Fu Hansheng memfokuskan tatapannya padaku. Tidak diragukan lagi, suara tawaku tadi yang mengkhianatiku.
Aku tercengang dan tidak tahu harus bagaimana. Sampai Wu Xia menarik lengan bajuku lalu mengingatkanku dengan hati-hati, "Dia memanggilmu!"
"Aku?"
Aku membuka mulutku tanpa suara sebagai konfirmasi terakhir.
Mata Fu Hansheng sangat tajam, seperti senapan mesin, dia menembak hingga membuat beberapa lubang di tubuhku.
Aku tersenyum canggung lalu menyeret tubuhku ke depan perlahan.
"Meskipun aku seorang pengusaha, aku juga memiliki minat yang besar pada musik. Untuk membuat pidatoku makin menarik dan menyenangkan, aku akan membagikan pengetahuan musikku yang terbatas pada semuanya. Apakah ada yang keberatan?"
"Bagus! Bagus!"
Dekan berusaha sangat keras menyanjungnya.
Melihat bahwa pemimpin terbesar telah membuat pernyataan, semua orang bertepuk tangan serempak. Dengan sorak-sorai, Fu Hansheng memutuskan untuk memainkan sebuah lagu.
Aku berdiri satu meter dari Fu Hansheng.
Dia mengajariku cara mengucapkan kata 'kamu' dalam Bahasa Italia. Bibirnya yang tipis sedikit terbuka, lidahnya menggulung untuk mengeluarkan suara 's'.
"Santai saja dan buang napas perlahan. Ya, buka mulutmu lebih lebar."
Aku melakukan seperti yang dia katakan. Tetapi dia mendongakkan daguku lalu mencubit hidungku. Katanya hasilnya akan lebih baik jika seperti ini.
Apa dia mau menghukumku? Aku menyipitkan mata dan memelototinya.
"Musik adalah hal yang paling baik untuk memelihara karakter seseorang. Ini sangat serius. Guru Jiang, tolong bekerja sama denganku. Kamu membuatku malu jika seperti ini."
Fu Hansheng mengatakan omong kosong dengan wajah datar. Siapa yang lebih memalukan!
Wajahku langsung memerah. Tapi di depan semua orang, aku tidak berani bertarung dengan Fu Hansheng. Jadi aku hanya bisa menelan amarahku.
Tepuk tangan terdengar keras. Dan dengan banyak dorongan, aku akhirnya membaca suku katanya.
Pada akhirnya, nada yang aku ucapkan sangat mirip dengan karakter Cina 'warna'.
Telingaku mulai panas.
"Bahu ini, juga harus lebih tegak."
Fu Hansheng tiba-tiba berdiri di belakangku. Tangannya tampak berada di pundakku, dan kemudian perlahan-lahan bergerak ke bawah, lalu mulai membuat lingkaran-lingkaran kecil.
Tubuhku membeku. Apa yang dia lakukan?
Aku berpikir, Fu Hansheng, si b*jingan ini, ada disini untuk menghukumku hari ini.
"Bagus sekali." Dia akhirnya melepaskan tangannya.
"Guru Jiang sangat berbakat dan cerdas. Begitu dia mengetahui dasarnya, dia akan bisa mempelajari banyak hal." Ada makna dalam di matanya.
Setelah itu, dia mengambil pointer di samping lalu menunjuk ke dadaku tanpa malu. Dengan senyum di matanya, "Ingat, kamu harus mengeluarkan suara dari sini."
Pointer itu seperti tangannya, mempermainkanku. Dan aku tidak bisa marah!
Seiring berlalunya waktu, siksaan ini akhirnya berakhir, Fu Hansheng kembali normal. Sekarang, dia sudah mulai berbicara tentang bagaimana dia bisa menjadi sukses seperti sekarang.
Di akhir pertemuan, dekan menyambut hangat Fu Hansheng.
Aku baru saja ingin kabur saat aku mendengar namaku.
"Jiang Ran!"
Dia tersenyum, "Dekan Jiang, aku masih punya urusan dan harus kembali ke perusahaan. Jika kamu memiliki sesuatu untuk dikatakan, mari kita bicara lagi di masa depan. Kita masih punya banyak waktu untuk itu. Aku dan istriku akan pergi lebih dulu sekarang."
"Istrimu?"
Dekan Jiang sangat terkejut. Dia tidak percaya bahwa aku sebenarnya adalah istri Fu Hansheng. Pandangannya padaku berubah.
Biasanya dia sama sekali tidak pernah menyebutku sebagai istrinya, kepada orang lain.
Konspirasi apa lagi yang mau dimainkan Fu Hansheng? Dengan senyum munafik, aku berkata, "Dekan, aku akan pergi dulu."
Kami melewati koridor panjang sambil menghindari pandangan orang-orang. Saat Fu Hansheng dan aku masuk ke lift senyumku langsung menghilang.
Dia mengangkat alisnya dan menatapku, "Apa?" Sedikit lagi aku sudah akan meledak.
Dia bersikap seakan-akan semuanya wajar.
"Bukannya kamu selalu tidak suka mengakui identitasku? Kenapa kamu bersikap aneh hari ini? Pasti ada alasan untuk semuanya! Tuan Fu tolong jelaskan padaku sejelas-jelasnya!"
Aku berkata padanya, "Kamu yang seperti ini membuatku takut."
Dia terdiam beberapa saat, wajahnya tanpa ekspresi, "Melihat kamu yang menyedihkan, aku jadi berbelas kasihan." Jawaban macam apa ini?
Aku menatapnya lalu berkata perlahan, "Fu Hansheng, apa kamu menyembunyikan sesuatu dariku? Atau kamu takut aku akan menyebarkannya?"