'Eh, apa itu benar-benar diriku?'
________
Seakan-akan tak percaya tapi, yang dipanggil dan mendapatkan kemenangan itu benar-benar dirinya, "Cynthia"
Walaupun dia melangkah naik ke panggung penghargaan untuk mendapatkan sertifikat dan tropi kehormatan, dia merasa tidak percaya diri dan dia berpikir yang pantas menerima juara ini adala Olivia sendiri. Dia melakukannya demi Olivia tapi, Olivia memberikan kemenangannya sejak awal pada Cynthia.
Sesaat setelah menerima penghargaan itu, Cynthia langsung berlari dan mengunjungi rumah sakit terdekat tempat Olivia dirawat, dia juga ingin segera mengetahuinya, kenapa hal itu bisa menjadi kenyataan?
Siapa Olivia yang sebenarnya?
Saat itu, seorang anak lelaki yang merupakan senior yang ditemuinya itu juga mengejarnya dan menanyakannya, "Kau mau ke mana?"
"Tentu saja ke tempat temanku."
"Kamu terlihat ragu setelah memenangkan lomba," ucapnya sambil memandang dengan serius wajah Cynthia.
"Kurasa, aku belum pantas menerima ini. Yang mas bilang benar! Aku memang pertama kalinya mengikuti lomba ini tapi, aku ini hanyalah seorang pengganti." Jelas Cynthia dengan murung.
"...?"
Lalu, mendengar hal itu, sang anak lelaki itu menghentikan langkahnya, dia tidak akan mengikutinya lagi, "Oi, jangan sampai kehilangan arah tujuan dalam hidupmu!" Kemudian, dia meninggalkannya.
"Eh?" Cynthia pun bertanya-tanya apa maksud dari perkataan seniornya tadi, dan kini anak lelaki yang merupakan seniornya itu telah menghilangkan jejaknya.
Beberapa menit kemudian, dia tiba di rumah sakit tempat Cynthia mendapatkan perawatan sementara, "Cynthia!!" dia langsung berseru memanggil nama gadis cantik yang kini terbaring lemas di ranjang rumah sakit.
Selang oksigen menyertainya, dipasang di wajahnya untuk membantu pernapasannya. Denyut nadinya sangat lemah. Di sana hanya ada seorang guru pendamping yang menunggunya sepanjang waktu, sang guru bahasa Indonesia yang dimintai tolong oleh Cynthia tadi.
Dengan senyum lembut penuh kebahagiaan dia menunjukkan tropi dan sertifikat yang telah dia dapatkan, dia benar-benar memenangkannya. Entah bagaimana perasaan Cynthia saat itu, senang haru, bercampur sedih. Dia masih bicara di depan Olivia kalau dia tidak pantas untuk memenangkannya.
Olivia juga mendengar banyak keluh kesahnya, dan dia juga senang melihat orang yang menghampirinya ini juga bahagia.
Lalu, sang guru menjelaskan keadaan Olivia sebenarnya ....
Selama ini ....
Olivia memiliki penyakit kanker yang dirasa sudah cukup sulit untuk disembuhkan. Kanker yang dideritanya menjadi parah semenjak dia menginjak bangku SMP namun, dia tidak bisa memberitahu pada siapa pun termasuk ibunya yang tinggal bersamanya yang sibuk bekerja sepanjang waktu.
Sejak kecil, Olivia sudah mengonsumsi makanan yang mengandung kadar pengawet sangat tinggi termasuk mie instan. Ibunya tidak pernah mengajarkan dirinya untuk memasak sama sekali. Jadi, saat dia tidak ada dirumah dan pergi sepanjang hari karena kesibukannya, dia sering menyuruh Olivia makan seadanya dengan mie instan yang tersedia di rumahnya.
Hampir setiap hari, Olivia mengonsumsinya, dia juga sering sakit perut namun dia tidak pernah mengulasnya mengeluh. Gejalanya semakin parah dan meradang ....
Sejak kecil, Olivia adalah anak yang bertalenta dan mandiri, dia sering menghabiskan waktunya untuk berlatih bakatnya. Di malam harinya dia menulis sebuah kisah romansa misteri yang dibumbui dengan kemampuan spiritual dan magis. Tidak ada waktu untuk dirinya bersantai sejenak dan berkumpul bersama orang tuanya, begitu pula ayahnya yang entah bekerja ke mana sampai jarang pulang.
Olivia tidak pernah diperhatikan.
Mendengar cerita dari sang guru yang telah diberitahu Olivia sebelum dia beristirahat tadi, Cynthia menjadi berpikir kalau kehidupan seorang anak cantik yang dikagumi di kelasnya ini ternyata berat juga.
"...."
Tapi, dia teringat satu hal, "Dia telah menulis sebuah kisah? Apakah dia seorang penulis?" tanya Cynthia dengan penasaran.
"Katanya begitu, sih. Aku baru tahu sekarang yang soal ini ...."
Tak lama kemudian, saat Cnythia dan sang guru melanjutkan pembicaraannya, Olivia terbangun. Dia langsung menatap Cynthia yang penuh dengan muka khawatir itu.
Merasa dirinya agak lebih baik dari sebelumnya, dia melepaskan selang Oksigen dan infusnya.
"Loh, Olivia–" sang guru pun terkejut dengan Olivia yang nekat ini.
Kemudian Olivia memeluk Cynthia sambil tersenyum riang.
"Kamu pantas menerimanya, kok."
****
Berawal dari saat itu bagaimana dunai Cynthia ini berubah. Perlahan dia mengetahui kalau orang yang benama Olivia adalah seorang penulis terkenal pada masanya, dia menulis novel berjudul "Memories in the Rain", pernah juga pengalaman memenangkan kontes menulis cerita bersambung, dan dia juga pernah membuat sekuel dari novel yang telah dia tulis. Baru-baru ini dia juga sedang menulis karya barunya setiap hari.
Olivia bahkan rela begadang hanya untuk membuat suatu karya.
*Dia benar-benar seorang penulis profesional.
Tidak heran bagi Olivia memenangkan lomba puisi itu adalah hal yang sangat mudah.
Dari situ Cynthia tergerak, dan dia mulai terjun ke dunia literasi, dia juga ingin merasakan apa yang dirasakan oleh Olivia. Dia juga menceritakan pada sahabat masa kecilnya kalau mulai saat itu dia akan menjadi penulis, dan dia harus menjadi penulis, dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan kemenangan yang pernah diberikan oleh Olivia.
...