Jax menatap ke arah tangannya, yang sekarang sudah diikat dengan borgol untuk keempat kalinya sejak ia terbangun dari tidur panjangnya yang terakhir; atau harus ia katakan sebagai kondisi komanya selama dua puluh empat jam penuh atau lebih, setelah ia jatuh tidak sadarkan diri karena menerima pukulan di lehernya dengan sangat keras.
Ia mengeluarkan helaan napas panjang yang tak berdaya sebelum ia mengalihkan kedua matanya menatap ke arah jendela dari sebuah mobil van dimana ia berada sekarang, tentu dengan ditemani oleh beberapa petugas kepolisian berseragam atau beberapa orang yang berkepentingan dalam masalah ini.
Ia sedang di antarkan ke tempat pengadilan pidana, setelah menerima keputusan akhir atas kasus pembunuhan Tuan Robert, atau lebih tepatnya sebuah pembunuhan yang sudah dengan sukses di atur oleh seorang pria bertopeng, menuju ke penjara pusat yang dibuat untuk menempatkan para pelaku kriminal berbahaya.
Saat ini sudah malam hari, tapi hakim yang melihat melalui persidangan ini bersikeras bahwa sang narapidana harus dikurung di balik jeruji besi secepat yang mungkin terjadi karena terdakwa pun tidak sedikit pun mengatakan bahkan walau hanya satu kata selama lima jam penuh persidangan itu dilakukan sementara pelayan public; yang dinamakan jaksa penuntut umum dan pembela umum membuat persidangan itu seakan terbalik karena pembunuhan seorang pria yang tidak dikenal.
Pria tak dikenal ini tidak lain dan tidak bukan adalah merupakan pria malang yang terbunuh di dalam ruang unit apartemen Jax, Tuan Robert and narapidananya adalah Jax sendiri.
Ya, Jax bahkan tidak mengatakan satu kata pun setelah mengatakan bahwa ia bukanlah orang yang membunuhnya ketika sang hakim memberikannya kesempatan untuk bicara mengenai sesuatu atau apapun mengenai situasinya sendiri.
Itu tidak jelas apakah hakim yang telah disebutkan itu ingin Jax mengakui kesalahannya tanpa memperpanjang masalah ini atau mungkin, hakim itu ingin Jax melakukan sesuatu yang tidak biasa dan membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah.
Namun sebaliknya, Jax tidak melakukan apapun yang bisa membuatnya bertemu dengan ekspektasi dari orang-orang yang datang untuk menyaksikan persidangan, termasuk para petugas polisi, yang mengira bahwa Jax akan berakhir mengatakan ceritanya lagi mengenai pria bertopeng atau mengenai dua pria misterius yang terus ia tanyakan selama perjalanannya menuju ke tempat persidangan ini.
Melihat sikap yang tidak melawan ini, orang akan mengira bahwa Jax adalah seseorang yang tidak mengerti arti dari kata 'tobat'. Dalam kata lain, ia terlihat seperti seorang pembunuh berdarah dingin yang bahkan tidak sedikit pun merasa bersalah.
Tapi ternyata bukanlah hal itu yang menjadi masalah. Jax hanya memutuskan bahwa jika pun ia mengatakan satu hal tidak akan mengubah apapun hasil dari persidangan ini lagi, karena ia sudah kehilangan harapan untuk menjelaskan kebenaran bahwa ia tidak bersalah berulang-ulang kali kepada siapapun yang membahas kasus ini di hadapannya.
Namun, tidak ada yang berubah karena tidak ada satu pun di antara mereka, entah itu adalah petugas investigasi atau pembela umum sekali pun yang datang untuk membela dirinya di dalam kasus ini mempercayai akan keberadaan pria bertopeng yang ia katakan.
Jadi, berdasarkan apa yang sudah ia alami, semua itu akan sia-sia untuk memperpanjang argumentasi ini dengan menyebutkan siapa pembunuh sesungguhnya ketika mereka semua sudah mempercayai yang sebaliknya.
Jax bahkan tidak tersentak sedikit pun ketika sang hakim memutuskan untuk mengirimnya ke penjara nomor satu yang memiliki pengamanan yang luar biasa ketat, karena hakim memberikannya keputusan akhir dengan mengatakan;
"Karena, semua bukti yang ada yang telah dikumpulkan oleh para petugas itu benar asli dan terbukti bahwa tertuduh dalam masalah ini benar-benar bersalah, maka dengan ini aku menyatakan hukumannya selama seumur hidup dan ia akan menjalankan hukuman di penjara pusat area Utara dimulai dari hari ini." ucap sang hakim, sambil mengetuk palu yang ada di tangannya ke atas sebuah balok yang ada di atas mejanya sebanyak tiga kali, menandakan bahwa ia telah memberikan keputusan akhirnya dalam kasus ini. dalam kata lain, ia menutup kasus ini hanya dalam sekali sidang.
Di sisi lain, semua orang yang menyaksikan terkesiap ngeri ketika mereka mendengar 'penjara pusat area Utara'. Itu cukup untuk dimengerti juga. Bagaimana pun, hanya para pelaku kriminal yang paling berbahaya yang akan dikirim ke dalam penjara itu. dadn sekarang, seoarang anak muda berusia dua puluh tahun itu dikirim ke dalam penjara yang telah ditunjukkan seperti itu saja, meskipun itu baru merupakan pelanggaran pertamanya.
"Meskipun itu baru pelanggaran pertamanya, tetap saja sang narapidana harus dihukum sesuai untuk bisa mengarahkannya kembali ke jalan yang benar, mengingat bahwa korban dibunuh dengan secara kejam, ditusuk dengan pisau bedah di beberapa organ vitalnya, membuatnya mati karena kehilangan banyak darah." Hakim itu menambahkan kalimatnya, seakan memberikan jawaban bagi semua orang yang hadir.
Setelah mengatakan hal itu, ia mengetuk palu satu kali lagi, dengan resmi mengakhiri kasus ini. lalu, ia berdiri dan meninggalkan tempat persidangan dengan cepat.
***
Di hadapan sepasang gerbang besi yang sangat besar, mobil van kepolisian itu berhenti, menandakan bahwa orang-orang yang duduk di dalamnya telah sampai di tempat tujuan mereka sore ini.
Dua petugas keamanan, menghampiri pengemudi mobil van untuk menlengkapi formalitas, setelah mereka menyerahkan Jax yang sejak tadi hanya diam selama perjalanannya menuju ke tempat ini.
Mereka membawa tahanan baru mereka untuk mengganti pakaiannya setelah melemparkan satu set pakaian narapidana, ternyata adalah sebuah pakaian jumpsuit berwarna biru terang dengan sebuah nomor yang tercetak di sisi kiri bagian dada ke tangan Jax.
Jax hanya terus melakukan apa yang diperintahkan kepadanya dengan hening. Ia mengenakan pakaian itu dan menyerahkan pakaiannya, yang mereka simpan bersamaan dengan semua barang lainnya milik Jax.
Membicarakan tentang barang bawaan, ia tidak memiliki banyak barang bawaan sekarang, hanya dua set kunci; satu adalah kunci sepedanya sementara yang satunya adalah kunci unit apartemennya bersama dengan koin kembalian, yang biasa ia simpan di dalam saku celana panjangnya.
Setelah itu, ia dituntun berjalan menuju ke arah ruangan selnya setelah melewati beberapa lorong gelap, sementara banyak suara jangkrik yang melengkapi suasana malam.
Pintu besi yang padat dari ruangan sel mengeluarkan suara berderik yang berat ketika didorong dan dibuka oleh salah seorang penjaga.
Satu penjaga lainnya mendorong Jax agak kasar ke dalam ruangan yang sepertinya sel koson ini yang bahkan tidak dilengkapi dengan penerangan yang sesuai dan memberikan tatapan kepada Jax seakan sedang memperingatinya agar tidak melakukan hal konyol apapun.
Tapi pertanyaannya adalah, apakah itu bahkan sesuatu yang mungkin bagi pria muda seperti dirinya keluar dari tempat ini melewati dua pria kekar seperti mereka? Tidak perlu menyebutkan dinding penjara yang diamankan dengan sangat ketat dengan pagar listrik.
Jax hanya tidak tahu apakah ia harus menangis atau tertawa atas sikap dari para penjaga ini.