"Apa maksudmu dengan apa yang aku rasakan sejauh ini? siapa kau sebenarnya? Apa kau semacam jurnalis yang bekerja dalam kasusku?" Jax mengatakan apa yang ada di dalam pikirannya secara tidak sadar.
Namun, pria berkulit gelap di hadapannya itu tidak menjawab pertanyaannya tapi malah memberikan pertanyaan lainnya. "Kami bertanya bagaimana perasaanmu sejauh ini mengenai pengalaman di dalam dunia tiruan ini?" pria berkulit gelap itu mengulangi pertanyaannya dengan nada serius yang sama.
Ada apa dengan pria ini? bicara tidak masuk akan secara tiba-tiba!
Jax melangkah mundur lagi dengan kebingungan dan punggungnya menyentuh dinding batu yang sangat dingin, menandakan bahwa ia tidak bisa melangkah mundur lagi.
Melihat reaksi dari Jax, pria berkulit gelap itu menyipitkan kedua matanya.
"Sekarang, berhenti membuat pria muda ini bingung. Kau harus memberikannya waktu setelah menjelaskan inti dari apa yang kau katakan. Baru saat itu, ia akan bisa mengerti dengan apa yang kau tanyakan tentang dirinya." Pria lain yang berkulit putih itu memilih saat ini untuk ikut campur dan mengatakan sesuatu yang bahkan lebih membingungkan.
Itu sepertinya dua orang yang terlihat sedikit gila ini memiliki sesuatu untuk mereka katakan kepada Jax, intinya adalah; hal apa itu?
Sejujurnya, pikiran Jax yang sudah terasa sangat lelah tidak bisa mengerti dengan memikirkan kemungkinan yang akan terjadi dari bertemu dengan kedua orang asing ini yang sepertinya terlihat berbahaya di dalam sel penahanan ini.
Akhirnya, Jax menemukan suaranya dan bekata dengan serius. "Apa yang kau maksud dengan dunia 'tiruan' ini?
Pria dingin itu menatap ke arah Jax, terlihat sedang merenungkan kalimat selanjutnya yang akan ia katakan dan kalimat selanjutnya yang keluar dari mulut pria itu bukanlah sesuatu yang yang diperkirakan oleh Jax.
"Duniamu, dimana kau tinggal saat ini, ini semua tidak asli."
Jax tidak tahu bagaimana harus memberikan respon sebagai jawabannya. Ia berdiri dengan punggung yang menempel di dinding, dan menatap ke arah dua pria di hadapannya itu, kesana dan kemari satu per satu secara bergantian.
Pria yang berkulit gelap mengatakannya dengan sangat santai seakan ia hanya memberikan komentar pada suatu kabar biasa dari Koran pagi hari dan ditambahkan dengan ekspresi wajahnya yang serius, membuatnya sulit bagi yang lain untuk meragukan kata-katanya.
"Apapun ingatan yang kau miliki dari dunia ini semua itu adalah buatan dan sebuah simulasi." Pria itu menambahkan kalimatnya lagi.
Jax menundukkan kepalanya setelah mendengar kalimat pria itu dan menemukan bahwa dirinya percaya dengan yang dikatakan oleh pria itu. namun, ketika pikiran kembali muncul di dalam benaknya, itu terasa seperti suatu hal yang sangat mustahil untuk ia percaya.
"Aku tidak tahu siapa dirimu, tapi aku sudah sangat cukup mendengar omong kosong selama beberapa hari terakhir, jadi jika kau disini bukan untuk menolongku, pergi dari tempat sialan ini sekarang, kau bisa pergi dari hadapanku dan bawa semua omong kosongmu pergi bersama denganmu." Jax berkata dengan tegas sementara mengepalkan kedua telapak tangannya di sebelah tubuhnya.
Dua pria itu menatap satu sama lain dan seakan memastikan sesuatu, mereka mengangguk secara bersamaan sebelum kembali menatap ke arah Jax, yang sekarang sedang menatap tajam ke arah mereka kembali.
"Kau membutuhkan beberapa waktu untuk memikirkan tentang hal ini terlebih dahulu. Kita akan segera bertemu lagi, Jax." Pria kurus bekulit putih itu berkata dan berjalan keluar dari pintu setelah mengangguk ke arah Jax seakan menginformasikan kepadanya bahwa ia akan pergi.
Sementara, pria kedua menatap ke arah Jax seakan ia ingin mengatakan sesuatu kepadanya, tapi di saat selanjutnya, ia juga berbalik sebelum mengikuti kawannya berjalan keluar dari pintu.
Jax menatap ke arah punggung mereka hingga mereka meninggalkan ruang tahanan ini. pikirannya terus mengulang kalimat yang dikatakan oleh mereka kepadanya sebelumnya. Ia merasa bahwa mereka sungguh tidak bisa dipercayai tapi ada sedikit pemikiran di dalam benaknya yang tidak bisa setuju dengan dirinya sendiri.
Jax mengeluarkan helaan napas frustasi sebelum ia menggelengkan kepalanya seakan sedang menyingkirkan apapun hal yang ia dengar di dalam beberapa menit terakhir. Ia sudah sangat muak dengan mendengar apapun yang bisa membebani sel otaknya, dan tidak butuh keanehan lainnya lagi untuk membebani sarafnya yang sangat malang.
Namun, satu pertanyaan yang tidak ingin meninggalkannya sendirian adalah;
Siapa mereka sebenarnya?
Sementara ia masih mencoba untuk meredamkan pikirannya sendiri, seseorang datang dan masuk ke dalam ruangan selnya dengan mendorong pintu jeruji besi itu secara keras setelah membuka kuncinya.
Jax mengangkat tatapan matanya dan melihat seorang petugas, uang sekarang sedang berjalan menuju ke arahnya, mengambil beberapa langkah yang santai.
"Tuan, apa kau tahu dua pria yang baru saja datang ke dalam sel ini?" Jax bertanya kepada seorang pria yang berseragam abu-abu.
"Apa yang sedang kau bicarakan?" Tanya pria itu sebagai balasannya.
"Dua orang pria yang baru saja datang sebelum kau masuk ke dalam sini, mereka baru saja keluar. Aku rasa kau masih bisa melihat mereka di koridor sekarang." Jax berkata dengan nada bicara yang datar.
Ia tidak begitu tertarik untuk mengetahui dua pria yang sebelumnya itu, ia hanya merasa penasaran tentang siapa mereka dan apa yang menjadi tujuan mereka untuk menghampirinya.
Sementara, sang petugas kepolisian memunculkan kepalanya keluar ruangan, jika saja ada seseorang yang mencoba untuk melakukan hal konyol, tapi tidak ada siapapun disana.
"Tidak ada siapapun disini nak," Ia berkata.
"Bisakah kau periksa kembali?" Jax sungguh merasa kebingungan, dan petugas kepolisian itu juga terlihat sangat kebingungan tentang apapun yang ditanyakan oleh Jax kepadanya.
"Tidak ada siapapun." Ia menjawab dengan singkat.
Melihat reaksi dari petugas ini, Jax merasa sangat bingung. Namun, ia dengan cepat kembali mendapatkan kesadarannya dan bertanya lagi kepada petugas di hadapannya.
"Apa kau tidak melihat dua orang pria meninggalkan sel penahanan ini, ketika kau datang? Mereka baru saja pergi sebelum kau masuk kesini. Mereka mengenakan pakaian formal seperti setelan jas berwarna hitam…" Jax mencoba untuk menggambarkan penampilan mereka dengan singkat tapi lawan bicaranya menghentikan apapun yang sedang ia katakan di tengah-tengah kalimatnya dan menjawab Jax.
"Tidak ada orang seperti itu, dan tidak mungkin ada orang lain yang bisa menemui narapidana saat ia sedang ditahan dan menunggu persidangan." Ucap sang petugas kepolisian dengan sejujurnya, yang dengan berhasil membuat Jax membuka mulutnya dengan tidak percaya.
Jax tidak tahu bagaimana bisa seuatu yang tidak mungkin seperti itu terjadi. Ia baru saja bicara dengan kedua pria itu dan melihat mereka keluar dari ruangan ini dengan kedua matanya sendiri, namun petugas kepolisian di hadapannya ini mengatakan yang sebaliknya.
"Tuan Black, aku akan pergi ke ruang pengadilan beberapa saat lagi." Ucap petugas itu sambil mengulurkan borgol ditangannya di hadapan wajah Jax.