"Habisnya ibu nggemesin sih." Jawabnya sambil menghujani wajahku dengan ciuman.
"Eh, nggemesin gimanaaa?"
"Ya nggemesin aja. Pokonya nggemesin." Jawabnya.
"Kamu ini…." Balasku sambil mengusap kedua pipinya.
"Semalam ibu dipijetin, eh paginya udah dibikin lemes lagi." Candaku.
"heheheheheheh… nanti malam saya pijetin lagi deh."
"Enggak Pram, Ibu becanda aja kok."
Lama kami berdiam diri, dan Pram masih menikmati empuknya gunung kembarku yang ia gunakan sebagai alas kepalanya. Aku seperti sedang memanjakan putri kecilku, Nova.
Dengan gemes Pram menciumi kedua gunung kembarku, bahkan meninggalkan jejak memar disana. Sebuah kecupan pun disematkannya pada kedua putingku, lalu turun dari ranjang.
"Mau kemana?"
"Mandi bu, bentar lagi ibu kerja lho."
"Mandi disini aja, sama ibu." Kataku seraya turun dari ranjang.
Sambil saling menyabuni tubuh, kami bercanda, tertawa dengan riang, seperti anak kecil yang tak memikirkan tentang kehidupan.
"Curang ihh.. dari tadi yang disabunin cuman dada sama kemaluan ibu aja." Gumanku.
"Iya.. biar samaan bu, dari tadi ibu juga cuman sabunin burung aja." Balasnya.
Aku tertawa terbahak-bahak mendengar jawabannya. Dan dia benar, sejak beberapa saat lalu, aku secara tak sadar selalu menggengam pentungannya, mengusapnya hingga menimbulkan banyak busa sabun disana.
Pram lantas bersimpuh dihadapanku, lalu membimbing satu kakiku untuk menapak diatas kloset duduk yang ada disamping. Kemaluanku pun terpampang sempurna karena kedua pahaku terbuka lebar.
Kuhidupkan shower agar aliran airnya membersihkan sabun yang masih menempel disekitar kemaluanku, karena aku yakin, Pram akan mengoralku, ia akan melahap bagian bawahku lagi.
Disertai air yang terus mengalir, Pram memandangi kemaluanku dengan seksama. Entah mengapa, aku senang ia memandangi kemaluanku seperti itu. Aku suka tatapannya pada bagian bawahku. Aku bahkan membuka bibir kemaluanku untuknya, agar ia puas memandangi seluruh bagiannya.
"Bu…" katanya sambil menyusupkan jari telunjuknya kedalam belahan bagian bawahku yang sedikit merekah.
"Kalo ibu pipis, airnya keluar lewat mana???"
Satu tanganku yang tadinya memegang kepalanya kugunakan untuk menutup mulutku, agar suara tertawaku tidak sampai terdengar keluar. Aku benar-Benar tertawa keras namun tertahan karena mendengar pertanyaannya yang konyol!
Gairahku pun hilang seketika!
Pram pun tertawa, namun tak beranjak dari posisinya.
"Haaadduuuhhhhh kamu ini ada-ada ajaaaaa Pram.!" Seruku.
"Lho.. saya serius bu, nanya beneran." "Kalo ibu pipis, airnya keluar lewat mana??" sambungnya lagi.
Aku yakin, Aku akan terjebak lebih lama lagi dikamar mandi jika tak segera menjawab pertanyaannya karena sepertinya Pram masih menunggu jawaban dariku.
"Ya udah, nih lihat.." kataku seraya kembali membuka bibir kemaluan, sementara Pram mendekatkan wajahnya ke arah kemaluanku.
"Kalo perempuan pipis, airnya keluar sini." Kataku seraya menunjuk ke arah lubang kencing yang letaknya tak jauh dibawah Bagian inti.
"Ooo lewat sini.." gumannya sambil menyentuhnya.
"Iiihhhhh… geliiii Pram…!"
"Jangan digituiinnnnn, nanti pipis beneran lhooo!" sambungku.
"Baguslah.. biar sekalian liat ibu pipis" balasnya sambil terus memainkan itu.
Birahiku perlahan mulai muncul kembali, namun sepertinya Pram tidak memperdulikannya. Ia kembali menjilati bagian bawahku, tepat dibagian itu-nya dan meninggalkan air liurnya disana.
Lalu ia kembali memainkan jemarinya. Usapannya sukses memancing gairahku, dan juga merangsang air seniku untuk keluar.
Hanya beberapa saat kemudian, air seni itu keluar, meluncur deras mengenai tubuh Pram. Sedikit bagian wajahnya terkena, karena terlambat menghindari kencing yang tiba-tiba keluar.
"Ooo.. kalo cewek pipis gitu yaaa.." gumannya.
"….."
Entah apa yang ada di benak Pram dengan semua keluguannya itu. Dan sekali lagi, birahiku hilang seketika! Berganti dengan rasa lucu akibat tingkahnya.
*
Hampir jam 8.30 kami tiba di kampus Pram. Sekumpulan wajah-wajah yang kami kenal berada didekat pintu masuk kedalam area gedung, sambil berbincang-berbincang.
"Cieeeeee.. romatis banget tuan dan nyonya ini." Ledek Topan.
Aku tertawa mendengar celotehnya sambil berjalan disisi Pram, menuju ke arah mereka.
"Sayang.. lihat deh.. ini akibat kalo keseringan tidur malam sendirian. Otaknya jadi rada kurang dikit." ceramah Pram sambil menatapku dan jari telunjuknya mengarah pada Topan.
"Bangkeeee…!" maki Pram. Ia tak mampu membalas ejekan Pram.
"Eh… tunggu tunggu..! Emang kalian kalo tidur berdua???" tanya rita dengan wajah serius.
"Sayang.. ini contoh nyata kalo keseringan peluk guling waktu bobo, padahal udah punya cowok." Jawabku sambil melihat wajah Pram dengan serius, sementara jari telunjukku mengarah pada Rita.
"BODOOOOOOO AAAMMMAAATTTT…!" balas Rita dengan wajah kesal.
Kami semua tertawa melihat Rita yang nampak kesal karena ejekanku.
"Udahhh. Jangan ngomongin yang enak-enak mulu. Bentar lagi ujian noh." Potong Salah seorang teman Pram yang bernama Galang.
Pram mengantarku terlebih dahulu ke warung sebelum mengikuti ujiannya.
"Pram, nanti selesai ujian jam berapa?"
"Jam 10 bu."
"Trus abis itu mau ngapain lagi?"
"Pulang bu, istirahat, trus nanti sore jemput ibu."
"Ibu mau minta tolong sama kamu, ngeposin surat lamaran pekerjaan. Tadi ibu lupa bawa. Bisa?"
"Bisa dong buuuu."
"Ya udah, ini uangnya, buat ongkos kirimnya." Kataku sambil menyerahkan sedikit uang padanya. "Udah, ibu simpan aja uangnya. Pakai uang saya aja. Kali aja kalo pakai uang saya, nanti ibu langsung dapet kerjaan."
"Kamu ini ada-ada aja. Ya udah.. beneran nih kamu yang bayarin?"
"Iya.. beneran kok."
"Makasih ya, Pram. Ya udah, ibu masuk dulu. Kamu juga moga sukses ujiannya."
"Iya bu, makasih."
'Cuup.' Sebuah kecupan kulayangkan ke bibirnya. Kecupan yang kulakukan dengan gerakan cepat karena takut terlihat oleh orang lain walaupun keadaan disekeliling kami sepi.
Hari ke-2 bekerja kujalani dengan penuh semangat. Entah mengapa, aku merasa hatiku sedang gembira, seolah tak memiliki beban yang harus kupikul. Sambil bekerja, sesekali aku terlibat perbincangan dengan beberapa pengunjung warung yang menyapaku. Semua berjalan indah, berjalan lancar.
Seiring berjalannya waktu, akhirnya aku pun mengenal teman-teman kuliah Pram. Topan, Rita, Nina, Galang dan, Deva.
Mereka adalah teman dekat Pram dan hampir setiap hari selalu bersama dikampus ini. Hanya Rita saja yang lebih muda dan berbeda angkatan dengan yang lain. Tubuhnya ramping dan sedikit lebih pendek dariku, namun paling sering membuat heboh, memancing keributan dalam hal bercanda dengan teman-temannya. Pram adalah salah satu objek candaan yang paling ia sukai.
Topan adalah salah satu yang paling sering menggoda Pram tentang status jomblo, sama seperti Rita. Perawakannya tinggi, dengan bodi yang ideal. Galang cenderung lebih pendiam, mirip dengan Pram. Begitu juga dengan Nina. Si Manis yang berasal dari provinsi paling Barat ini sangat jarang berbicara, namun ia sangat menikmati kebersamaan dengan yang lainnya.
Pasca keretakan rumah tanggaku, aku menutup diri dari lingkungan pertemananku. Hanya Pram yang dekat denganku setiap saat. Kedekatan itulah yang akhirnya membawa aku masuk kedalam dunianya, kedalaman lingkungan pertemanannya. Mereka memberi warna tersendiri dalam perjalanan hidupku.
Sesuai janjinya, Pram menjemputku setelah selesai bekerja. Seperti biasanya, kedua penghuni kost yang lainnya belum pulang, sehingga lingkungan rumah pun sepi. Sambil memarkirkan motornya disamping mobilku,
"Gimana hari ini bu, lancar?"