"Maafkan, kencan kita jadi kacau," dengus David. Kini mereka sudah kembali di dalam kamar. Angin malam mulai berhembus sedikit kencang, tidak baik untuk Alina, lagi pula kejadian tadi membuat David dalam kondisi yang buruk.
Alina tersenyum simpul kemudian ia menggelengkan kepalanya pelan. "Itu bukan salahmu," ujarnya seraya menyentuh rahang David.
"Kita masih bisa kencan lain kali, kita punya banyak waktu," Alina menenangkan David.
Alina senang, rupanya David menganggap bahwa tadi itu kencan mereka. Alina ingin tersenyum geli, tapi ia tahan, takut jika ia menertawakan David walaupun sebenarnya iya.
David mulai melembut namun Alina belum berani untuk bercanda dengannya. Masih ragu, namun kemajuan dari sikap David ini sudah sangat lebih baik daripada sebelumnya.
Alina selalu bersyukur mengenai ini.
David mengangguk seraya menyentuh tangan Alina yang menyentuh rahangnya. "Kau tidur, sudah malam."
"Iya, ayo," jawab Alina sambil mengangguk pelan.
***