Keesokan harinya
Seluruh anggota tim hadir ke ruang penyidik. Di dalam ruangan terlihat Yeni sudah duduk dengan santainya. Wajah Yeni sama sekali tidak menunjukkan rasa bersalah.
Hanya Ali, sebagai ketua tim yang masuk ke ruangan itu. Sementara semua anak buahnya menunggu di balik kaca dan melihat bagaimana wajah Yeni sama sekali tidak merasa takut.
'Braakkk'
Ali melempar sebuah dokumen ke meja di depan Yeni. Wajah Yeni masih terlihat biasa saja dan begitu santai. Ia sama sekali tidak merasa takut dengan mata Ali yang melotot. Hal itu semakin membuat Ali jadi geram. Ia sangat marah dengan ekspresi Yeni yang mengesalkan itu.
"Katakan sekarang juga kenapa kamu membunuh Aryani?" tanya Ali langsung berterus terang. Menatap Yeni dengan tatapan yang tajam.
Yeni hanya tersenyum dan membuat Ali jadi semakin geram.
"Siapa yang membunuh Aryani? Untuk apa saya mengotori tangan saya yang cantik ini hanya untuk membunuh orang?" kata Yeni sambil menunjukkan tangan kanannya yang baru saja dipasang kutek warna ungu muda.
"Kalau memang tidak melakukan itu, kenapa kamu lari ketika petugas ingin menanyakan kamu tentang masalah ini? Mereka hanya ingin kamu jadi saksi," kata Ali semakin geram melihat wajah Yeni.
Yeni menoleh ke arah kaca jendela. Semua anak buah Ali ada di sana. Yeni menatap mata Azara yang melotot. Kemudian Yeni berbisik di dekat telinga Ali,'Dia bukan manusia biasa. Dia adalah monster," katanya dengan pelan.
Alih-alih percaya dengan ucapan Yeni tadi, Ali justru semakin marah. Ia merasa Yeni sedang main-main dan tidak bisa menghargai keberadaannya di sana.
'Brakkk!'
Ali kembali memukul mejanya dengan sangat keras. Bahkan Yeni sampai terlonjak kaget mendengar suara itu.
"Jangan main-main sama saya. Katakan sekarang juga kenapa kamu harus lari ketika anak buah saya menginterogasi kamu sebagai saksi atas kematian Aryani, hah?" teriak Ali sudah memerah. Wajahnya terlihat sangat marah.
Azka langsung masuk ke ruang penyidik begitu melihat ketua tim emosi.
"Maaf komandan, biar saya saja yang melanjutkannya!" kata Azka pelan.
Ali hanya menghela nafas panjang, menatap wajah Yeni yang masih terlihat santai dan sama sekali tidak merasa bersalah. Kemudian ia keluar dan membiarkan Azka duduk di depan Yeni untuk melanjutkan interogasinya tadi.
Melihat Azka yang sekarang duduk di depan Yeni, wajah Yeni jadi berubah. Tadinya Yeni terlihat santai, tapi sekarang ia justru terlihat sangat ketakutan. Ia sampai mengangkat salah satu kakinya dan menutup wajahnya dengan lutut.
"Yeni, tolong kerja samanya. Jangan terlalu banyk drama di sini. Kamu tahu kan kalau ini adalah kantor polisi? Jika kamu mempermainkan kami, maka hukuman yang akan kami berikan pada kamu akan semakin berat. Jadi sekarang saya mohon kerja sama kamu, jawablah! Kenapa kamu harus lari ketika kami datang ke tempatmu kemarin?" tanya Azka sambil menatap Yeni yang tampak gemetaran.
Wajahnya sekarang benar-benar terlihat ketakutan.
Yeni juga hanya diam tanpa menjawab pertanyaan dari Azka.
Bahkan untuk menatap Azka saja enggan.
Azka sepertinya mulai putus asa juga. Ia menghela nafas panjang, kemudian melirik ke arah jendela. Dilihatnya Azara masih menatap ke arah mereka.
'Azara, masuklah! Urus perempuan ini!' gumam Azka di dalam hatinya sambil mengangguk ke arah Azara.
Azara yang mendengar suara hati Azka segera meminta izin kepada Ali untuk masuk ke ruang penyidik.
"Maaf komandan, izinkan saya masuk untuk membantu Azka!" kata Azara dengan sopan.
"Silahkan saja!"
Azara pun segera masuk. Raut wajah Yeni jadi semakin ketakutan ketika ia melihat Azara masuk dan sekarang sudah berdiri di depannya.
Azara berbisik di telinga Azka dengan pelan.
"Tolong tinggalkan aku berdua dengan Yeni dan kamu matikan saja rekaman kamu itu. Aku butuh waktu untuk bisa berbicara dengan Yeni menggunakan kemampuan yang aku miliki,' kata Azara pelan.
Azka sangat paham dengan maksud Azara. Ia mengangguk kemudian keluar dari ruangan itu.
Azka juga mematikan rekaman yang tadi ia pasang di ponselnya.
Hal itu membuat seluruh anggota tim jadi merasa bingung.
"Kenapa dimatikan rekamannya? Proses interogasinya saja belum selesai? Bahkan Yeni sama sekali belum bicara apapun kan?"
"Kita serahkan saja sama Azara. Sebagai seorang perempuan, aku yakin dia lebih bisa mengerti. Dan Yeni pasti akan bicara pada Azara nanti," jawab Azka dengan santainya.
Azara mulai berbicara dengan pelan kepada Yeni. Memegang kedua bahu Yeni yang masih gemetaran.
"Yeni, tenanglah! Saya tidak akan menyakiti kamu. Saya di sini hanya ingin membantumu untuk menangkap pelakunya," ucap Azara dengan lembut.
Yeni mulai bergerak. Kakinya yang tadi diangkat ke atas mulai diturunkan ke bawah. Wajahnya sedikit lebih terlihat tenang sekarang.
Mata Yeni terlihat menatap Azara dengan tajam. Bibirnya mulai bergerak perlahan seolah ada sesuatu yang ingin sekali dikatakan oleh Yeni kepada Azara.
Azara juga masih menunggu suara hati Yeni. Namun Yeni sama sekali tidak bicara di dalam hatinya.
"Pelaku itu memiliki jaringan yang sangat kuat," kata Yeni mulai bicara dengan pelan.
Azara sedikit terkejut dan menatap mata Yeni dengan tajam.
Namun Azara hanya diam dan menunggu kelanjutan kalimat dari Yeni.
"Kalian tidak akan bisa menangkap pelakunya. Karena dia adalah orang yang sangat berbahaya. Dia memiliki jaringan yang sangat kuat dan sulit untuk ditangkap. Jadi sebaiknya kalian menyerah saja. Daripada nyawa kalian yang nanti akan melayang. Satu per satu dari kalian akan mati jika tetap mencari pelakunya," lanjut Yeni dengan mata yang kosong.
Azara semakin terkejut mendengar ucapan Yeni itu. Matanya juga sedikit melotot ke arah Yeni.
"Jadi benar kalau kamu ikut dalam rencana pembunuhan Aryani?"
Yeni menggelengkan kepalanya.
"Tidak! Aku tidak ikut dalam rencana pembunuhan itu."
Kemudian Azara mengeluarkan ponsel dan kartu nama ayahnya yang kemarin ia temukan di dalam rumah tua itu. Ia menunjukkannya kepada Yeni.
"Apa kamu kenal dengan orang ini?" tanya Azara tegas.
"Tidak, aku tidak mengenal orang ini."
Yeni juga menjawab dengan tegas.
Namun wajah Yeni kembali berubah. Ia seperti sedang mengingat sesuatu.
Azara yang melihat hal itu kemudian mencoba menerawang apa yang sedang Yeni pikirkan sekarang.
Dan ternyata benar, Yeni memang sedang memikirkan kejadian sekitar sebulan yang lalu.
Kejadian ketika Yeni sedang dididatangi oleh beberapa gerombolan preman untuk menagih hutang Yeni kepada salah satu rentenir.
"Ceritakan sekarang apa yang terjadi waktu itu!" kata Azara bisa menebak apa isi dalam pikiran Yeni sekarang. Yeni kaget dan lamunannya buyar. Ia juga menelan ludahnya melihat Azara yang benar-benar hebat dapat membaca pikiran dan suara hatinya sekarang.
"Ayo ceritakan sekarang, Yeni!" kata Azara lagi.