Brakk.
"Aaaa!" teriak Alyssa yang baru setengah membuka baju. "Astaga Nona Liv!" keluhnya merasa khawatir.
"Nona Parker, aku ingin bicara denganmu!" tegas Liv tiba-tiba.
Tumben sekali ya, Liv mau bicara. Padahal dia adalah pelayan paling irit bicara di mansion ini. "Bicara soal apa, Nona?" Alyssa memperbaiki posisi bajunya.
Ia memang akan berganti pakaian setelah mandi, soalnya malam nanti harus menemani Crish belajar di kamar. Lalu, menemui Allan yang memberinya pesan singkat sore tadi.
"Apa yang dikatakan tuan Allan padamu?" tanya Liv protektif.
Alyssa berdehem pelan. Ia tersenyum tipis kala menyadari situasi yang sedang dirasakan Liv. "Apa anda mencurigai saya memiliki hubungan khusus dengan tuan Allan, Nona?"
Liv terdiam. Dirinya memang sedang di masa pubertas yang sangat mengganggu. Padahal usianya telah mencapai 17 tahun.
Namun, karena serangan Allan yang terus-menerus itu, membuat hatinya tergugah untuk memiliki cinta yang sebenarnya.
"Sepertinya anda begitu tersiksa, Pelayan Tingkat Satu!" sindir Alyssa tepat sasaran.
"Ck!" Liv beranjak dari tempat duduknya seraya berkata, "Jika kau punya hubungan khusus dengannya, aku akan membuangmu dari sini!" sinisnya.
'Nah, 'kan?' batin Alyssa tersenyum senang.
"Sepertinya kau salah orang, yang ingin didepak dari sini bukan saya. Tapi, nona Rose!" goda Alyssa.
"Bohong ... bukankah dia sengaja ingin menguasai mansion ini karena tuan Allan menyukainya?" bentak Liv merasa sebal.
Suasana semakin memanas saat Alyssa mendekati Liv dan menempelkan dadanya ke sisi kanan lengan Liv. "Apa anda sangat ingin nona Rose terdepak dari mansion ini?"
"Apa kau punya rencana?" tanyanya bernada rendah, mengancam.
"Tentu saja, saya juga sangat membencinya semenjak dia menggagalkan rencana saya tinggal di Paris!" gumam rendah Alyssa.
'Jadi begitu, kalau gadis ini ingin bekerja dengan nyonya ... berarti dia tidak tertarik dengan tuan Allan. Tidak-tidak, bisa saja dia ingin mencari muka di depan nyonya dan tuan!' batin Liv menggada-ngada.
"Apa kau ingin terlihat seperti calon istri yang baik?" sindir Liv, kasar.
'Heh, apa maksud orang ini!?' gumam Alyssa dalam hati.
"Oh, apa aku terlihat seperti tertarik dengan tuan Allan?" tebak Alyssa. "Nona Olivia ... saya tidak tertarik dengan seorang pria, tapi ... hanya tertarik dengan uangnya saja!"
DEG.
'GADIS INI MIRIP SEKALI DENGAN-- ... NONA GEGE!' batin Liv berteriak kencang.
'Kau pasti mengingat dengan jelas nyonyamu yang sebelumnya, 'kan?' batin Alyssa merasa puas.
"Baiklah, jika tidak ada keperluan ... saya mohon untuk keluar dari kamar saya, Nona Olivia!" ucap Alyssa bernada ramah, tetapi menyindir.
PLAKK.
"Tidak akan kubiarkan kau berada di sisi tuan Allan!" ujar Liv merasakan panas di telapak tangan dan hati kecilnya.
BRAKK.
Dua gadis yang sedang dalam ketegangan itu menoleh cepat ke sumber suara. Mereka tampak terkejut, tetapi yang paling terkejut adalah Liv.
"Tuan Malvin?" ucap mereka bersamaan.
Malvin, asisten pribadi Allan berjalan menghampiri mereka dengan wajah suram seperti tidak tidur selama ratusan tahun. "Nona Liv dan Nona Chella ... kalian dipanggil tuan Allan!"
"Kenapa?" Alyssa berjaga-jaga. Siapa tahu di kamar ini terpasang CCTV.
"Tenang saja, di sana juga ada Nona Rose. Sebenarnya, tuan Allan ingin menanyakan beberapa hal pada kalian bertiga!" ucap Malvin tegas.
***
"Akhirnya kalian datang juga. Malvin ... kau keluar dulu. Aku ingin bicara dengan pelayan paling terhormat di mansion ini!" titah tegas Allan.
Malvin pun mengangguk paham, lalu berjalan meninggalkan kamar.
Menoleh kembali ke arah tiga gadis berwajah cantik dengan pesona yang mereka miliki masing-masing membuat hati Allan merasa senang.
'Andai saja salah satu dari kalian adalah Gege, ah ... tidak-tidak, saatnya fokus!' bentak hati Allan.
"Langsung saja, aku mendapat banyak laporan jika kalian tidak bisa akur dan saling membenci. Apa itu benar?" tanya Allan bernada tegas.
Tidak ada yang menjawab. Alyssa pun berinisiatif untuk memberi jawaban yang logis dengan berkata, "Saya memang tidak suka dengan nona Rose. Tapi, untuk nona Liv ... saya memutuskan untuk membencinya hari ini juga!"
'Gadis ini ... seperti biasa dia akan berkata seenaknya!' gumam Rose dalam hati.
"Saya juga tidak menyukai nona Chella, karena dia berada di posisi pertama dalam daftar pelayan utama!" ujar Rose.
"Dan, kau?" tanya Allan pada Liv.
Merasa terpanggil, Liv pun mulai gugup. Hal itu disadari oleh Alyssa dan Rose, juga Allan. Pria itu pun merasa jijik.
"Baiklah, aku tidak perlu bertanya sesuatu yang aku sudah tahu jawabannya. Liv, kau boleh keluar!" ucap Allan datar.
Mereka semua terbelalak, kecuali Alyssa yang telah memahami situasi yang terjadi. 'Pria ini memang pantas di neraka paling dalam!' gumam Alyssa merasa gila.
Setelah kepergian Liv, Allan meminta Alyssa dan Rose saling berhadapan. Kemudian, ia meminta mereka untuk bersalaman. Namun, Alyssa malah menepis keras telapak tangan Rose.
"Maaf, untuk gadis penyuka uang sepertiku ... bersalaman dengan gadis rendahan seperti dia sangat mustahil!" lirik Alyssa pada Allan.
"Apa kau bilang, rendahan. Dengar, aku itu putri seorang direktur perusahaan terkenal, tau!" balas Rose.
"Ya, tapi yang kutahu ... kau hanyalah putri dari seorang direktur yang bangkrut!"
"Kau ini!" Rose menarik rambut Alyssa hingga mereka pun malah bertengkar sendiri.
"DIAAMM!!!"
Mereka spontan menoleh ke arah Allan yang sejak tadi menatap mereka dengan tatapan tajam. Hawa kekuasaannya langsung menyebar ke seluruh penjuru kamar.
"Rose, keluar dari sini. Untuk kau, Chella ... aku ingin bertanya beberapa hal padamu!" titah Allan mutlak.
Suasana mulai mencekam, tetapi Alyssa masih sanggup menahannya. Berbeda dengan Rose yang sepertinya merasa ketakutan. "Baik, Tuan!"
Tatapan Allan beralih ke arah Alyssa. "Bagaimana kau tahu tentangnya?"
"Kemarin malam, ada salah satu pelayan wanita yang mendatangi kamar saya dan marah-marah tidak jelas sambil mengeluhkan semua masalahnya dan menyalahkan saya karena menjadi yang terbaik di sini!" ucap Alyssa sangat jelas.
'Dampaknya sampai begini, padahal aku hanya ingin memanas-manasi gadis itu. Tapi, dia sampai mengusik pelayan lain. Cih, kenapa dia tidak sesuai harapanku?' batin Allan menyesal.
Ia pun berjalan mendekati Alyssa. Tanpa diduga, pria itu malah menata rambut Alyssa yang berantakan akibat serangan dari Rose. "Money Girl, kau ingin mendapatkan uang yang sangat banyak?"
"Anda sangat tahu keinginan saya, Tuan Muda Allan!" lirih Alyssa, tetapi bernada menohok.
"Caramu memperlakukanku juga membuatku terkesan. Apa kau mau berlutut di hadapan adikku dan bekerja di sisiku. Aku akan membayarmu seperti ibuku membayar pelayan yang membantunya di perusahaan kue-nya!" bisik halus Allan tepat di telinga gadis itu.
'Apa ini, jebakankah?' batin Alyssa.
"Satu lagi, aku juga sangat terkesan dengan ketenanganmu yang melebihi asistenku, Malvin. Nah, Money Girl ... kau ini sebenarnya siapa?" gumam Allan rendah.
Lalu, dirinya menoleh tepat di depan wajah Alyssa yang menatap kosong ke depan tanpa ekspresi.
"Maaf, saya tidak mengerti maksud anda," jawab Alyssa.
"Baiklah, aku akan menunggumu. Malam nanti, kau masih ingat pesanku, 'kan?"
Alyssa mengangguk sopan.
'Sepertinya, aku memang harus bertanya beberapa hal pada Liv!' batin Alyssa.
To be continued...