[7 Agustus 2023]
Terkadang segalanya tidak berjalan sesuai harapan. Setiap manusia memiliki takdirnya masing-masing dalam menjalani kehidupannya. Tidak sedikit yang mengalami sebuah kegagalan. Terkadang juga, hidup hanya mengandalkan sebuah keneruntungan.
Aku adalah mahasiswa arsitektur yang gagal. Aku telah membuang kesempatan emasku untuk meraih gelar sarjana, bagaimana tidak, aku selalu gagal berulang kali dalam sidang pendadaran. Surat DO (Drop Out) telah kuterima dari rektor tiga hari yang lalu.
Orang tuaku ? tentu saja kecewa, melihat harapan anaknya menjadi lulusan sarjana telah sirna. Aku hanya bisa menerima takdir dengan terpaksa. Aku rasa Tuhan tidak adil dalam menentukan nasib hamba-Nya. Bagaimana tidak, teman-teman seangkatanku lulus dengan mudahnya dan mendapatkan dosen pembimbing yang mudah diajak bekerja sama. Sedangkan aku, untuk menemui bimbingan saja sangat sulit sekali, belum lagi dosen penguji yang sangat kritis sekali dalam menguji konsep desain bangunan yang kuhadirkan.
Akhir-akhir ini aku sering merenung, berdiam diri menatap langit-langit kamar berjam-jam, hingga lupa waktu makan. Beban hidupku bertambah setelah menerima kuliahku yang gagal, kini aku mau tidak mau harus mulai mencari sebuah pekerjaan untuk menyambung hidup keluargaku. Sungguh berat menjadi seorang pria dewasa, terutama jika dirimu adalah anak pertama.
Kubuka ponselku, teman-teman seangkatanku mengupload foto wisudanya hingga membanjiri story milstagramku. Ah, sial, mereka semua orang-orang yang beruntung. Rasanya mau mati saja. Melihat foto-foto mereka yang bergembira tanpa diriku, sungguh membuatku iri, sialan!
Andai saja dulu aku tidak memilih jurusan ini, mungkin sekarang aku akan lebih beruntung. Ah, tidak, andai saja aku tidak terlahir ke dunia ini, aku tidak merasakan penderitaan seperti ini, sialan!
Aku melempar ponselku, pikiranku mulai kacau. Aku teringat masa-masa orientasi kampusku dulu, aku selalu membantu orang-orang bahkan aku rela mengerjakan tugas temanku, hingga tak sadar diriku hanya dimanfaatkan oleh mereka. Tetapi sekarang mereka semua pergi. Memang benar, tidak ada yang dapat dipercayai di dunia bajingan ini. Semua hanya saling memanfaatkan, semuanya adalah pengkhianat. Mengingat hal itu sungguh membuatku kesal, rasanya ingin menghancurkan dunia ini saja.
Tok-tok, terdengar suara ketukan pintu kamarku.
"Kak, apa kamu di dalam ?"
"Iya, ma"
"Cepat turun, makan, Mama mau keluar dulu"
"Baik, maaa"
Aku membuka pintu kamarku, terlihat mama menuruni tangga terlebih dahulu. Raut wajahnya tampak lesu sama seperti kemarin. Mungkin dia masih kecewa padaku, tapi dia selalu peduli padaku terutama dalam mengingatkan makan.
Jam dinding menunjukkan pukul 08:00. Segera aku menghabiskan makananku dan keluar rumah untuk menenangkan pikiranku.
Seperti biasa, kebiasaanku untuk menghilangkan rasa jenuh adalah menggambar sketsa suasana lingkungan sekitar. Aku menuju taman kota yang jaraknya sekitar 20 menit dari rumahku.
Hari ini sangat cerah, namun suhunya terasa dingin. Setelah mencari beberapa view yang menarik, aku mulai mensketsa suasana sekitar. Jika dilihat-lihat, bakatku lebih cocok di jurusan seni daripada arsitektur. Ah sudahlah, nasi telah menjadi bubur. Hanya dalam beberapa menit aku sudah menghasilkan banyak gambar. 'Hasilnya tidak buruk juga', batinku.
Tiba-tiba udara menjadi semakin dingin, namun matahari bersinar semakin cerah. banyak kerumunan orang-orang berjalan lalu-lalang. Aku melihat sesuatu yang aneh. Orang-orang ini berjalan melambat secara bersamaan.
Apa-apaan mereka semua ini ? Apakah ada acara prank seperti yang ada di TV ? Kerumunan orang-orang tersebut berjalan semakin melambat hingga terdiam tak bergerak sama sekali. Sungguh aneh sekali, apakah ini beneran Prank ? Segera aku berdiri dari tempat dudukku untuk mendekati tubuh orang-orang yang mematung itu.
"Permisi, apa kau baik-baik saja ?" Tanyaku pada seorang remaja pria yang terdiam.
Aneh, mereka semua mematung seakan-akan waktu berhenti. Aku melambaikan tanganku pada wajahnya pun tidak merubah apapun, bahkan aku menyentuh matanya, tidak berkedip sama sekali.
Tiba-tiba angin berhembus kencang, menuntunku pada sebuah gapura pintu masuk taman. Terlihat seperti ada retakan yang melayang lalu pecah, membukakan sebuah lubang portal menuju dimensi lain. Aku mendekati lubang portal tersebut dan tak sengaja terseret ke dalamnya.
Dalam lubang portal ini, dunia terlihat seperti aneh. Mataku tak dapat melihat dengan jelas bentuk-bentuk benda di sekitar karena wujud benda tersebut selalu berubah-ubah. Mataku menjadi pening, aku merasakan pusing yang luar biasa, aku merasa mual.
Dunia di dalam portal seperti bukan duniaku sendiri. Badanku mulai lemas seakan-akan energiku terserap habis.
"Oh, sepertinya ada tamu yang tak diundang" Terdengar suara pria tua yang berat menuju ke arahku. "Maaf atas ketidak nyamananmu, hal ini terjadi karena kesalahanku"
Orang itu mendekat dan mulai menyentuh kelopak mataku, membukanya dengan lebar lalu menempelkan sesuatu pada korneaku, kemudian suasana sekitarku terlihat menjadi normal.
"Kau pasti merasa pusing, kan ? Hal tersebut dikarenakan kau berasal dari dimensi ke-tiga yang tak sengaja masuk ke dimensi ini. Tapi tenanglah, hal tersebut sudah kuatasi dengan softlens khusus yang kutempelkan barusan"
Aku masih tidak paham apa yang dia katakan barusan, aku pernah membaca artikel mengenai teori string yang mana di dunia ini terdapat 11 dimensi. Jika teori itu benar-benar nyata, mungkin aku berada di dimensi yang lebih tinggi saat ini.
"Maaf, tapi kau siapa dan aku berada dimana ?" Tanyaku pada pria tua itu.
"Oh, maaf aku belum memperkenalkan diri. Panggil saja aku Demiurge. Dirimu sekarang berada di Akasha. Kau lihat benda raksasa itu, terkadang mengalami error sewaktu-waktu. Mungkin tablet ini menyebabkan bug sehingga dirimu tak sengaja masuk ke dimensi ini"
Aku mendekati benda itu. Bentuknya mirip seperti tablet yang berukuran gedung lantai 5. Benda itu menampilkan huruf dan angka yang berubah-ubah setiap detiknya dengan cepat. Terkadang juga terdapat huruf-huruf yang tak kukenali.
"Akasha adalah nama tempat ini, sedangkan tablet itu adalah Akashic Record. Tablet itu mencatat segala kejadian serta kemungkinan yang ada di setiap alam semesta di dunia ini. Namun, saat ini sepertinya Akashic Record sedang mengalami update pada sistemnya.'
Tempat ini juga terdapat banyak buku yang menyimpan ilmu pengetahuan dari seluruh alam semesta yang pernah ada. Kau boleh membacanya jika mau."
Aku mengamati sekitarku, tempat ini mirip seperti perpustakaan yang melayang. Kucoba membaca beberapa buku, terdapat berbagai macam sumber pengetahuan baru serta rahasia dunia yang membuat haus rasa penasaranku. Selain itu, aku dapat leluasa terbang kesana kemari dengan mudah, bahkan aku dapat berteleportasi ke sudut ruangan lainnya dengan mudah.
Sepertinya tempat ini melawan hukum fisika pada umumnya. Aku merasa takjub, apakah ini mimpi ? Aku mencubit diriku sendiri dan aku masih sadar, ini bukan mimpi!
"Bagaimana menurutmu tempat ini ? Apa kau menyukainya ?" Tanya pria tua itu yang tiba-tiba berada di belakangku.
"Tempat ini sangat menakjubkan pak Demiurge. Aku ingin tinggal di sini selamanya rasanya." Balasku.
"Terimakasih atas pujianmu, tapi kau harus segera kembali ke duniamu bukan? Kau tidak bisa berada di sini terlalu lama atau tubuhmu akan hancur."
"Baiklah, jika memang seperti itu" Sahutku agak kecewa.
"Memangnya duniamu seperti apa ? Sepertinya kau terlihat sedih ?" Tanya pria tua itu kembali.
"Duniaku seperti neraka, tidak ada kebahagiaan sejati, semua hanya memanfaatkan satu sama lain, kejahatan dimana-mana, penderitaan, ketidak adilan dan masih banyak lagi."
"Kalau begitu, bagaimana dunia ideal menurutmu ?"
"Tidak ada yang namanya dunia ideal. Dunia ini tidak seharusnya ada." Jawabku.
"Kho... Kho... Kho... Jawaban yang menarik. Tapi kau tidak bisa melenyapkan dunia begitu saja. Ada batasan-batasan tertentu yang tidak boleh kau lamggar, Para Petinggi akan memusnahkanmu jika kau melenyapkan dunia ini. Tapi kau bisa mengubah dunia ini seperti apa yang kau inginkan. Dunia seperti apa yang kau inginkan ?"
"Jika seperti itu, aku ingin dunia kembali ke zaman prasejarah. Zaman dimana belum ada teknologi. Zaman dimana belum ada uang dan negara. Sehingga aku bebas memiliki tanah dimanapun yang aku mau. Manusia tidak perlu bersusah payah mencari gelar untuk diterima kerja. Manusia tidak perlu bersusah payah bekerja demi mendapatkan uang. Jika aku lapar, aku hanya tinggal menanam dan berburu saja. Di zaman itu bumi juga lebih asri dan terjaga dibandingkan sekarang. Aku rasa itu dunia yang ideal menurutku."
"Khoo... Khoo... Khoo... Baiklah, sekarang kau harus kembali ke duniamu. Mungkin ingatanmu tentang tempat ini akan hilang."
"Nggggiingggggggg..... Brakkkkkkk" Akashic Record mengeluarkan suara yang sangat bising. Layarnya menampilkan angka nol yang sangat banyak. Kemudian layar itu beralih menjadi sebuah tulisan "Perbaruan dimulai dalam 1 jam lagi."
"Sepertinya tablet ini mulai berfungsi kembali. Baiklah, aku akan segera mengirimmu kembali ke duniamu. Oh ya, aku lupa menanyakan sesuatu, siapa namamu nak ?"
"Asav. Asav Devandra"
- - - - -