"Ayah!" gumam Allan merasa gila karena kedatangan tamu-tamu yang tidak terduga.
"Tentu saja aku akan datang di acara aneh ini. Aku tidak mau kau terlibat masalah lagi dengan wanita!" liriknya pada Alyssa. "Siapa dia?"
"Em, dia calon pelayan pribadi Crish!"
'HEHH!' batin Alyssa berteriak.
"Kenapa kau membawanya?" selidik pria 62 tahun itu.
"Tidak, hanya ada beberapa hal yang ingin kubicarakan!" timpal Allan. Ia menatap ibunya. "Ibu, dia akan menjadi pelayan pribadi Crish mulai sekarang. Jadi, ibu tidak bisa seenaknya mengambilnya!"
"Baiklah, bagaimana jika aku mengambil yang satu ini?" tunjuk Aleya pada Liv.
Seketika semuanya menoleh karena terkejut. Begitu juga dengan Allan. Ia merasa kesal dengan tingkah ibunya yang terus saja seperti bocah.
Ya, Allan memang memiliki hubungan khusus dengan Liv setelah kematian Gege. Namun, hal itu tidak diketahui oleh siapapun kecuali keluarga inti.
Tetapi akhir-akhir ini dirinya merasa bosan dengan Liv. Dirinya pun menginginkan angin baru yang lebih segar. Maka dari itu, dirinya membawa Rose ke mansionnya.
"Baiklah, bawa saja. Aku sudah punya pengganti!" desis Allan merajuk.
Lirikan tajam Liv muncul juga. Hal itu disadari oleh Alyssa yang tak sengaja melirik ke arah luar pintu. Sepertinya ia bisa menebak Rose ada di luar kayu kokoh itu.
"Permisi!" Suara wanita bernada rendah mengejutkan mereka semua. Namun, hanya Alyssa dan Liv yang tidak bereaksi berlebihan.
"Dia yang akan menjadi pengganti Liv!" ujar Allan menatap ibunya.
"Sudahlah, Bu. Tidak perlu mengkhawatirkan Allan secara berlebihan. Dia sudah tidak seperti dulu lagi!" bentak Crish yang akhirnya mengeluarkan opininya.
Sudah muak ia mendengar ibunya yang terus mengatur masalah calon istri Allan.
Ia juga merasa kesal dengan Allan yang masih tidak menyerah untuk mencari istri pengganti yang setara dengan Gege. Yang sampai saat ini dia belum bisa menemukannya.
Kini, netra biru Aleya tertuju pada wajah tertunduk seorang gadis yang sejak tadi hanya diam. Ia pun menghampirinya. "Kau, pelayan tingkat satu, 'kan. Jadi, kau tidak bisa memasak?"
"Benar, Nyonya. Tugas saya hanya menyajikan makanan dan minuman!" lirih Liv.
Alyssa merasa iba mendengarnya, ia pun melirik Rose yang sepertinya merasa tak suka dengannya. Sambil memikirkan sesuatu, Alyssa tiba-tiba punya ide.
'Tinggal di sini bersama Allan dan Crish lebih berbahaya untuk masalah penyamaranku. Jadi, mungkinkah aku harus mengalah. Lagian, aku harus mendapatkan hati Liv sebelum menanyainya lebih lanjut. Tapi, Rose?'
Tiba-tiba, Barack mengatakan hal yang tidak terduga. Dengan senyum tipis yang sejak tadi tersungging hanya untuk Alyssa. Dia pun menghampiri gadis yang terlihat sedang berpikir itu
"Nona Chella, itu kan, namamu?" tanyanya dengan suara berat khas pria dewasa.
"Eh, b-- benar, Tuan Besar Gutierrez. Nama saya Michella Parker!" pungkasnya.
"Nah, Chella ... dari dua putraku ini, apa kau tertarik dengan salah satunya?" tanya Barack to the point.
Alyssa menggeleng pelan dan berkata, "Maaf, saya hanya butuh uang!"
Hahaha. Tawa Barack pecah menggelegar memenuhi ruangan itu. Ia terkesan dengan keberanian Alyssa. "Begini, jika kau memang ingin uang ... bukankah menjadi menantuku itu pilihan yang terbaik?"
'Dia menjebakku!' batin Alyssa.
"Maaf, tapi saya hanyalah gadis gagak yang lebih menyukai kebebasan." Senyum Alyssa menyiratkan kode khusus untuk Barack.
Barack tersenyum miring. Matanya berkilat penuh pesona bak elang dewasa.
"Allan, aku lebih setuju gadis ini tinggal di sini. Untuk gadis itu--, (ia menunjuk Liv) ia juga tetap di sini. Tapi, karena gadis yang itu (tunjuknya ke arah Rose) belum mahir, jadi training dia selama beberapa minggu!"
'DIA MEMBUAT RENCANAKU BERANTAKAN!' teriak Alyssa dalam hati.
Alyssa memejamkan matanya, kesal. Hal itu telah disadari oleh Barack. Dia pun hanya menikmati ekspresi kekesalan Alyssa lewat pikiran dan mata elangnya.
'Gadis gagak, ya. Sayang sekali, mungkin aku tidak tahu maksudmu. Tapi, elang dewasa ini akan memakanmu kapan saja jika kau berani mengusik keluarga ini!' batin Barack.
Aleya hanya terdiam. Ia tidak berani banyak tingkah jika suaminya sudah bicara.
"Baik, sudah diputuskan!" ucap Barack.
Semuanya pun sepakat. Allan, Alyssa, dan Rose telah menandatangani perjanjian. Bedanya, Alyssa dan Rose tidak mengeluarkan ekspresi bahagia. Melainkan hanya bisa terdiam dan seperti menahan kesal.
Keluar dari kamar Allan, Alyssa berjalan menuju kamarnya. Yang terletak di sebelah kamar Rose tentunya.
'Pak tua itu, sialan. Lain kali berarti harus lebih berhati-hati. Aku tidak sadar jika ada yang punya keahlian menilai ekspresi. Aasrrgghh!' batinnya sangat kesal.
Duak.
"Sshh, bisa liat jalan, gak!" bentak Alyssa pada seseorang yang menyenggolnya.
"Maaf!" lirih seorang gadis yang ternyata adalah Rose. Ia pun menarik tangan Alyssa masuk ke kamarnya.
Brak.
Rose membanting tubuh Alyssa ke ranjang. "Dengar, Nona Chella. Aku, sangat membencimu!"
"Lah, trus?"
"Aarrhhh, kenapa kau menghalangi jalanku!?" bentaknya tidak jelas.
"Menghalangi apa maksudnya?" tanyanya datar.
"GARA-GARA KAU, AKU DI POSISI KE DUA. ITU YANG MEMBUATKU HARUS BEKERJA DI SINI. KENAPA KAU MELAMAR PEKERJAAN DI SINI, HAH!?" teriak Rose yang tak bisa menahan gejolak emosinya.
Ia bahkan sampai menangis karena merasa sangat tersiksa setelah mengetahui dirinya ada di posisi ke dua.
"Gara-gara kau tidak bisa memasak, aku juga gagal pergi ke Paris. Padahal gaji di sana lebih besar!" keluh Alyssa bernada datar tetapi menyindir.
Secara tiba-tiba, Rose menarik kerah Alyssa dan membuat gadis itu tersentak kaget. "APA KAU HANYA MEMIKIRKAN UANG!?"
"Lalu, apa lagi yang harus dipikirkan?" tanya Alyssa lebih datar dan dingin.
"Kenapa kau tidak memikirkan keluargamu. Kau bisa enak-enak di sini, tapi keluargamu menderita di rumah!?"
DEG.
Netra cokelat Alyssa berkilat sinis. "Jangan merasa paling tahu segalanya, tau apa kau tentang keluargaku!?" sindirnya pedas.
Mata mereka pun bertemu. Alyssa dengan hawa pembunuhnya yang mulai keluar berhadapan dengan Rose yang frustrasi karena dipaksa menjadi pelayan setelah Allan menyiksa keluarganya.
"Dengar, Rose. Dari semua yang kau ucapkan tadi, aku sedikit paham tentang jalan hidupmu. Kau itu ya, tinggal membuat Allan merasa bosan. Maka kau akan terbuang dengan sendirinya!"
"TAPI BAGAIMANA CARANYA!" tangis Rose akhirnya keluar juga.
"Mau berbagi informasi. Mungkin aku bisa menolongmu?" tawar Alyssa bernada tidak niat.
Hal itu malah membuat keyakinan Rose terhadap kecerdasan Alyssa yang sempat dibicarakan itu menjadi lebih besar. Ia sudah lama ingin bertemu orang yang lebih cerdas dan licik darinya.
"Singkatnya, keluargaku berhutang dengan keluarga Gutierrez. Dua hari yang lalu adalah jatuh tempo. Tapi, tiba-tiba keluargaku dirampok oleh sekelompok orang. Aku yakin pasti itu kerjaan Allan."
"Kenapa kau berasumsi begitu?" tanya Alyssa mendorong Rose agar melepaskan cengkramannya.
"Pria itu secara terang-terangan mengatakan dia tertarik padaku!" Rose berjalan ke arah jendela kamar lalu berhenti di area balkon. Alyssa pun menyusulnya.
'Ini semakin menarik!' gumam Alyssa pelan. 'Benar, 'kan. Siput?' Hatinya mulai bertanya-tanya.
To be continued...