Chereads / Suamiku Berbeda / Chapter 27 - Luka itu Nyata

Chapter 27 - Luka itu Nyata

Darrel terpaku melihat kekecewaan yang teramat dalam yang ditunjukkan Ilene. Darrel merutuki kebodohannya yang malah menatap punggung Ilene yang membelakanginya. Punggung gadis itu bergetar hebat, jelas gadis itu menangis. Menangis sendirian lagi.

Kenapa ia tidak bersuara? Kenapa ia tidak bisa menyangkal semua ucapan Ilene? Apa ia benar-benar telah menjadi seorang pria brengsek?

Apa yang harus ia lakukan? Kenapa Ilene selalu membuatnya kebingungan dan merasa berada di jalan buntu?

Praaang!

Darrel mencengkram gelas kaca yang berada di atas meja dengan tangan kosong. Ia butuh melampiaskan amarahnya. Sial! Kenapa ia harus berada dalam situasi serumit ini?

Darah berceceran dengan derasnya diatas meja makan tanpa Darrel sadari. Warna merah segar mewarnai barang-barang yang berada di bawah tangannya.

"Apa yang kamu lakukan Mas?" Ilene memekik keras lalu berlari ke arahnya dengan panik.

Darrel tercengang melihat keadaan tangannya yang sudah berlumuran darah, ia terpekur heran. Darimana semua darah ini berasal?

*****

"Apa kamu sudah gila Mas? Kenapa kamu memecahkan gelas dengan tanganmu yang kosong seperti itu?"

Darrel terpaku mendengar ocehan yang keluar dari mulut Ilene. Ia menatap tangannya yang telah di balut kasa oleh Ilene beberapa saat yang lalu. Kenapa ia melukai tangannya? Entahlah ia sendiri tidak paham.

Melihat Ilene yang tidak berdaya di hadapannya membuatnya merasakan emosi yang tidak ia mengerti. Ia marah, marah tanpa alasan yang jelas dan juga merasa sakit. Sakit yang entah dimana letaknya.

Ia hanya butuh melepaskan semua itu dan entah bagaimana semua itu terjadi.

"Jangan lakukan itu lagi Mas, kamu membuatku takut," Ilene berkata dengan nada cemas.

Darrel mengangguk cepat, berharap Ilene menjadi lebih baik atas jawabannya.

"Bagaimana kamu akan bekerja jika tanganmu terluka seperti ini?"

Gadis itu mengeluh. Darrel menatap Ilene tidak habis pikir, dia telah menyakiti hati gadis itu begitu dalam, tapi kenapa Ilene masih memperdulikannya? Seharusnya Ilene bersyukur atas kejadian yang menimpanya ini.

"Kenapa kamu begitu baik padaku? Kenapa kamu masih mencemaskan aku?" Tanya pria itu heran.

Ilene menengadah, menatap Darrel bingung. Sepertinya heran karena Darrel kembali menanyakan alasan atas semua sikap baktinya.

"Seorang istri akan selalu mengkhawatirkan suaminya, Mas,"

Jawaban Ilene yang sederhana masih sulit ia cerna. Ia bukanlah suami yang baik, kenapa Ilene masih melakukan tugasnya seorang istri?

Darrel menarik tangannya yang masih diberikan obat oleh Ilene.

"Tapi aku bukan suami yang baik," sahut Darrel.

Ilene tertegun dengan pertanyaan itu, gadis itu memilih menarik tangan Darrel kembali lalu mengolesinya dengan obat tanpa banyak bicara.

Darrel menatap Ilene, hatinya kembali terenyuh saat melihat Ilene meniup-niup tangannya dengan sabar. Ilene adalah seorang istri yang sempurna, tapi kenapa keadaan dirinya yang tidak sempurna malah mengecewakan wanita itu?

"Aku tidak melakukan apapun dengan Melinda semalam Ilene, kau harus tahu itu,"

Darrel kembali menekan ucapannya dengan tegas. Meski ia tidak yakin Ilene akan mempercayainya, ia hanya ingin memberi tahu kebenarannya kepada wanita itu.

Terlihat Ilene yang mengusap pelan air matanya sambil menunduk. Darrel mendesah kesal karena lagi-lagi Ilene menangis.

"Apa yang harus aku lakukan supaya kamu tidak menangis lagi?" Darrel bergumam tanpa sadar.

Ilene mengangkat wajahnya mendengar gumaman Darrel. Ia mengusap air matanya lalu menatap pria itu.

"Kamu harus berjanji tidak akan pernah melakukan ini lagi, Mas!"

Darrel menganggukkan kepalanya, apapun akan ia lakukan asal tangis itu berhenti.

****

"Jadi junior kesayanganmu itu tidak mengetahuinya dan percaya begitu saja pada kata-katamu?"

Melinda terkekeh mendengar pertanyaan yang dilontarkan Sabrina. Lebam-lebam yang selalu dilihat oleh Darrel adalah buah karya wanita di depannya. Sabrina yang pernah bekerja sebagai make up artis cukup membantunya selama ini. Kemampuannya sangat hebat. Namun sayang, kecanduannya terhadap pil haram telah membuat hidupnya berantakan. Gadis itu dipecat tidak hormat dari tempatnya bekerja dan sekarang ia memilih mengerjakan pekerjaan apapun yang dapat menghasilkan uang. Tidak perduli pekerjaan itu ilegal atau tidak, yang terpenting baginya pil itu tetap bisa ia konsumsi sesekali.

"Pekerjaanmu sangat hebat, tentu saja dia percaya," ujar Melinda sambil tertawa.

Sabrina ikut tertawa sambil menenggak minuman alkohol di depannya. Ia tidak menyangka jika wanita yang terlihat lugu di depannya ini merupakan penipu picik.

"Tapi kenapa kau sangat ingin mempertahankan juniormu itu, aku sangat heran. Padahal Bram sangat kaya, kekayaannya tidak akan habis sampai tujuh turunan, kau tahu itu. Bukankah semua itu cukup?" ujar Sabrina bingung.

"Melepaskan Darrel?" Melinda menggeleng cepat, "Tidak, aku tidak akan pernah melakukan itu. Aku sangat mencintai Darrel, dia milikku dan tidak ada yang boleh memilikinya selain aku,"

Sabrina terkekeh mendengar ucapan Melinda, "Bahkan jika itu istrinya?" Tebak Sabrina.

Melinda mengangguk, ia menenggak minumannya kembali lalu berkata dengan tegas pada wanita yang berada di sampingnya, "Camkan ini Sabrina! Dia itu milikku, sejak dulu Darrel itu milikku."

Sabrina menatap tidak percaya pada Melinda, "Wah kau sungguh serakah. Kau ingin memiliki harta Bram, tapi kau juga ingin memiliki hati juniormu itu,"

Melinda tersenyum lebar, "Tentu saja. Itu baru namanya hidup. Aku telah menjalani hidup yang malang selama ini, bukankah sudah seharusnya kita menjadi serakah setelah mengalami penderitaan yang panjang?"

Sabrina kembali terkekeh mendengarnya, "Apa Bram tidak mengetahui hubungan kalian?" Tanya Sabrina lagi.

Melinda menggeleng, "Bram orang yang sangat lurus, ia tidak pernah mengurusi hal yang merepotkan seperti mengatur kehidupanku. Yang terpenting baginya aku menjaga Helen dengan baik, itu saja,"

"Wah, kau beruntung," Lagi-lagi Sabrina bergumam.

Melinda kembali menggeleng, "Tidak, kau tidak tahu rasanya menikah dengan orang seperti itu. Hidupmu terasa sangat membosankan. Bram terlalu kaku, aku butuh seseorang yang melimpahkan seluruh kasih sayangnya padaku. Maka dari itu aku mencari Darrel. Sayang sekali, aku datang terlambat, besoknya Darrel malah menggelar pesta pernikahan," jelas Melinda.

"Apa istri Darrel cantik?" Tanya Sabrina lagi. Gadis itu menatap Melinda dengan mimik wajah penuh minat. Cerita Melinda terdengar sangat menarik. Awalnya ia bingung karena Melinda selalu memintanya memberi efek lebam pada tubuhnya, ternyata inilah alasan dibalik pekerjaan yang selalu wanita ini berikan.

Melinda mengangguk, "Dia cantik, tapi hanya aku yang mengetahui daya tarik Darrel. Darrel tidak akan terpikat pada wanita hanya dari kecantikannya saja," ujar Melinda percaya diri.

"Ah, wanita malang," komentar Sabrina. Meski ia tidak tahu orang-orang yang diceritakan Melinda seperti apa, tapi ia sungguh kasihan dengan mereka. Mereka menjadi korban tipuan dari Melinda.

Melinda hanya terkekeh mendengar ucapan Sabrina, "Salah sendiri kenapa ingin merebut apa yang menjadi milikku,"

Kedua wanita itu kembali tertawa terbahak-bahak lalu bersulang dengan penuh kegirangan, menertawakan seluruh keberhasilan mereka. Mereka bahkan tidak peduli terhadap luka dari orang-orang yang telah mereka permainkan.