan duduk langsung berdiri dan menjabat tangan Dokter Putri.
"Perkenalkan nama saya Azara."
"Saya Putri, dari badan forensik. Senang bisa berkenalan denganmu," kata Dokter Putri dengan suara yang begitu lembut.
Melihat Azka yang dari tadi hanya diam saja, Arya jadi ingin meledeknya.
"Hei Azka, kamu nggak lihat ada Putri datang. Dia mencarimu," katanya sambil tertawa.
Ucapan Arya tadi membuat Azka jadi bangkit dari tempat duduknya.
"Cie... Ada yang ingin CLBK nih," sahut Dion ikut meledeknya.
"Berisik!" jawab Azka dengan lantang sambil beranjak pergi dari ruangan itu.
Melihat Azka yang pergi meninggalkan ruangan, Putri segera berpamit untuk menyusulnya.
"Saya permisi dulu ya," katanya sambil berjalan menyusul Azka.
Azara yang tidak tahu bahwa Azka pernah menjalin hubungan dengan Dokter Putri jadi merasa bingung. Namun ia tidak ingin memikirkan hal itu, Azara memilih diam sambil melanjutkan lagi laporannya yang tadi belum selesai.
"Ini kuenya! Nanti keburu habis dimakan sama mereka," kata Arya dengan penuh perhatian memberikan sepotong kue kepada Azara.
Hal itu membuat anggota tim lain jadi bersorak. Terlihat sekali kalau Arya sedang mencoba mencari perhatian dari Azara.
"Iya terimakasih," kata Azara meraih kue tersebut. Namun pandangan mata Azara tidak terfokus pada Arya melainkan ke arah luar.
Diam-diam Azara juga penasaran apa yang sedang dilakukan oleh Azka dan Dokter Putri di luar ruangan berdua?
Azka ternyata pergi ke sebuah cafe yang terletak di samping kantor. Dokter Putri pun datang dan duduk di depan Azka.
Azka yang masih merasa kecewa kepada Putri karena dulu Putri memilih untuk meninggalkannya. Putri pergi bukan karena adanya pria lain, tetapi ia pergi untuk melanjutkan sekolah kedokteran di luar negeri. Hingga saat ini rasa sakit itu masih ada di dalam benak Azka. Sementara perasaan Putri masih sama seperti dulu. Ia masih menyimpan rasa suka dan cinta pada Azka. Bahkan Putri masih belum bisa menggantikan posisi Azka di hatinya dengan pria lain. Meskipun selama ini Putri sudah berusaha untuk melupakan Azka.
"Ada apa kamu datang ke sini?" tanya Azka dengan wajah yang tegang. Azka mencoba menyembunyikan wajahnya yang tampak gugup.
"Apa kabarmu?" tanya Putri sambil tersenyum menatap Azka.
"Aku baik. Kamu sendiri?"
"Aku juga baik." Putri tampak canggung melihat ekspresi wajah Azka yang cuek.
"Bagaimana kabar orang tuamu?" tanya Putri lagi.
"Mereka juga baik. Untungnya sekarang mereka sudah tidak pernah lagi menanyakan tentang kamu," jawab Azka cuek.
"Maafkan aku ya Azka. Karena waktu itu aku hanya memikirkan perasaan aku saja. Aku pergi begitu saja tanpa meminta izin darimu. Bahkan aku pergi begitu saja meninggalkan kamu di sini," kata Putri dengan wajah yang penuh rasa sesal.
"Tidak perlu disesali. Semua sudah terjadi. Yang lalu biarlah berlalu. Semoga saja setelah ini kamu bisa mendapatkan yang kamu inginkan termasuk pasangan yang baru," ucap Azka jadi semakin canggung karena harus kembali mengungkit masa lalunya.
"Tapi aku nggak mau yang baru Azka," kata Putri memegang tangan Azka.
Namun dengan cepat Azka melepaskan tangan Putri dan berpura-pura mengambil ponselnya dari kantong baju.
"Maaf sepertinya aku harus kembali ke kantor!" kata Azka mencari alasan untuk bisa pergi dari hadapan Putri.
Putri hanya diam, ia tidak mempunyai alasan lagi untuk bisa mencegah Azka agar tetap berada di sini bersamanya.
Setelah membayar minumannya, Azka pergi meninggalkan cafe. Meninggalkan Putri yang masih saja menatapnya dengan tajam.
'Aku pasti bisa mendapatkan kamu lagi, Azka. Karena sampai detik ini juga aku masih sangat mencintai kamu,' gumam Putri di dalam hatinya sambil terus melihat ke arah Azka yang sudah semakin jauh.
Azka kembali ke kantor. Di dalam ruangan, semua anggota tim sedang rapat membahas masalah Yeni. Semua anggota mengumpulkan bukti yang mereka dapat. Termasuk kartu nama atas nama Candra dan sebuah ponsel yang kemarin Azara temukan di dalam rumah kosong.
"Baik nanti sore kita semua kembali ke kantor untuk melanjutkan penyelidikan terhadap Yeni. Azara, jika kamu tidak hadir juga tidak apa-apa. Saya takut kamu akan terbawa suasana jika memang Yeni terbukti ikut andil dalam pembunuhan ayahmu," kata Ali dengan bijak.
"Tidak Pak! Saya akan tetap ikut ke sana," jawab Azara dengan tegas dan sangat yakin.