Alana adalah seorang wanita berusia 28 tahun dengan berat badan 68 kg dan tinggi badan 170 cm. Berparas cantik, selalu berpakaian rapi bertemakan casual feminim, dan caranya berjalan bak model terkenal. Meskipun berparas cantik, Alana jarang sekali didekati pria karena sifatnya yang kaku dan terkesan work oriented. Banyak pria yang segan mendekatinya.
Tahun ini adalah tahun ke lima Alana menjabat sebagai Manajer Pemasaran di salah satu Perusahaan terkemuka di Ibu Kota. Perusahaan itu bergerak di bidang Fashion and Cosmetic, Ellen Group.
"Maaf kak, Alana itu siapa ya, kok banyak banget yang lagi ngomongin dia?" Tanya salah satu mahasiswa magang yang belum genap sehari menjajaki tugasnya di Ellen Group kepada salah satu seniornya.
"The Monster" Jawab sang senior.
Jawaban singkat seniornya itu membuat si mahasiswa kebingungan.
"The Monster of Ellen Group" adalah julukanya, Dek. Why Monster?" Tanya sang senior dengan wajah yang tidak sepenuhnya bertanya.
Mahasiswa yang sedang ia training itu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Okey. Let me explain you Dek... Selama delapan tahun, Alana mendapatkan tujuh penghargaan sebagai karyawan muda berprestasi dan Manajer termuda yang ahli di bidangnya. Banyak proyek yang berhasil Alana closing dengan sempurna serta menghasilkan profit milyaran rupiah untuk Ellen Group."
"Bukan hanya itu, Alana saat ini dinobatkan menjadi wakil direktur Ellen Group. Namun dibalik kesuksesannya itu banyak manusia-manusia yang iri dengki dengannya. Hingga berusaha menghancurkan segala kesempurnaan yang telah Alana raih. Seperti kata pepatah, semakin tinggi kedudukanmu maka semakin kencang pula badai menerpa. Asik..."
"Di sisi lain dan dibalik kesuksesan Alana. Terdapat sisi negatifnya. Apakah itu?" Sang senior bertanya serius
"Sifatnya. Sifat kaku dan gabisa diajak bercanda." Jawabnya sendiri
"Oleh sebab itu Adekku, Alana dijuluki The Monster. Hahahhaa..." Ujarnya lagi dengan penuh semangat.
"Daebak..!!" Ujar mahasiswa yang sedang kagum dengan kisah yang barusan ia dengarkan. "Semoga aku bisa kayak Kak Alana." Imbuhnya lirih.
"Amiiiinnn, Dek." Jawab sang senior dengan senyuman dan segera memalingkan wajahnya dan bergumam lirih, "Mustahil…"
***
Di dalam ruang tunggu toilet sore itu, Linda dan Jessi kepalang malu dan takut karena Alana tiba-tiba muncul dihadapan mereka berdua.
"Maaf Bu, belum sempat saya kerjakan laporan keuangan tersebut karena deadlinenya terlalu mepet." Ujar Linda dengan terbata-bata.
Alana mengeluarkan handphone dari tas kecil berwarna putih miliknya.
"Hallo, Poppi." Sapa Alana kepada Poppi, Kepala Bagian Finance Accounting.
"Iyesss La, ada apa?" Jawab Poppi santai dari balik telfon.
"Popp, saya minta tolong atur kedua anak buahmu untuk lebih mementingkan kualitas kerjaannya daripada sibuk bergosip di toilet." Jelas Alana dengan singkat kepada Poppi. "Tuuut...tuuut...tuuut..." Alana langsung menutup telfonnya tanpa menunggu jawaban dari Poppi
"Waaahhhh. Emang bisa banget Alana kalo buat orang lain takut sama dia. Keren sih." Ujar Poppi dari kejauhan.
***
Waktu menunjukkan pukul 18.30 WIB.
Terlihat Alana menutup pintu ruangannya dan berniat langsung pulang ke rumah. Namun kehadiran Bobi dan Poppi menggagalkan niatnya.
"Keren banget Lo La, bisa ngebanting pintu Pak Suryo kayak gitu." Ujar Poppi yang diikuti tepuk tangan Bobi.
"Keren apa an, sekeren keren nya Alana tetep aja dia Budak Korporat, ya gak?" Sambil tertawa Bobi berusaha membuat Alana kesal.
"Percuma keren kalo 28 tahun ditakuti kaum adam hahaha... mana gue tadi kena semprot lagi. Tobat gue." Imbuh Poppi sambil membalas tawa Bobi.
Alana tidak mendengarkan ocehan kedua temannya. Alana hanya fokus melihat menu makanan yang tertulis rapi dalam spanduk di masing-masing kedai makanan yang lokasinya tidak jauh dari kantor.
Dan akhirnya Alana memutuskan untuk memesan,
"Bubur Ayam tiga porsi ya Bang, ga pake merica." Alana memesan di salah satu kedai milik Bang Erwin.
"Lah, yang dua porsi buat siapa?" Tanya Poppi yang diikuti anggukan kepala Bobi
"Buat kalian, gue traktir" Jawab Alana dengan tenang sembari mengelurakan tempat duduknya yang masih tertata rapi di dalam meja.
"Gak ah, apa an. Gue ga mau makan bubur." Bobi menolak keras dan berusaha mencari menu pilihannya sendiri.
"Siapa yang ngebolehin Lo nolak?" Alana membentak Bobi.
Bobi dan Poppi seketika merinding melihat Alana yang sepertinya siap menerkam mereka berdua kapan saja.
"Makan aja, lagian gue pengen kalian ngerasain apa yang gue rasain sekarang." Ujar Alana dan mempersilahkan kedua sahabatnya duduk bersamanya.
Bobbi dan Poppi masih terdiam canggung. Bingung mau mulai dari mana obrolan ini.
Alana, Bobi dan Poppi. Mereka bertiga adalah sahabat baik dari jaman kuliah. Bobi yang kerap disapa Obi adalah Senior di Departemen IT. Meskipun suka bercanda kelewat batas, Peran Bobi sangat berpengaruh untuk kemajuan teknologi perusahaan. Bobi mudah bergaul dan wajahnya tergolong tampan. Lesung pipi yang menghiasi kedua pipinya selalu berhasil membuat cewek-cewek cantik meleleh. Tapi entah kenapa sampai saat ini, Bobi terkesan tidak tertarik untuk menjalani sebuah hubungan.
Sedangkan Poppi adalah Kepala Bagian FA yang masa kerjanya sama dengan Alana. Dibandingkan Alana, Poppi lebih luwes dan mudah bergaul. Poppi memiliki keistimewaan. Yaitu, siapa yang berada di dekatnya akan merasakan kenyamanan. Emang orangnya baik sih. Tidak jarang Poppi mendapatkan surat cinta, ajakan untuk kencan, hingga lamaran untuk menikah. Tapi hingga berusia 28 tahun ini dia tetap memendam rasa kepada seorang pria. "Secret Admier" jelasnya kepada Alana berulang kali.
"Selamat menikmati Bubur Ayam Bang Erwin yaa, ditunggu repeat ordernya." Ujar Bang Erwin sambil tersenyum setelah selesai mengucapkan Slogan terbaiknya.
"Iya.. Bang, Makasih." Jawab mereka bertiga.
"Eh, tapi seriusan Lo dibuang kesana La?" Poppi berusaha membuka obrolan ini dengan langsung menanyakan pokok permasalahan.
"Iya.." Jawab Alana yang sedang fokus mengaduk-aduk bubur ayamnya.
"Kok bisa?" Ujar Popi mulai serius
"Yakin Lo ga berbuat kesalahan La?" Tambah Bobi yang berusaha tidak bercanda.
"Coba Lo lihat bubur ini. Persis banget sama hidup gue sekarang. Lembek, ga ada pedesnya sama sekali, dan biasanya cuman dimakan sama orang yang lagi sakit." Jawaban Alana membuat Poppi geli.
"Hahahahah... Gila Lo." Bobi tertawa puas.
"Sabar La, pasti ada jalan. Lagian Lo inget-inget deh, mungkin ga sih Lo berbuat salah sampe Pak Suryo ngirim Lo ke Kantor Sampah itu." Ucap Poppi yang berusaha membuat Alana untuk mengingat-ingat.
"Iya La, coba Lo inget-inget dulu deh." Imbuh Bobi
"Gue emang salah kayaknya. Gue salah ga ngebunuh Pak Suryo tadi." Jawab Alana sambil menusuk tempe di hadapannya dengan sebuah garpu.
"Anjing.. Kaget gue. Waahh syco Lo. Paraaah." Bobi terkejut mendengar suara piring yang hampir pecah terkena tusukan garpu Alana.
"Hahahahha..." Poppi tertawa terbahak-bahak melihat Bobi yang terkejut.
Dibalik candaan Bobi dan Poppi, mereka berdua sangat tidak terima dengan keputusan Suryo si bos mesum brengsek itu. Namun mereka berdua tidak bisa berbuat apa-apa.
"Kita bisa bantu Lo apa La?" Tanya Bobi serius
"Bantu support gue aja dari sini. Ketika gue butuh data atau tenaga, gue harap kalian bisa bantu. Jujur, sekarang gue bener-bener ga tau harus mulai dari mana." Jawab Alana
"Pasti La. Lo kabar-kabar ya disana gimana, apa aja yang Lo butuhin, proyek apa yang bisa gue support, Lo bilang ya. Pertama-tama Lo urusin dokumen pindahan Lo dari Jakarta ke Batu trus Lo cari tempat tinggal yang nyaman di sana. Udah gitu aja dulu. Jangan ribet-ribet ya." Ujar Bobi yang berusaha menenangkan Alana
"Gue ada sodara di Batu. Ntar gue hubungin buat cari info tempat tinggal yang cocok buat Lo ya. Keperluan Lo di sana biar sodara gue yang bantu." Ujar Bobi
"Thanks banget Bob. Lo banyak bantu gue." Jawab Alana yang sedikit mulai lega
Saat Bobi dan Alana melanjutkan makannya, tiba-tiba terdengar suara isak tangis seorang wanita. Suaranya lirih. Alana berusaha mencari sumber suara tangisan itu. Sedangkan Bobi terkejut ketika mendapati wajah seram di sampingnya.