Chapter 9 - Ide

"Mom, kenapa kau di sini?" Allan bertanya tak suka.

Aleya Chika Gutierrez tersenyum centil. Ia pun merangkul Alyssa dan tidak mempedulikan keterkejutan gadis cantik itu. "Biarkan dia bersamaku, soalnya aku takut kau akan memintanya menjadi istrimu!"

"HAAAHH!" pekik semua orang yang ada di kamar Allan.

"Mom, kau ini bicara apa!" kesal Allan merasa malu. Bukan karena apa, tetapi ucapan ibunya bisa membuat Alyssa menarik kesimpulan yang salah.

Alyssa pun merasa sangat canggung dengan serangan tiba-tiba Aleya. Apalagi disaksikam oleh semua orang. "Maaf, Nyonya Besar Gutierrez!"

"Oh, kau sudah tahu cara memanggilnya, ya. Waahh ... impressive!" ujar Aleya tersenyum bangga.

Allan dan Crish kompak menepuk kepala mereka masing-masing. Ini masih pagi, tolong. Dimohon untuk tidak melakukan hal-hal yang membuat otak nge-blank.

"Mom, kau menyukainya?" tanya Allan dan Crish bersamaan.

"Tentu saja!" ucap Aleya sambil menatap wajah Alyssa dengan senyum menawan. Jari-jarinya sibuk mengelus pipi kanan Alyssa.

"Kau terlalu cantik untuk menjadi seorang pelayan, Sayang. Apa kau punya niat tertentu?" tanya Aleya tiba-tiba.

DEG.

Tidak hanya mereka semua, Liv yang baru masuk untuk memberikan aurat kontrak kerja pun merasa sangat terkejut dengan sikap Aleya. Jika sudah begini, berarti memang ada yang tidak beres dengan Alyssa.

"Tentu!" jawab Alyssa mantap. "Keahlian saya hanya di bidang memasak dan saya sangat ingin hidup di istana ssbesar ini. Saya sudah bosan di hotel ataupun restoran. Kalau saya bekerja di sini, itu memungkinkan saya untuk mendapatkan banyak uang karena saya sangat menyukai uang!"

Tidak ada yang pernah menduga, seorang calon pelamar akan mengatakan secara gamblang dia ingin mendapat gaji besar kecuali Alyssa.

Dia sangat dan mungkin terlalu berani mengatakannya. Yah, biar saja. Memang niatnya untuk berubah menjadi karakter lain sudah tertanam kuat dalam dirinya. Ia akan menanggung semua risikonya.

"Kau, sangat berani, ya!" timpal Aleya. "Huh, aku jadi makin menyukaimuu!" peluknya sangat erat hingga membuat Alyss tersiksa.

'Ck, apa-apaan sih, Mommy ini!' gumam Allan.

"Maaf, Mom. Dia memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Jadi, aku lebih membutuhkannya!" sergah Allan.

Hal itu didengar oleh Liv. Alyssa menyadari raut wajah gadis itu sedikit berubah tidak suka. Namun, dia bisa mengontrolnya.

'Olivia, topengmu tebal juga!' batin Alyssa.

"Tidak bisa, dia bisa memasak. Aku ingin dia jadi partnerku di perusahaanku. Bukankah dia sudah cukup?" tunjuk Aleya ke arah Liv.

Semua mata tertuju pada Liv. "Eh, kenapa saya, Nyonya?"

"Bukankah anakku menyukaimu, Sayang. Aku tidak ingin mengganggu hubungan kalian dengan datangnya si cantik ini!" Aleya semakin mengeratkan pelukannya.

'Ah, begitu rupanya?' batin Alyssa tersenyum.

"Mom!" bentak Allan tidak tahan lagi. Apalagi saat menyadari Alyssa tersenyum seperti telah memahami semuanya.

"Ikut aku!" Allan menarik Alyssa pergi dari kamar. Semua orang terkejut melihat tingkah Allan yang seperti memiliki perhatian lebih pada Alyssa.

"Tuan, itu sakit!" lirih Alyssa pelan.

"Diam," desis Allan pedas. Pria itu mendorong Alyssa masuk ke dalam ruangan khusus yang berisi banyak sekali bir.

Brak.

Tubuh limbung gadis itu mengenai rak besar berisi bir kelas mahal. Ia pun kagum melihatnya.

Lain halnya dengan Allan, pria itu menatap lekat-lekat wajah Alyssa yang full make-up. "Kau tidak hanya cerdas, tapi kau juga bisa memasak, make-up, dan pintar menyesuaikan diri!"

Glek.

Tubuh Alyssa terhenyak saat Allan menyudutkannya ke bagian gelap rak yang berisi tumpukan bir itu. Dia mundur satu langkah demi langkah menjauhkan dirinya dari Allan.

"Tuan, anda kenapa?" tanya Alyssa bernada berbisik. Kecil sekali suaranya karena menahan rasa takutnya.

'Kenapa dia malah marah padaku?' kesalnya dalam hati.

Brak.

Lengan Allan menggebrak rak kayu dan membuat Alyssa terkejut setengah mati berada dalam kungkungan Allan. Wajah mereka sangat dekat dan membuat hawa semakin panas.

"Sayang," panggil Allan mengalun lembut.

Darah Alyssa berdesir, sialan. Allan hanya ingin menggoda Alyssa untuk melihat seberapa jauh kemampuannya dalam mengontrol perasaan.

"Aku masih tidak mengerti kenapa kau dan ibuku sangat dekat. Apa kau pernah bertemu dengannya, dimana, kapan?" tanya Allan sangat cerewet.

Alyssa menggeleng, tanda dirinya merasa belum pernah bertemu dengan Aleya.

"Aku juga sangat bingung kenapa Crish juga menyukaimu. Kau itu, menyebalkan seperti dia yang bisa dengan mudah mendapatkan perhatian!" bisik Allan yang semakin mendekatkan wajahnya.

"S-- siapa, Tuan?"

"Georgia Zanetti, mantan istriku. Sial, kenapa juga aku harus mengatakannya padamu?" umpat Allan pada dirinya sendiri.

"Memangnya kalian kenapa, apa kalian bercerai?" tanya Alyssa hanya penasaran dengan jawaban apa yang akan dikatakan Allan.

Mata Allan berkilat marah. "Dia dibunuh oleh seorang gadis remaja yang saat ini sedang kucari keberadaannya!"

"Tuan, kenapa anda mengatakan hal ini pada saya!" heran Alyssa sejak tadi.

"Itu karena kau!" timpal Allan kesal. "Kejadian tadi sangat mirip dengan saat itu dan aku tidak tahan melihatnya!" pungkas Allan.

"Tuan, anda jujur sekali!" timpal Alyssa datar.

"Biarlah, setelah ini kau juga akan jadi teman tidurku!?" seringai di wajah Allan menunjukkan taringnya.

"HAH!"

"Aku tidak akan membiarkan ibuku mengambilmu!"

"Kenapa?"

"Karena aku juga tertarik denganmu, Sayang!"

"Tuan, jangan berkata begitu. Saya akan kena masalah nantinya. Sepertinya yang dikatakan nyonya Aleya benar. Bukankah anda sedang berhubungan dengan nona pelayan itu?"

"Liv!"

"Nah, nona Liv!" Sempurnalah perkenalan yang sangat natural ini. Alyssa tidak berhenti tersenyum dalam hati.

"Dia hanya--."

Tok tok tok...

"Permisi, Tuan Allan. Apakah anda di dalam, maaf ... tapi, nyonya sudah marah besar, Tuan Muda!" ucap Malvin, asistennya.

"Sial!" umpat Allan.

"Tuan, saya ada ide." Ucapan gadis bermata cokelat itu mengejutkan Allan. Ia pun mengangguk menyetujui saran yang akan Alyssa katakan.

"Bagaimana jika anda membiarkan saya melakukan satu kesalahan fatal, sehingga saya harus membayarnya dengan menjadi pelayan setiamu!" usul Alyssa, ini juga sebagai misi khusus.

Dirinya sejak awal ingin tetap di sini dan mengungkap kebenaran tentang siapa Liv dan di mana keluarganya berada, 'kan. Jadi bagaimana ceritanya jika dirinya malah tidak bisa tinggal di mansion ini?

Allan tersenyum smirk. "Boleh juga idemu. Baiklah, aku punya satu gucci kesayangan ibu. Itu juga ada di kamarku, kau boleh menjatuhkannya!" tawar Allan.

"Tapi, masalah tuan Crish bagaimana?"

"Tenang saja, dia tinggal di sini. Sejak awal aku memang menginginkanmu menjadi pelayannya, tapi juga dekat dengan jangkauanku!" ucapnya sangat informatif.

'Siputku, kau berjalan sangat cepat, Sayang!' gumamnya merasa berbunga-bunga.

***

Kembali ke kamar Allan, mereka dikejutkan dengan kedatangan Barack Smith Gutierrez-- orang yang menjadi tulang punggung keluarga.

"Kemana saja kau, anak nakal!" ketusnya melihat Allan datang bersama seorang gadis yang sangat cantik.

"Jangan menurunkan standarmu terlalu rendah!" desisnya pedas. Hal itu membuat Liv tersinggung mendengarnya.

Allan pun melirik sekilas dengan perasaan tak menentu.

To be continued...