Chereads / ABANDONED BY GOD / Chapter 4 - Musuh dalam Selimut

Chapter 4 - Musuh dalam Selimut

Kata-kata orang itu membuat jantungku berdetak kencang. Aku tersenyum, tidak sabar menantikan permainan selanjutnya dimulai. Segera aku bergegas mencari ke berbagai sudut penjuru balai kota.

Kakiku terhenti di depan sebuah perpustakaan yang dari luarnya terlihat berantakan. Halaman depan perpustakaan dipenuhi orang-orang yang beristirahat sembari menunggu waktu permainan selanjutnya dimulai. Aku memasuki pintu masuk perpustakaan yang kacanya telah hancur semua. di dalamnya terlihat kosong tidak ada orang.

Rak-rak buku berjatuhan saling tumpang tindih dengan rak lainnya. Atap plafond runtuh. Aku mulai memasuki ke bagian dalam, terdapat tangga yang masih utuh menghubungkan ke lantai dua.

Setibanya di lantai dua, kulihat sebuah pistol tergeletak di atas meja. Segera aku bergegas mengambilnya sebagai senjataku. Saat tanganku akan meraihnya, pistol itu tiba-tiba melesat terbang di depanku.

"Maaf, ini senjataku," Seseorang keluar dari balik ruangan. "Kau pasti sedang mencari senjata juga kan ?"

"Ba... Bagaimana kau tahu ?" Tanyaku pria remaja misterius itu.

"Kau pasti seorang Fraud juga kan ?" Ia menunjukkan grup chat faksi Fraud padaku. "Aku punya sesuatu untukmu!"

Ia melemparkan sebuah cincin dengan batu akik padaku. Dengan reflek aku menangkapnya secara tiba-tiba.

"Benda apa ini ?" Tanyaku kembali.

"Itu adalah cincin akik bertuah. Pakai saja, agar kau dapat membuka class dan skillmu!"

Aku pun memakai cincin itu, seketika notifikasi ponselku berbunyi. 'Pencapaian baru terbuka'.

'Selamat, class anda adalah warlock. Silahkan buka skill pertama anda!' Aku pun menekan tombol unlock pada layar ponselku lalu skillku terbuka.

Terlihat sebuah nama dari skill yang kumiliki adalah Thaumoctopus. Terdapat sebuah informasi mengatakan bahwa jika skill ini diaktifkan dapat merubah suatu benda menjadi benda lain. Skill ini dapat diaktifkan setiap 80 detik sekali. Di atas skill yang barusan terbuka, masih ada banyak slot skill yang terkunci. Mungkin aku harus bertarung agar dapat membuka semua skill ini.

Lumayan juga skill yang kumiliki. Ternyata cincin akik juga merupakan sebuah senjata. Kucoba melihat informasi mengenai class yang kudapatkan.

Class warlock memiliki mana yang tinggi serta dapat memberikan damage yang tinggi bagi musuh yang menerima serangan. Class ini mengandalkan teknik kutukan serta sihir hitam bagi penggunanya.

"Apa yang kau lakukan di sini ?" Tanyaku pada pria itu.

"Aku sedang memindahkan benteng ke tempat ini agar tidak dapat ditemukan saat permainan selanjutnya dimulai." Ia menunjukkan benteng itu dari balik ruangan.

"Ba... Bagaimana kau bisa memindahkan benteng sebesar itu ?" Tanyaku kembali tidak percaya.

"Tentu saja dengan skillku," Tiba-tiba rak buku yang ada di sebelahku berpindah tempat di belakangku. "Seperti itulah kemampuanku."

"Lalu, bagaimana kau bisa tahu informasi tentang permainan selanjutnya ?"

"Ada informan dari grup chat yang memberitahuku. Dia telah menyelesaikan misi itu lebih dulu di tempatnya. Ngomong-ngomong siapa namamu ?"

"Namaku Asav. Siapa kau ?"

"Aku Fahri."

Kami pun menyusun strategi untuk menghadapi permainan selanjutnya. Tidak terasa 4 jam telah berlalu, misi selanjutnya segera dimulai. Notifikasiku pun berbunyi, sebuah pesan misi mulai muncul, aku mematung melihatnya. Sebuah misi yang mengerikan. Misi yang kuterima berbeda dengan yang lainnya.

———

[Lindungilah Bentengmu!]

- Setiap faksi memiliki benteng masing-masing yang harus dilindungi

- Untuk melindungi benteng cukup menyentuh bagian dari benteng

- Untuk menaklukkan benteng lawan, sentuh bagian benteng lawan saat tidak ada orang yang menjaganya

- Waktu permainan adalah 30 menit

- Faksi yang kehilangan benteng akan mendapatkan hukuman

- Diperbolehkan saling membunuh

Sesuai instruksi dari Fahri, aku menuju benteng faksi Lawful. Terlihat jelas dari warna biru langit dan bendera dengan lambang faksi di atasnya yang menunjukkan bahwa itu benteng mereka. 'Puk!' Seseorang menepuk pundakku dengan tiba-tiba.

"Ngilang kemana saja ?" Tanya Izur mengagetkanku. "Masih idup toh ?"

"Sorry-sorry, tadi aku kesasar hehe."

"Ah, dasar tukang kesasar."

Beberapa orang menghampiriku. Tatapan mereka penuh kebencian.

"Tolong perlihatkan lambang faksi pada HPmu!" Suruh salah satu dari mereka.

"Ehh, jangan-jangan kau pilih faksi malicious ya ?" Ujar seorang perempuan remaja dengan wajah sinis.

Aku mulai mengaktifkan skillku. Layar ponselku dapat berubah menjadi lambang faksi Lawful. Untung saja ada bendera faksi Lawful di atas benteng mereka, karena sejujurnya aku tidak tahu sama sekali lambang mereka.

Setelah kutunjukkan layar ponselku, mereka meminta maaf dan pergi. Salah seorang dari faksi Malicious mendatangi kerumunan faksi Lawful untuk berunding, kemudian diikuti oleh para pengikutnya.

"Aku ingin berunding dengan kalian!" Seru seorang pria berambut gondrong dengan badan atletis itu.

Perwakilan dari faksi Lawful pun maju.

"Bagaimana kalau kita tidak perlu saling menyerang ?"

"Mengapa seperti itu ?" Tanya perwakilan dari Faksi Lawful.

"Lihatlah nama permainannya, disitu tertulis Lindungilah Bentengmu! Kemudian pada peraturan nomor 4 dan 5, bahwa waktu permainan hanya 30 menit terhitung dari sekarang, sedangkan jika kehilangan benteng maka akan mendapatkan hukuman. Kita saja tidak tahu bagaimana hukumannya. Bukankah dengan berdiam diri melindungi masing-masing benteng adalah pilihan yang tepat ?"

"Tawaran yang menarik. Akan kami rundingkan terlebih dahulu dengan yang lainnya." Ujar perwakilan dari faksi Lawful.

Saat mereka hendak berbalik ke benteng mereka masing-masing, sebuah peluru menyasar ke kepala perwakilan faksi Lawful. Hal itu memicu amarah faksi dari faksi Lawful.

Peperangan pun pecah tak terelakkan. Mereka pun saling menyerang satu sama lain menggunakan benda-benda di seadanya. Aku yakin peluru itu ditembakkan oleh Fahri sesuai instruksinya. Rasanya seperti mencurangi mereka, di saat yang lain masih belum menemukan senjata, aku sudah terlebih dahulu menemukannya dan mendapatkan class serta skill kemampuan.

Seseorang dari faksi Malicious berhasil menembus pertahanan kami, posisi benteng kosong tanpa penjagaan. Segera aku menghentikan langkahnya, tendanganku melesat tepat pada leher pria itu. Ia terkapar hingga kejang-kejang di tanah.

"Biar aku yang jaga bentengnya, kalian maju saja!" Ujarku pada sebagian orang di garis belakang.

Mereka percayakan bentengnya padaku lalu pergi maju menguasai benteng Malicious. Sebuah pilihan yang fatal memercayakan sesuatu yang berharga pada orang asing.

Dari seberang kejauhan terlihat orang-orang tua, ibu-ibu dan anak-anak, menjauh dari area pertempuran melindungi dirinya sendiri. Hal tersebut disadari oleh pihak Malicious, mereka menyerang orang-orang tak bersalah tersebut bahkan hingga membunuhnya.

Sebuah pemandangan paling mengerikan yang pernah aku lihat selama ini. Sifat asli manusia terlihat dari permainan ini.

"Oii!? Temukan senjata di sekitar kalian! Aku mendapatkan kemampuan aneh setelah menemukan senjata ini." Sahut seseorang setelah menemukan sebuah pedang yang unik.

Mereka pun tersadar, beberapa dari mereka mencari senjata dari berbagai sudut dan menemukannya sehingga membuka kekuatan skillnya. Sebagian lainnya masih saling bertarung memperebutkan benteng lawan. Pertarungan menjadi semakin brutal setelah menemukan senjata.

30 puluh menit telah berlalu. Sebuah hologram muncul kembali. orang-orang menghentikan pertarungan, lapangan ini menjadi banjir darah dan mayat.

Seorang wanita dengan topeng naga kembali muncul pada layar hologram. Dia mengucapkan selamat karena telah menyelesaikan permainan.

"Permainan kali ini dimenangkan oleh faksi Fraud! Selamat atas faksi pemenang. Bagi faksi yang kehilangan bentengnya, mereka menjadi budak dan harus menuruti semua keinginan dari faksi pemenang. Jika menolak maupun melawan, maka hukuman yang lebih berat akan dijatuhkan. Permainan ini berakhir sampai di sini, kami akan terus membimbing kalian keluar dari kiamat ini. Semoga beruntung di permainan selanjutnya." Layar hologram itupun menghilang.

Sebuah mahkota turun dari langit menuju kepala Fahri. Ia berjalan menghampiriku. Faksi Fraud di balai kota ini hanya ada aku dan Fahri saja. Para anggota faksi lain menatap kami dengan sinis. Bagaimana bisa mereka dikalahkan hanya dengan dua orang saja.

"Kalian semua yang ada di sini, jika ingin tetap tinggal di sini, berikan semua gold yang ada pada sistem kalian kepada kami!" Perintah Fahri pada orang-orang yang masih hidup.

"Brengsekk kalian! Dasar pengkhianat sialan! Bisa-bisanya kalian menyamar!" Seru seseorang yang marah diikuti dengan umpatan dari orang-orang lainnya.

"Sav, kamu pengkhianat ?" Tanya Izur yang tiba-tiba menghanpiri dan menarik kerah bajuku.

Wajahnya terlihat tidak percaya akan kejadian di depan matanya. Aku hanya bisa terdiam dan menunduk.

Sekelompok orang menyerang kami, namun saat akan mendekat, tubuh mereka tiba-tiba terpotong-terpotong seperti daging cincang.

"Itulah akibat dari melawan perintah raja!" Ancam Fahri pada mereka. "Sekarang giliranmu, Sav."

Fahri mentransfer mahkotanya padaku. Jantungku berdebar-debar sangat kencang. Tanganku gemetar mengingat misi yang kuterima berbeda dengan yang lainnya.

"Ayo cepat sebutkan perintahmu! lama amat!" Protes Fahri padaku.

"Ka... Kalian semua... " Suaraku tertahan, "Kalian semua.... mati... kecuali Dia!"

Aku menunjuk Izur. Semua mata tertuju padaku. Baru kali ini aku menjadi seorang pembunuh berantai.

"A... Apa!! Berani-beraninya kau... " Fahri menghampiriku hendak menembakkan pelurunya.

Aku menunjukkan misi yang tertera layar ponselku padanya.

[Musuh dalam Selimut]

- Bunuh semua orang dan sisakan satu orang. Orang yang kau biarkan hidup akan menjadi musuh terakhirmu.

- Jika gagal kau akan mati.

Wajah Fahri terlihat kesal, ia benar-benar akan membunuhku. Saat pistolnya menodong ke kepalaku, tubuhnya hancur terpotong-terpotong, begitu juga semua orang yang ada di area ini kecuali Izur.

Badan mereka hancur seperti daging cincang dan memuncratkan banyak darah. Seluruh lapangan menjadi lautan darah. Izur masih mematung menatapku.

Hujan pun turun membasahi mayat-mayat yang tergeletak. Cipratan darah yang membasahi tubuhku mulai luntru karena hujan. Izur berbalik dan melangkah meninggalkanku dengan wajah datar.

"Oi! Mau kemana!?" Izur tak menghiraukan.

"Oii!! Zurr!!?" Izur tetap melangkah menjauh.

Di luar kubah area ini, sebuah monster berwujud naga sedang menunggu. Izur masih tetap pada langkahnya keluar meninggalkan perbatasan kubah.

Saat Izur melangkahkan kakinya kekuar dari perbatasan, naga itu dengan cepat melahap Izur. Kemudian naga itu terbang pergi meninggalkan area itu.

Aku masih terdiam mematung memandangi mayat-mayat di bawahku. Badanku lemas, kepalaku terasa berat. Tubuhku terjatuh, dan penglihatanku mulai meredup.