"Hah, apa-apa an ini?" Teriakan Alana terdengar hingga ke ruang tengah dan membuat puluhan pegawai yang sedang fokus bekerja terkejut dan menghentikan sejenak pekerjaannya.
Alana bergegas ke luar dari ruangannya dengan wajah penuh amarah setelah mendapatkan surat keputusan mutasi kerja yang ditanda tangani langsung oleh Direktur Utama. Langkah Alana semakin lama semakin cepat. Selembar surat yang berada di dalam map bening itu sejenak bergelantungan di mulut Alana karena kedua tangan Alana sibuk mengikat rambut hitam panjangnya dengan sebuah tali berbahan kain dengan motif bunga mawar.
Langkah Alana terdengar jelas di sepanjang koridor itu. Dan tiba-tiba langkah Alana berhenti tepat di depan pintu yang bertuliskan "Ruang Direktur". Ya, itu adalah Ruang Direktur Ellen Grup, Bapak Suryo Kun.
"Tok..tok..tookkk" Alana mengetuk pintu ruangan Direktur dengan kasar.
Tanpa dipersilahkan masuk, Alana langsung membuka pintu dan bergegas memasuki ruang Direktur.
"Selamat siang Pak Suryo, mohon dijelaskan surat apa ini?" Alana menyodorkan selembar kertas tepat di hadapan Pak Suryo.
"Mulai minggu depan kamu ditugaskan untuk menjadi Kepala Cabang di Kantor Cabang Sumber Brantas." Jelas Pak Suryo tanpa basa-basi dan tanpa menatap wajah Alana. Pak Suryo hanya fokus melihat layar laptopnya.
"Kenapa tiba-tiba saya dipindahkan kesana Pak?"
"Tentu untuk sebuah perbaikan. Kamu tahu sendiri kan kalau kantor cabang sumber brantas tiga bulan terakhir ini menunjukkan performance yang sangat buruk."
"Waahhh, skenario macam apa lagi ini Pak? Proyek Fashion Week sudah 90% saya kerjakan. Ga mungkin saya meninggalkan proyek itu begitu saja." Intonasi Alana mulai tinggi
"Proyek Fashion Week akan diambil alih Bu Widya, jadi kamu tenang saja."
Alana hanya terdiam di hadapan Pak Suryo. Dia tidak percaya proyek yang dia kerjakan dengan susah payah dan hanya tinggal menghitung hari untuk memetik buah dari hasil kerja kerasnya selama ini, tiba-tiba direnggut begitu saja.
"Jika sudah jelas dan tidak ada yang mau ditanyakan lagi silahkan lanjutkan pekerjaanmu." Tambah Pak Suryo dengan mempersilahkan Alana untuk segera meninggalkan ruangannya.
Tanpa mengucapkan sepatah katapun, Alana segera keluar dan membanting pintu ruang Direktur.
"Braakkk..."
Puluhan pasang mata yang terkejut untuk kedua kalinya melihat Alana keluar dari ruang Pak Suryo. Seketika berita tentang kejadian tersebut langsung mengudara bebas dan mendarat tepat di seluruh smartphone penghuni gedung elit itu. Berkat kecanggihan teknologi informasi di era saat ini, kurang dari 10 menit saja, hastag TimAlana dan hastag TimSuryoKun menjadi viral dan tranding topik di media sosial.
***
Siang itu menunjukkan pukul 13.45 WIB. Cuaca yang cerah membuat sinar matahari terlihat memenuhi hampir seluruh permukaan rooftop Gedung Mewah milik Ellen Grup itu. Suara klakson dari kemacetan Ibu Kota lirih terdengar. Hanya ada satu dua burung liar yang mampir menyapa. Terdengar suara pematik api di balik pintu rooftop. Kemudian diikuti asap putih lengkap dengan bau khas tembakau.
Alana duduk tanpa alas di balik tembok demi menghindari teriknya sinar matahari. Ia menatap cerahnya langit dengan tatapan penuh kecewa. Tiba-tiba Alana dikejutkan oleh sosok wanita cantik bertubuh tinggi menghampirinya.
"Hai Alana. Bisa kita bicara sebentar?" Tanya seorang wanita yang tiba-tiba menghampiri Alana
Widya brengsek. Mau apa lagi dia kesini. Apa yang sedang dia rencanakan. Batin Alana.
"Maaf, saya sedang sibuk Bu Widya." Jawab Alana ketus.
"Hahaha. Sibuk apa? Kamu pasti marah denganku Alana. Kenapa? Kamu merasa kalah ya?" Ujar Bu Widya dengan gaya yang menjengkelkan.
Alana hanya terdiam tanpa menghiraukan perkataan Bu Widya. Dia hanya fokus memandangi pemandangan sekitar. Sedangkan Bu Widya tampak kesal karena tidak dihiraukan Alana.
"Heh, Alana. Jangan sombong kamu. Proyek Fashion Week sudah menjadi tanggung jawabku. Keberhasilan proyek itu berkat kerja kerasku." Ujar Bu Widya yang tiba-tiba marah akibat tak dihiraukan Alana.
Kerja keras dengkulmu itu. Batin Alana lagi.
"Kamu sudah tidak bisa lagi mengalahkanku, Alana. Empat hari lagi kamu akan dibuang ke Kantor Sampah. Hahaha. Itu akibat keserakahanmu sendiri!" Ujar Bu Widya lagi.
"Baik Bu, terima kasih atas informasinya. Jika sudah tidak ada lagi yang mau dibicarakan tolong tinggalkan saya sendiri." Jawab Alana yang sudah mulai lelah mendengar ocehan Bu Widya, seniornya itu.
"Plaakkk..."
Tiba-tiba wajah Alana tersungkur dan terbentur lantai yang kasar. Dengan sengaja Bu Widya menendang wajah Alana dengan sepatu high heels miliknya. Wajah Alana tergores hingga berdarah.
"Maksudmu apa ini?" Tanya Alana yang sudah menyadari wajahnya berdarah akibat ulah Bu Widya.
"Hahaha... sudah bertahun-tahun aku menantikan momen untuk bisa menendangmu dan membuatmu tersungkur seperti itu." Jawab Bu Widya puas
Tanpa berfikir panjang, Alana menendang Bu Widya hingga terjatuh hingga membuat Bu Widya pingsan. Namun Alana tidak percaya begitu saja. Tubuh Bu Widya tergeletak di lantai. Alana mencoba untuk menggerak-gerakan tubuh Bu Widya dengan kaki kanannya. Namun tak ada respon.
"Nggak usah sok dramatis gitu deh Bu Widya." Ujar Alana sambil menggerakkan tubuh Bu Widya berulang kali. Tetap tidak ada respon.
"Ngerepotin aja nih orang." Alana menggerutu
Dengan segera Alana mengambil smartphone yang ada di dalam saku celananya untuk menghubungi petugas keamanan.
"Waahh jadi selama ini Lo cuman berpura-pura baik di depan gue. Lo selalu berusaha ngebantu kerjaan gue tanpa gue suruh. Ternyata itu semua cuman akal busuk Lo. Cuiihhh.." Ujar Alana di hadapan Bu Widya yang masih tergeletak lemas.
Setelah beberapa menit dua petugas keamanan tiba untuk menolong mereka berdua. "Waduh, Bu Widya kenapa Bu?"
"Lebih baik segera dibawa ke rumah sakit Pak" Ujar Alana memberi perintah.
"Lohh, pipi Bu Alana berdarah juga itu. Ayo Bu ikut juga ke rumah sakit." Ajak salah satu petugas, Pak Gusti.
"Saya ga papa Pak. Pak Gusti tolong segera bawa Bu Widya ke rumah sakit ya." Ujar Alana yang hendak meninggalkan mereka.
"Baik Bu..."
***
"Aduuuhh... Perih banget. Emang bener keterlaluan Widya brengsek itu." Gerutu Alana yang sedang membersihkan lukanya di toilet kantor. Saat Alana fokus membersihkan luka di depan cermin, terdengar dua wanita yang sedang membicarakannya tanpa menyadari keberadaan Alana di sana.
"Eh, udah denger berita tentang Alana si monster banting pintu Pak Suryo tadi siang ga?" Trus barusan banget gue denger kalo Bu Widya dibuat pingsan sama si monster itu." Ujar salah satu staff wanita yang sedang antri menunggu toilet kosong.
"Hah, serius Lo Lin? Kalo berita pintu dibanting itu gue udah denger. Kalo yang Bu Widya pingsan gue baru denger dari Lo. Kok sampe pingsan Lin? Emang diapain?"
"Gue gak tau Jess. Kalo sampe pingsan gitu kemungkinan besar dianiaya. Untung aja Pak Gusti cepet dateng buat ngegagalin aksi Alana. Serem banget deh. Psikopat kali ya."
"Bu Linda, Bu Jessi. Laporan keuangan yang diminta Bu Poppi tempo hari apakah sudah dikirim email ke saya?" Tanya Alana kepada mereka berdua secara tiba-tiba
Linda dan Jessi terkejut karena tak menyadari bahwa wanita yang sedang berkaca di hadapannya daritadi adalah Alana. Si monster yang sedang mereka berdua perbincangkan.