Saat kelulusan itu, Cynthia masih merasa hampa karena tidak ada sosok Olivia.
Sosok gadis cantik, pintar, dan baik hati itu lenyap bersama jasadnya.
Tapi, semua tentangnya masih tersimpan dalam ingatan. Ingatan kebersamaan melahirkan sebuah kenangan ....
Semua kisah indah memiliki teman itu sudah usai, dan berakhir dengan kesedihan sekaligus rasa sakit.
****
Ketika di jalan pulang, dia bertemu dengan seorang senior yang kini telah memasuki SMA favorit di kotanya. Dia juga ingat dengan seorang gadis yang pernah ditemuinya saat lomba!
Cynthia menceritakan sedikit pada seorang senior yang telah dikenalnya, kemudian senior itu juga menyarankan dirinya untuk masuk ke sekolah yang sama. Di sekolahnya banyak guru yang akan membimbing dalam pengembangan bakatnya sehingga dia bisa menjadi penulis seperti yang Olivia harapkan.
"Serius?" tanya gadis itu dengan rasa tidak percaya.
Tapi, melihat itu adalah sekolah yang bergengsi tentu biaya pendidikannya sangat mahal.
Sang senior bilang, jika dia mendaftar menggunakan jalur beasiswa pasti akan mendapat keringanan 50 persennya.
Mendengar saran dari sang senior itu, dia bersungguh-sungguh ingin bersekolah di sana.
'Jika bisa mewujudkannya, mengapa tidak secepatnya?'
Lalu, dia menceritakan tujuannya ke SMA favorit ini pada orang tuanya.
Sang ayah pun melarang tegas anaknya lantaran karena biaya sekolahnya cukup mahal. Dan sejak setelah anak keduanya lahir, dia sudah tidak bekerja lagi.
Sang ibu pun bekerja di kantor namun, sudah mengambil cuti cukup lama jadi dia tidak menjamin kalau dirinya punya biaya untuk membayar uang masuk sekolah anaknya ini.
"...." Cynthia menelan ludah yang pahit dan tertunduk murung, hanya karena orang tuanya yang tidak mampu membayar semua biaya tersebut meskipun cuma setengah harga saja, dia kehilangan kepercayaan dirinya.
Ada selisih beberapa hari sebelum masuk ke SMA, rupanya seorang sahabatnya itu sudah mendaftarkan dirinya ke sekolah favorit juga. Dia menceritakannya pada Cynthia dan saat mendengar sahabatnya akan masuk ke sekolah yang sama ini, dia senang.
Namun, karena terhambat biaya, dia tidak bisa menolongnya.
Karena ....
Yang membiayai sekolahnya benar-benar orang tuanya.
Cynthia kehilangan harapannya sesaat tapi, dia nekat untuk masuk ke sana.
Dia terus mendaftar lewat jalur beasiswa dan membawa sepeser uang untuk berjaga-jaga.
Sekolah favorit memang beda, sekolah orang-orang elit.
....
Karena Cynthia memiliki kemampuan yang unggul, dia bisa masuk ke sana dan mendapatkan peringkat 10 besar di test-nya.
Sungguh luar biasa, namun ... setelah ini adalah biaya masuk dan seragam yang harus dia beli.
Sang ayah yang mengetahui anaknya itu masuk ke sekolah tersebut secara diam-diam pun marah besar!! Dia juga tidak peduli dan tidak akan membayar biaya sekolah milik Cynthia karena anaknya pembangkang, pikirnya.
Cynthia terluka relung hatinya dan dia sempat kabur dari rumah dan berkunjung ke rumah sahabatnya ini, dia ingin memohon pada orang tua sahabatnya untuk meminjamkan uang padanya. Tapi, dia selama ini tidak tahu bahwa untuk masuk ke sekolah itu pun, orang tua sahabatnya bilang biayanya sangat mahal dan dia rela membayarnya untuk masa depan cerah putrinya. Namun, untuk Cynthia ... saat ini, orang tua sahabatnya benar-benar tidak memiliki uang sebesar yang Cynthia pinjam.
Padahal sudah diberitahu sebelumnya ....
Dia kehilangan harapan sesaat, tenggat waktunya adalah besok dan dia kenapa orang tuanya yang kolot dan pemarah itu tidak sayang dengan anaknya? Dia tidak paham lagi.
Dia tidak bisa tidur dan dia masih berada di jalanan yang gelap sambil menatap langit malam.
'Akan jauh lebih baik kalau diriku menjadi seorang gelandangan ..., akan jauh lebih baik kalau aku yang mati bukan dirinya ....'
Dia masih mengingat Olivia yang matinya sangat disayangkan karena penyakit itu.
Hari pun berlalu dengan sangat cepat, kini sudah pagi, dan dia masih tidur di rerumputan dekat sungai.
Dia terlihat seperti gadis yang malang dan sempat menjadi tontonan warga sejenak bahkan membuat orang yang melihatnya itu sempat berpikir macam-macam.
Tak lama kemudian, di pagi hari itu, ayahnya menghampirinya, dia tahu kalau anaknya yang kabur dari rumah di malam hari itu ada di sana karena ada beberapa warna yang kenal dan melapor padanya.
Sang ayah pun memarahinya dengan menjewer telinganya kemudian mengajaknya pulang, dia sempat membentaknya karena telah membuatnya malu.
Lalu, dia berkata dengan lembut pada anaknya, "Cepat mandi! Dan kamu bersiap ke sekolah! Ada seseorang yang ingin bicara denganmu."
"...?" Cynthia seketika merasa heran. Kira-kira siapa orang yang akan menemuinya itu?
****
Setelah mandi, dan membersihkan dirinya, lalu memakai pakaian yang rapi, dia segera pergi ke ruang depan dan menemui seseorang yang sedang ingin bertemu dengannya. Tentu saja orang itu adalah orang yang telah dikenalinya ....
"Anda ...."
"Ya, aku adalah guru yang menangani administrasi di sekolah ini, Cynthia." Ucapnya dengan optimis.
"E-eh, tapi ...." Cynthia tergagap saat dia melihat sosok yang sudah lama tidak dia temui, kurang lebih 3 bulan yang lalu lamanya.
Dia adalah seorang wanita berdada besar dan berkacamata yang selalu tampil energik dan perkataannya selalu optimis, dan yang tidak lain adalah ... dia adalah ibunya Olivia. Namanya Alifia, dan guru adminstrasi di SMA.
Sungguh pertemuan yang tidak terduga untuk kesekian kalinya.
Soal biaya itu, dia akan mendiskusikan dengan anak dan kedua orang tuanya secara langsung.
Sebelumnya, sang ibu juga diam-diam mencari hutangan di malam hari setelah Cynthia kabur. Dan ada beberapa orang yang meminjaminya walaupun itu sangat kurang. Dia juga mengusahakan anaknya untuk masuk ke sekolah itu lalu, mengubungi bagian administrasi malam hari. Memang terkesan tidak sopan tapi, awalnya benar-benar tidak bisa ditolerir.
Kebetulan pihak adminstrasi sekolah itu mengalihkannya ke bu Alifia.
Dan karena dia merasa anaknya masih ada hubungan dekat dengan Cynthia dan sering meminta tolong padanya, kali ini giliran ibunya untuk membantunya.
Dia akan membayarkan biaya masuk SMA milik Cynthia.
Tentu saja ini membuat ibunya Cynthia merasa sungkan namun, senang di sisi lain karena Cynthia memiliki teman yang baik dari keluarga yang baik pula. Tapi, ibunya tidak pernah tahu kalau temannya Cynthia itu sudah tidak ada di dunia ini.
Dengan jalur beasiswa, dan bantuan bu Alifia pun akhirnya dia bisa masuk ke sekolah ini.
Alifia pernah bilang kalau soal biaya masuk yang telah dibayarkan itu tidak usah dikembalikan. Tapi, ibunya Cynthia yang sungkan itu berusaha untuk mengembalikannya dan dia mencoba untuk mencari pekerjaan dengan gaji besar untuk membayar hutang-hutangnya tersebut. Pekerjaan yang dia lakukan tidak lain adalah dengan menjadi TKW lewat badan ketenagakerjaan resmi untuk berangkat keluar negeri. Di lembaga yang menaunginya, dia diperbolehkan untuk membawa anak balita dan tiket pesawat untuk balita digratiskan. Suatu saat jika dia kembali, dia akan melunasi semua hutang-hutang itu termasuk hutang yang semuanya ditanggung oleh keluarganya.
Sang ayahnya tidak mengucapkan apa pun pada istrinya dan hanya menatap kaku saat berniat pergi untuk bekerja ke luar negeri. Ayah yang merupakan seorang pemalas yang tidak bisa diharapkan lagi.
Dan ....
Kali ini ....
Cynthia juga harus berjuang sendiri!!
****