Yanda sudah membuat ulah dipagi hari. Mengatakan pria tampan yang bersama Risu adalah pacar baru pujaan hatinya. Ketika ia masuk kelas, teman-temannya mengolok-ngoloknya dengan nada bercanda. Sumpah, dia merasa berdosa kepada Risu. Bahkan dia berlutut pada Risu macam orang yang menyatakan cinta. Risu dan ke 4 temannya menyaksikan Yanda minta maaf hanya bisa tercengang. Padahal Yanda memang tidak tau. Dirumah pasti ayahnya ketawa-ketawa. Tidak mungkin gak ketawa.
"Maaf ya Risu... aku minta maaf. Minta maaf sama calon mertua" kata Yanda keceplosan bilang kalau ayahnya Risu adalah calon mertuanya. Risu yang pura-pura cuek sambil mengeluarkan isi buku.
"Risu cantik..." kata Yanda senyum-senyum sambil terus memohon.
"Kamu bukan minta maafnya sama aku. Tapi sama ayah aku. Lagian kamu gila sih. Masa papa aku kamu bilang pacarku? kan aneh. "
"Ya akukan gak tau, lagian siapa suruh bapakmu ganteng? Kaya V BTS lagi" kata Yanda asal nyablak. Alif menjitak kepala kawannya yang sedari tadi lelah berlutut.
"Ang minta maaf tu yo banalah (Kamu itu minta maaf yang benarlah)" Ujar Alif jengkel.
"Kan io bana diangko ( Kan beneran ini)Ka calon bini den ma (Calon istriku ini). Amin Ya Allah" Kata Yanda sambil berdoa. Karena Yanda ini terlalu berisik akhirnya dia memaafkan, lantaran sebentar lagi mau masuk.
"Ya aku maafin. Tapi kamu jangan lupa minta maaf sama ayahku" kata Risu.
"Oke sayang" kata Yanda tanpa rasa segan.
"Idih, najis ang!"kata teman-temannya usil. Akhirnya mereka duduk kembali. Ketika jam pelajaran dimulai,Iqra datang dengan wajah yang sumringah. Dia memang mirip karakter fantasi yang ada didunia game. Sementara Yanda mirip karakter komik yang ada dikomik shoujo (komik khusus remaja perempuan). Dia mengambil posisi karena sebangku dengan Risu.
Dia menatap Iqra karena semalam dia menangis habis melihat pertunjukan randai.
"Kamu semalam kemana?"
"Oh, habis pulang lihat pertunjukan itu ya?"
"Uhm"
"Aku langsung kerumah karena aku gak enak badan" Kata Iqra meyakinkan. Risu tersenyum dengan sangat cantik. Tapi Iqra berusaha menahannya. Melihat ini, dari kejauahan ia tidak pernah melihat Risu sesumringah itu kepada cowok. Dan ini untuk pertama kalinya Yanda melihatnya. Rifki menegurnya agar jangan cemburu. Karena bisa jadi Risu itu hanya sekedar kagum saja.
Gurupun masuk. Hari ini mereka akan mempelajari Kewirausahaan. Saat guru sedang menerangkan, diam-diam Risu memperhatikan Iqra. Dia memang memiliki mata yang sangat indah sekali. Meskipun sangat indah, Iqra ini menyembunyikan kesedihan yang amat dalam dibalik matanya itu.
Sementara Monra yang sebangku dengan Lupita diam-diam memperhatikan Alif yang memiliki kulit tan-skin. Tapi senyumnya manis dimana dapat membunuh kebencian dihati para wanita. Pada saat guru datang, Monra asik memperhatikan Alif terus-terusan. Diperhatikan Alif itu manis juga.
"Jika modal kamu beli barang seharga 10.000, berapa kamu harus menjual barang kamu tersebut kepada oranh lain?"
"Saya tidak akan menjualnya kepada orang lain bu."
Mereka semuanya bingung. Guru itu kemudian menahan kesabarannya.
"Kenapa kamu tidak mau menjualnya?" Tanya guru kewirausahaan yang dari tadi memperhatikan Monra melihat seseorang.
"Karena ketika saya membeli, saya tidak mau menjualnya lagi. Saya akan membelinya, menikahinya dan mencintainya, berdiri disamping dia selamanya."
Mulailah Monra ngelantur dibalik hayalannya akan seseorang. Dia membayangkan pulang kalau dia membeli seseorang.Maklum, itu adalah adat Pariaman yang membeli laki-laki untuk menikah. Pada saat Monra berbicara ada yang minum dalam kelas. Minum air mineral gelas, disaat bu guru memperhatikan gadis ini. Teman-temannya pada tepuk jidat.
"Siapa yang ingin kamu beli buat jadi calon imam kamu dimasa depan?"
"Makhluk yang paling Indah bu. Dimana senyumnya dapat membunuh kebencian dihati para wanita"
"Siapa yang kamu maksud sipembunuh kebencian dihati para wanita?"
"Alif.Saya mau beli Alif buat jadi suami saya dimasa depan" Semua orang mulai kaget. Gemparlah seisi lokal tersebut. Monra menyebut nama Alif? Yang benar saja.
Mendengar itu semua orang mulai tertawa. Sementara ada yang tidak bisa menelan air yang dia minum kedalam kerongkongan. Malah terbatuk-batuk mendengar itu. Siapalagi kalau bukan Alif yang mendengarnya sendiri. Selama ini mereka sering cekcok. Tapi dia tidak bisa menahan getaran dihatinya saat Monra mengigau tentangnya. Teman-temannya malah menggodanya. Semua orang bilang cie-cie secara berjamaah. Monra kemudian bingung, dan menoleh kesemua teman-teman yang didalam kelas. Alangkah kagetnya disampingnya ada Bu Guru yang tegak pinggang memperhatikannya.
"Jadi kamu suka sama Alif? Bukannya kalian sering bertengkar?" Tanya Bu Guru tersebut. Namanya bu Tania. Monra kemudian mendadak orang yang baru sadar. Memang dia mengatakan hal yang begitu.
"Kamu mau beli ajo Pariaman?" Tanya ibu itu. Semua orang mulai tertawa. Monra tersenyum dengan komuk komedi. Dan pura-pura hilang ingatan biar dia tidak malu.
"Memang saya ngomong gitu tadi bu?"
"Ia kamu ngomong kaya gitu. Sampai tersedak si Alif nggak jadi dia nelan air masuk kedalam kerongkongannya"
Semuanya tertawa melihat kelakuan Monra yang mulai salah tingkah. Monra kemudian pura-pura kaya orang jijik melihat Alif.
"Saya suka sama Alif bu. Hehehehe, ndak level!"
"Ndak level apo Level (Nggak level apa level)?" Tanya Rifki. Alif yang dirangkul Rifki menggoda seseorang yang suka pada kawannya.
"Cie... Alif ada yang mau beli tu" kata Risu dengan nada rusuh.
"Lif, chater aku ya nanti tukang Make Up baralek (Nikahan)" Kata Nisa.
"Kalian rese banget" Ucap Monra sedikit kesal.
"Nggak apa-apa"
"Kamu suka sama Alif?" Tanya Bu Tania.
"Mana mungkin saya suka sama pria berkulit macam kuah godok bagulo.Imposibble"
"Kuah godok bagulo manih woi (Manis woi)"kata teman-teman yang lain. Monra makin tambah salah tingkah. Kenapa dia bilang Alif kaya kuah godok bagulo? Kan kuah godok baguli terbuat dari gula enau. Kalau dia bilang Alif kaya gitu, berarti dia memuji Alif. Tambah salah tingkah si Monra.
"Ayo Lif"
"Kalau aku kaya kuah godok bagulo, berarti kamu gula pasirnya" Kata Alif jujur dari lubuk hati paling dalam didepan semua orang. Tambah hebohlah isi dalam lokal itu.
"Nggak usahlah, anggap aja aku ini coklat. Kamu gulanya. Coklat itu pahit. Kenapa dia bisa manis? Ada gula pasirnya yang menjadi pelengkapnya. Mungkin kamulah gula pasir yang aku maksud"
Sempat-sempatnya pembelajaran berlangsung si Alif menggombal. Disisi lain Iqra tersenyum mendengar perkataan orang yang sedang jatuh cinta. Semua secara spontan terukir dalam kepala. Lalu dikeluarkan dari mulu. Dia ingin mengutarakan hal yang sama. Tapi cinta memang tidak pernah hadir ditakdirkan untuknya. Sudah garisnya.
Alif menatap Monra intents sekali. Tapi gadis itu malah menutup wajahnya dengan buku, karena ulahnya. Entah kenapa pula dia memikirkan si Alif dikepalanya. Hah! Cinta dalam ngigau.