Keesokan harinya, saat pagi-pagi sekali, seluruh murid dari Sekte Gunung Surgawi sudah berkumpul seperti biasanya di halaman yang luas. Mereka baru saja selesai berlatih ilmu bela diri.
Tiba-tiba, Wakil Kepala Tetua Zhang Nan datang berjalan dengan santai dari sudut sebelah kanan. Hawa kewibawaan segera terpancar ke seluruh penjuru ketika dirinya muncul.
Semua murid dan guru pengajar segera menunduk memberikan hormat.
"Berdiri," perintah Wakil Kepala Tetua Zhang dengan suaranya yang lantang dan berwibawa.
Semua murid segera berdiri ketika mereka mendengar perintah tersebut.
"Aku akan berbicara sebentar, aku harap, jangan ada seorang pun yang memotong pembicaraanku nanti,"
"Kami mendengar perintah," jawab seluruh murid secara serempak.
Keadaan di sana langsung sepi sunyi. Semua orang segera menundukkan kepalanya dan menutup mulutnya rapat-rapat. Tidak ada suara. Kecuali suara kicau burung di pagi hari yang terdengar sangat merdu, rasanya tiada suara apapun lagi yang dapat didengar.
Wakil Kepala Tetua Zhang menatap semua muridnya dalam-dalam. Tatapan mata orang tua itu terlihat sayu. Sebenarnya, dia pun merasa berat untuk mengatakan hal itu.
Hanya saja, perintah tetaplah perintah. Dalam sebuah sekte, perintah dari seorang Kepala Tetua, sama saja dengan perintah dari seorang Kaisar. Berat tidak berat, enak tidak enak, mau tidak mau, kau tetap harus melaksanakan perintah tersebut.
Wakil Kepala Tetua Zhang menghirup nafas dalam-dalam. Dia ingin, semoga dengan cara menghirup udara pagi yang sejuk dan segar itu, beban dalam pundaknya bisa sedikit terangkat.
Setelah keadaan dirinya terasa tenang dan lebih baik, barulah orang tua itu membicarakan maksud dan tujuannya.
"Sebelumnya, aku ingin memohon maaf kepada kalian semua kalau keputusan ini tidak berkenan di hati. Kemarin, ketika kami sedang rapat, Kepala Tetua telah mengambil keputusan bahwa beliau akan menutup Sekte Gunung Surgawi dalam waktu yang belum bisa ditentukan. Beliau ingin kita menutup diri. Baik itu dari dunia luar, maupun dari dunia persilatan,"
Wakil Kepala Tetua Zhang berhenti sebentar. Kemudian dia kembali memandang kepada seluruh murid sekte.
"Keputusan ini sudah dipikirkan matang-matang sebelumnya. Jadi siapa pun tidak ada yang bisa membantahnya. Alasan kenapa Kepala Tetua mengambil langkah ini adalah karena dirinya sadar bahwa posisi Sekte Gunung Surgawi saat ini sedang tidak stabil,"
"Akibat dari penyerangan beberapa waktu yang lalu, sekte kita telah mengalami kerugian yang terbilang besar. Kekuatan kita melemah. Jangankan untuk membalas serangan, bahkan untuk bertahan dari ancaman saja, rasanya kita sudah tidak sanggup lagi,"
"Oleh karena itulah, Kepala Tetua memutuskan untuk menutup diri. Dengan catatan kita tetap berusaha untuk membangun dan mengembalikan kejayaan sekte kita ini,"
Wakil Kepala Tetua Zhang bicara panjang lebar. Semakin jauh dia bicara, semakin berat pula perasaan hatinya. Untunglah dia bisa menekan perasaan tersebut sehingga dirinya bisa berbicara dengan lancar.
"Sampai di sini, apakah di antara kalian ada yang tidak setuju? Kalau tidak ada, silahkan maju dan segera keluar dari sini," perintahnya dengan tegas.
Semua murid tetap berdiam di tempatnya. Wakil Kepala Tetua Zhang belum bicara lagi. Dia ingin melihat, apakah dari sekian banyak murid sekte, ada yang tidak setuju dengan keputusan tersebut?
Ternyata setelah ditunggu sampai beberapa lama, semua murid tidak ada juga yang maju ke depan. Itu artinya, secara tidak langsung mereka pun sudah mengatakan kalau dirinya setuju.
"Kenapa tidak ada yang maju ke depan? Apakah itu artinya, kalian juga setuju dengan keputusan yang diambil oleh Kepala Tetua ini?" tanyanya seolah-olah sedang memastikan.
"Ya, kami setuju," jawab para murid secara serempak.
"Bagus. Kalau begitu, kalian hanya tinggal menunggu langkah yang akan diambil selanjutnya. Sekarang, silahkan kalian membubarkan diri,"
Semua murid menurut. Begitu melihat Wakil Kepala Tetua sudah beranjak dari tempatnya, maka mereka pun segera pergi kembali ke tempatnya masing-masing.
Sementara itu di sisi lain, lima Tetua dari Sekte Gunung Surgawi pun sudah menyebarkan pengumamun terkait pengunduran sektenya.
Tidak perlu waktu yang lama, hanya dalam waktu singkat saja, surat pengumuman itu sudah tersebar luas ke daerah sekitar. Hampir semua sekte, baik besar maupun kecil yang lokasinya berdekatan dengan Sekte Gunung Surgawi, sudah mengetahui terkait hal tersebut.
Keputusan yang diambil oleh Kepala Tetua Suma Bing ternyata menimbulkan kontroversi. Pasalnya, bagi sebuah sekte yang sudah terkenal, tidak semudah itu memutuskan untuk mengundurkan dirinya dari dunia ramai.
Beberapa pihak sangat menyayangkan keputusan itu. Apalagi, mereka sudah mengerti bahwa Sekte Gunung Surgawi sebenarnya mempunyai reputasi yang sangat baik.
Meskipun tidak termasuk ke dalam jajaran sekte terbesar, namun banyak orang persilatan yang menganggap kalau kekuatan Sekte Gunung Surgawi tidak berada di bawah sekte besar lainnya.
Selain daripada itu, Sekte Gunung Surgawi pun sebenarnya mempunyai murid-murid berbakat yang cukup banyak. Murid jebolan dari sekte itu tidak sedikit yang telah menjelma menjadi seorang pendekar terkenal. Bahkan sebagian dari mereka ada yang menjadi Pendekar Kekaisaran.
Oleh karena alasan tersebut, maka beberapa pihak benar-benar menyayangkan keputusan yang diambil oleh Kepala Tetua Suma Bing.
Sedangkan di sisi lain, ada pula pihak-pihak yang merasa senang ketika mereka mengetahui pengumuman itu. Mereka yang merasa demikian tentunya adalah sekte-sekte aliran hitam. Tapi di lain sisi, ternyata ada pula sekte aliran putih dan aliran netral yang juga merasakan hal serupa.
Apa-apaan ini? Apakah itu artinya, memang berita seperti inilah yang mereka inginkan? Apakah ada pihak yang memang sengaja menghancurkan Sekte Gunung Surgawi?
Untuk sementara waktu ini, pertanyaan semacam itu rasanya masih belum bisa dijawab. Pihak Sekte Gunung Surgawi pun tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka hanya berusaha sabar dan ikhlas dengan cobaan yang diturunkan oleh langit kepadanya.
Tanpa terasa, siang hari sudah menjelang. Keadaan di Sekte Gunung Surgawi benar-benar sepi. Di luar tidak ada penjagaan. Di beberapa penjuru yang biasanya terdapat murid, sekarang pun tidak ada.
Sekte itu seperti sekte yang telah mati. Dulu, dari jarak yang jauh saja, orang-orang sudah bisa merasakan keangkeran dan kesakralan dari Sekte Gunung Surgawi.
Tapi sekarang? Sekarang jangankan perasaan-perasaan semacam itu, bahkan perasaan segan saja sudah tidak ada. Kewibawaan Sekte Gunung Surgawi sudah lenyap tak tersisa.
Sekte yang sudah turun temurun dari generasi ke generasi itu, saat ini kehilangan pamornya. Kejayaan dan ketenaran yang digapai dengan keringat darah dan air mata, lenyap hanya dalam waktu singkat.
Tepat pada siang hari, ketika matahari berada di atas kepala, ruangan rapat kembali dipenuhi oleh petinggi. Para petinggi itu baru saja selesai makan siang. Sekarang, mereka masih duduk dengan santai sambil menikmati beberapa cawan arak.
Alasan kenapa mereka berkumpul di ruangan itu lagi adalah karena perintah dari Kepala Tetua Suma Bing. Sepertinya, orang tua itu ingin membicarakan kembali hal-hal yang penting.