Chereads / Kisah Pertemuan: Alana Muriel / Chapter 3 - Perpisahan Itu Tetap Menyakitkan

Chapter 3 - Perpisahan Itu Tetap Menyakitkan

"Astagaaa, Poppi. Lo bikin kaget aja. Itu wajah kenapa coba?" Ujar Bobi kesal karena terkejut. Bobi segera berdiri untuk mengambil beberapa tisue yang ada di meja depan. Dengan lembut Bobi membersihkan wajah Poppi yang penuh dengan lunturan make up karena terkena air mata.

Alana melihat Bobi dan Poppi yang berada tepat di depannya. Perasaan Alana campur aduk. Jujur hatinya saat ini sangat sedih. Menjadi penanggung jawab dari sebuah acara Fashion Week adalah impiannya sejak lama. Belum lagi dia akan segera meninggalkan kedua teman baiknya dan pergi ke daerah yang belum pernah ia datangi sebelumnya. Alana hampir meneteskan air mata, namun segera ia tahan.

"Gue baik-baik aja Popp. Lo bantu gue dari jauh aja ga papa." Ucap Alana sambil tersenyum mencoba untuk menenangkan Poppi yang sedang menangis

"Iya La. Maaf ya gue malah nangis gini. Harusnya gue support Elo sekarang." Jawab Poppi dengan suara serak

"Santai aja Popp. Sekarang kita pulang aja ya. Udah malem. Lo dianter Bobi kan?" Tanya Alana

"Iya gue anter Poppi, La" Jawab Bobi

"Yauda Lo berdua duluan aja ga papa. Gue nyusul."

"Oke La, thanks buburnya ya. Gue sama Poppi cabut duluan." Bobi bersiap-siap untuk pulang sedangkan Poppi menghampiri Alana untuk memeluknya sebelum pergi.

"Hati-hati ya Popp. Jangan macem-macem di dalem mobil sama Bobi. Hehe.." Bisik Alana jail

"Hih apa an sih Lo, ga lucu." Jawab Poppi kesal

"Bobi perhatian banget loh hari ini sama Lo Popp. Makin manis. Hihihi.." Ejekan Alana semakin menjadi. Tanpa menghiraukan ejekan temannya itu, Poppi berlari meninggalkan Alana

***

Keesokan harinya Alana berangkat lebih awal, pukul 04.00 WIB demi menghindari rasa malu. "Manajer Buangan" julukan baru Alana yang sedang viral di media sosial.

Sesampainya di kantor, Alana berniat untuk mengemasi semua barang miliknya dan segera berangkat ke Kota Batu Jawa Timur. Jadwal Alana hari ini sangat padat, mulai dari pengurusan dokumen kepindahan, survey lokasi tempat tinggal dan Kantor Cabang barunya.

"Pagi Pak Gusti, Pak saya ijin masuk ya. Mau beres-beres." Ucap Alana kepada Pak Gusti yang sedang berjaga

"Loh Bu Alana? Pagi juga Bu. Silahkan Bu. Oiya maaf, Mau saya antar ke dalama Bu? Soalnya masih gelap." Tanya Pak Gusti menawarkan bantuan untuk Alana

"Saya sendiri saja ga papa Pak. Nanti saya hidupkan sendiri lampunya dari dalam."

"Siap Bu..."

Pagi itu, rembulan masih terlihat menghiasi langit. Tepat di bawah langit gelap itu berdiri kokoh bangunan dengan sepuluh lantai di dalamnya. Alana masih tak menyangka akan segera meninggalkan semua kenangan dan kedua temannya.

"Heemmmm. Hari ini, dimulai dari nol lagi. Lo pasti bisa La." Bisik Alana pada dirinya sendiri

Alana berjalan menuju ruang tengah. Dibantu penerangan lampu LED kuning di sepanjang koridor Alana memandangi setiap hiasan yang berada di dinding. Dan saat tiba di ruang tengah, Alana terkejut melihat bayangan seseorang yang berdiri di depan ruangannya. Alana sontak menghentikan langkahnya dan memaksakan kedua matanya untuk melihat lebih jelas.

Alana berusaha tidak panik dan mencoba meraih sebuah stik golf milik rekan-rekan kerjanya tepat di sebrang Alana. Saat Alana berusaha untuk mengambil stik golf, ia dibuat kaget dengan suara perempuan.

"Laaaaa, Lo tega tinggalin gue sendiri disini?"

Alana terkejut dan dia segera menyadari bahwa suara itu berasal dari bayangan milik Poppi, sahabatnya.

"Ini semua gara-gara Lo La, gue terpaksa berangkat subuh ngejemput dia yang maksa banget kudu sampe kantor subuh-subuh gini. Mana mulut gue masih bau jigong lagi." Terdengar pula suara Bobi yang masih setengah sadar mencoba untuk membasuh wajahnya di Toilet Kantor.

"Poppi? Ngapain Lo ada di sini? Nih, Bobi juga ngapain kalian ke sini?" Tanya Alana yang masih deg deg an akibat ulah kedua sahabatnya.

Bobi dan Poppi sudah berdiri di depan ruangan Alana sejak subuh tadi. Mereka berdua masih menggunakan baju tidur lengkap dengan sandal selop hitam yang hampir rusak. Mereka sengaja ingin bertemu Alana. Rambut mereka berdua pun masih acak-acakan. Dan Poppi hanya memakai lipstik merah agar terkesan tidak terlalu pucat.

"Gue gabisa tidur mikirin Lo tau. Ntar gue gimana ga ada Lo. Gue makan siang bareng siapa? Gue curhat ke siapa? Gue berkeluh kesah ke siapa? Kemarin siang Gue pura-pura tegar dan ikutan bercanda sama kalian. Tapi sekarang Gue ga sanggup lagi nahan ini semua. Hari ini Gue mau bunuh Suryo brengsek itu!!" Emosi serta tangisan Poppi meluap sejadi-jadinya

"Kan masih ada gue Popp." Jawab Bobi lirih

"Siapa Lo?" Bentak Poppi

Alana terharu melihat kedua sahabatnya yang rela subuh-subuh bertemu Alana untuk sekedar berpamitan. Alana menghampiri dan memeluk Poppi sahabatnya itu. Seakan ga rela semua ini akan terjadi.

"Gue di sana juga sendiri Popp, Lo tega yaa ngebiarin gue sendiri di Kantor Sampah itu?" Ujar Alana yang tidak sanggup lagi membendung air matanya.

"We'll miss you, La." Terdengar suara Bobi yang ikut memeluk kedua sahabatnya itu.

Tiba-tiba suara tangisan Alana dan Poppi berhenti.

"Lo lagi mencari kesempatan dalam kesempitan?" Alana berbisik lirih dan menatap wajah Bobi dengan tatapan kemurkaan. Namun Bobi masih memeluk kedua sahabatnya.

"Lebih tepatnya, Mencari Kesempatan dalam Kenikmatan." Jawab Bobi sambil tersenyum bahagia.

***

Sudah satu jam berlalu.

Alana terlihat terdiam sembari memandangi lukisan yang menggantung di dinding ruang kerjanya. Lukisan abstrak bercorak jingga dan abu-abu sedikit tak beraturan. Lukisan itu memiliki arti "Kegigihanmu akan mengalahkan semua ketidak pastian yang ada". Sebuah karya dari Bapak Wijaya Muriel, Almarhum Ayah Alana.

Lukisan itu adalah kado terindah dari Ayah Alana. Ayah Alana adalah seorang seniman yang cukup terkenal. Tidak sedikit pemburu lukisan abstrak berebut karyanya.

Lamunan Alana buyar akibat dengkuran Bobi yang sangat kencang. Di bawah meja kerja Alana, terlihat Poppi membantu Alana mengemasi barang-barangnya.

"Nih, udah beres. Lo mau bawa apa lagi? Jangan sampe ada yang ketinggalan." Ujar Poppi sambil mengibaskan kedua tangannya.

"Udah semua Popp, Thanks ya." Jawab Alana sambil tersenyum

"La.." Panggil Poppi. Kemudian Alana menoleh ke arah Poppi.

"Lo di sana hati-hati ya. Tunjukin kalo Lo adalah Manajer sesungguhnya. Kasih tau ke mereka kalo Lo bakal sukses di sana. Kantor yang dijulukin Kantor Sampah itu bakal mencetak keuntungan terbesar karena Lo yang pegang" Ujar Poppi dengan wajah serius.

"Kalo ada apa-apa Lo hubungin gue atau Bobi. Kita pasti bantu. Please, jangan Lo pendem sendiri" Tambah Poppi.

Alana menghampiri Poppi dan memeluknya lagi.

***

Tepat pukul 06.00 WIB Bobi membantu Alana membawa kardus berisikan barang milik Alana. Dengan sigap Bobi memasukkan semua kardus ke dalam mobil Yaris putih yang terpakir di depan lobi.

"Mau gue anter sampe Batu, La?" Tanya Bobi.

"Tumben Lo baik?" Jawab Alana. Poppi dan Alana tertawa tak percaya.

"Serius gue La. Khawatir gue pas tau kalo lo mau nyetir sendiri kesana." Ujar Bobi.

"Kalo gue kesana sendirian, Lo bakal khawatir juga ga Bi?" Tanya Poppi manja.

"Apalagi kalo Lo yang kesana sendirian. Gue ga perlu tanya. Langsung gue anter." Jawab Bobi penuh kharisma.

"Cieeeee…" Goda Alana ke Poppi yang lagi tersipu malu.

"Gue kasiahan banget sama pengendara lain kalo sampe Poppi yang nyetir sendiri ke Batu. Terancam nyawa mereka." Ujar Bobi sambil tertawa puas melihat Poppi kesal.

"Hahahaha... Gue bakal rindu candaan kalian nih." Ucap Alana dengan senyuman manisnya.

"Huuuuuuu.. Gue juga bakal kangen Lo, La." Jawab Poppi sedih

"Udah ah, jangan sedih sedihan mulu. Ntar kan bisa ketemu lagi." Ujar Bobi yang paling ga tahan lihat cewek nangis

"Dasar cowok, ga punya empati sama sekali Lo Bi." Jawab Poppi ketus.

"Iyee iyeee. Maap. Udah sini. Alana mau berangkat. Keburu siang." Bobi menarik tangan Poppi dengan lembut.

"Yaudah, Gue berangkat ya. Saling menjaga. Jaga kesehatan kalian." Alana melambaikan tangan dan bergegas masuk ke dalam mobil.

Alana menurunkan kaca pintu mobil dan melambaikan tangannya. Kepergian Alana diiringi suara tangisan Poppi dipelukan Bobi.

"Kok badan Lo bau bawang ya Bi?" Tanya Poppi yang masih dipeluk erat Bobi

"Hehe, semalem Gue makan gorengan tahu pake bawang sama temen-temen Gue di kontrakan." Jawab Bobi sambil tertawa

"Kebiasaan deh…" Ucap Poppi sambil memukul pundak Bobi

"Yaelah, meskipun bau. Lo tetep suka kan?" Tanya Bobi

"Hih, apa an. Jorok…" Jawab Poppi kesal dan mendorong tubuh Bobi.

Poppi berjalan cepat dan bergegas menuju mobil Bobi dengan wajah merah. Bobi menyusulnya dengan tertawa. "Tungguin Gue, Popp."

***

"Selamat tinggal kasih. Sampai kita jumpa lagi. Aku pergi takkan lama. Hanya sekejap saja ku akan kembali lagi, asalkan engkau tetap menanti." ~~~

Suasana jalan yang tenang dan irama lagu yang indah menemani perjalanan Alana siang itu. Hampir setengah perjalanan Alana tempuh. Tidak terlihat rasa lelah di wajahnya. Tiba-tiba Alana dikejutkan oleh suara gemuruh yang terdengar kencang. Selang beberapa detik tiba-tiba steer membelok dengan sendirinya. Alana gugup.