Sepanjang jalan, ekspresi Fu Hansheng sangat tidak normal. Dia biasanya digambarkan sebagai seseorang yang tidak mudah didekati dan dingin, tapi hari ini ekspresinya aneh.
Seolah-olah dia telah memenangkan lotre. Bahkan matanya penuh sukacita.
Aku menoleh dan melihat pemandangan lampu jalan di luar jendela mobil. Kesedihan di hatiku perlahan menghilang seiring waktu.
Malam itu, aku menyusun ulang rencana pelajaran lagi, dan mengatur ulang fokus kegiatan. Setelah menyelesaikan semuanya, aku keluar dari ruang kerja.
Fu Hansheng sudah berganti pakaian rumah. Dia memakai sweater rajutan putih, celana longgar katun abu-abu, dan rambutnya yang di sampirkan ke satu sisi.
Dia memegang gelas. Ketika dia hendak melewatiku, aku dengan ramah mengingatkannya, "Presiden Fu, itu gelasku." Aku penggila kebersihan dan aku tidak suka orang lain menyentuh barangku.
Dia mengerutkan kening wajahnya pun menggelap, "Aku pikir itu milikku."
"Semua yang kita miliki terpisah. Kamu masih ingat sebelumnya, mengapa kamu lupa sekarang? Apakah kamu berubah menjadi pelupa?" Mendengar apa yang aku katakan, sudut mulutnya berkedut.
Aku tidak bisa bersikap keterlaluan. Lagipula, Fu Hansheng banyak membantuku hari ini. Jadi aku berkata dengan Murah hati, "Karena kamu menyukainya, aku akan memberikan yang ini padamu!"
Setelah mengatakannya, aku memberikan senyum lebar.
Mendengar ini, wajahnya berubah menjadi merah. Melihat wajahnya yang tertekan dan tidak berdaya. Aku berbalik dengan gembira dan berjalan ke kamarku dengan langkah ringan.
Esoknya, aku sudah pergi ke sekolah pagi-pagi sekali.
Akhirnya, aku mengetahui bahwa kelasku telah dibatalkan. Atas perintah dari Dekan, beberapa guru diberitahu untuk pergi ke aula.
Aku mengikuti kerumunan, tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Proyektor LED besar diletakkan di tengah. Meja podium sudah diturunkan dan ada piano diletakkan di atas podium.
Perintah ini menjadi perbincangan. Semuanya penasaran dengan apa yang akan terjadi.
Sekitar sepuluh menit kemudian, para pemimpin fakultas datang dan duduk di kursi mereka di baris terakhir.
Suara obrolan berangsur-angsur menjadi lebih kecil sampai ruangan benar-benar sunyi. Dan dalam keheningan yang sunyi, tiba-tiba ada seseorang yang muncul di pintu ganda.
Aku melihat ke arah yang sama dengan yang lain. Pria itu tinggi. Dia memakai sepatu kulit, kemeja putih dan celana hitam. Dia memakai hair gel di rambutnya, dia memiliki potongan rambut pendek yang formal.
Seperti dalam gerakan lambat, pria itu perlahan berjalan dan berdiri di tengah. Dia lalu mengangkat kepalanya untuk menatap kerumunan.
Sementara aku, kepalaku seakan dihantam oleh batu, hingga tidak bisa berpikir untuk sesaat.
Dengan satu tangan di sakunya, pria itu tersenyum percaya diri dengan tenang. Jeritanku tersangkut di tenggorokanku.
Siapa lagi jika bukan Fu Hansheng! Aku tertegun, membuatku berpikir, mengapa dia muncul disini, dia datang kemari sebagai apa?
Pada saat yang bersamaan, Dekan memberikan jawabannya.
Ternyata Fu Hansheng, datang sebagai pengusaha muda yang luar biasa di kota Lin, dia diundang untuk memberikan pidato di Universitas Lin.
Baru saat itulah aku menyadari bahwa pemahamanku tentang Fu Hansheng masih sedikit. Dia bukan hanya seorang pengusaha yang cerdik dengan pikiran yang berkembang, tetapi dia juga dapat menggunakan sumber dayanya sendiri untuk meningkatkan nilai dirinya.
Mengagumkan!
Rekanku, Wu Xia, berbisik di telingaku sambil menekan semangatnya yang tinggi.
"Astaga, dia sangat tampan! Aku hanya melihat orang ini di majalah keuangan. Aku pikir fotonya itu hasil editan. Bagaimana aku bisa tahu bahwa orang yang sebenarnya lebih tampan daripada fotonya!"
"Dia sangat tidak fotogenik!"
Aku berkata, "Kata-katamu sungguh melebih-lebihkan, dia adalah orang normal. Tidak setampan dewaku."
"Siapa dewamu?"
"Tentu saja artis yang sedang populer saat ini, Xiao Yan!"
Wu Xia menyatakan ketidaksetujuannya, "Meskipun Xiao Yan tampan, kita hanya bisa melihatnya dari kejauhan dan tidak bisa bermain dengannya. Aku masih lebih suka yang ini, yang bisa dilihat dan disentuh di depanku!"
Aku tiba-tiba berpikir itu lucu, jika aku memberitahu Wu Xia bahwa Fu Hansheng adalah seorang bis*ksual, apakah dia bisa tetap bersemangat seperti sekarang?
Aku tidak bisa menahan tawaku.
"Guru ketiga dari kanan yang ada di baris ketujuh di sebelah kiri, tolong majulah dan bekerja sama denganku."