Selesai mandi, ku buka jendela kamarku dan ku dapati seseorang yang sedang mondar-mandir di depan rumahku, seperti sedang mencari sesuatu, sekilas ku lihat wajahnya yang terbakar sebelah kiri, melihatnya membuat bulu kudukku berdiri, dan keringatku bercucuran, terkejut diriku dan langsung mengumpat di bawah kolong tempat tidurku.
Tidak lama setelah itu suara pintu yang di ketuk sebanyak enam kali membuat keringatku mengalir deras, namun semua itu berubah ketika dia mengeluarkan sebuah suara yang mengatakan bahwa dirinya adalah Ander, tentu saja itu membuatku sedikit tenang, aku buka pintu depan rumahku.
Ku tengok kanan dan kiri untuk memastikan seseorang yang ku lihat sebelumnya, dan tidak ku dapati siapapun selain Ander di sana, karena rasa penasaranku, aku pun bertanya kepadanya tentang seseorang yang tampak mencurigakan, dengan wajah yang tebakar dan juga memakai jubah hitam membuat orang yang melihatnya akan pergi dan berpaling.
"Aku tidak melihat siapapun di sekitar sini, memangnya ada apa?" Tanya Ander penasaran.
"Tadi ketika aku membuka jendela kamarku, tampak seseorang dengan wajah yang terbakar dan juga memakai sebuah perlengkapan baju dengan jubah dan mantel berwarna hitam, dia mondar-mandir di sekitar rumahku" Ucapku mencoba untuk menjelaskan sambil melihat ke sekeliling rumah.
"Tidak ada siapapun di sini, kamu tidak perlu khawatir, aku pasti akan melindungimu" Ucap Ander yang mencoba menjelaskan kepada diriku tentang apa yang terjadi.
"Oh iya kemarin pagi apa kamu juga datang kerumahku dan menjemputku untuk mencari Melva?" Tanyaku yang langsung mengarah kepada topik tentang pembahasan apa yang ingin aku ketahui.
Dahinya mengerut dan tangannya mengarah ke kepalanya sambil menggaruk-garuk, "Aku saja baru tahu rumahmu siang kemarin setelah mengantarkan kamu pulang" Jawab Ander yang sepertinya kebingungan.
Dan aku pun paham kalau sepertinya kemarin mungkin hanya mimpi, walaupun aku merasakannya begitu nyata, namun tidak masalah bila memang itu hanyalah sebuah mimpi untukku, walaupun aku sangat yakin sekali kalau itu adalah sebuah kenyataan yang memang terjadi kepadaku, aku pun masih ingin memastikan untuk mencoba mengembalikan suatu ingatan yang aku bisa, membuatku terus memutar berbagai cara untuk bisa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi kepada diriku.
"Ada apa? Sepertinya kamu sangat khawatir dengan apa yang terjadi" Tanya dia yang sedikit khawatir dengan diriku.
"Oh tidak apa-apa, apa kamu ingin pergi ke suatu tempat denganku?" Tanyaku kepadanya.
Dia datang pagi-pagi sepertinya ingin mengajakku untuk berjalan-jalan, dan aku pun memiliki waktu yang cukup senggang.
"Apa tidak masalah di pagi hari seperti ini?" Dia yang ingin memastikan waktuku agar aku bisa berjalan dengan santai.
"Tentu saja, kita bisa untuk pergi dan berjalan-jalan, jika kamu mau, lagi pula jadwal untuk membuka toko sore hari, dan masih ada banyak waktu" Ucapku yang tahu maksud dan tujuan dirinya.
Sama sepertiku, mungkin rasa sepi dan ingin ada yang menemani menjadi alasan bagi seseorang yang mencoba menyapa dan bercakap-cakap dengan orang lain, mungkin juga rasa penasaran akan kehadiran seseorang yang membuat seseorang ingin untuk bertanya dan menjawab dari setiap ucapan yang keluar, atau juga sebuah rasa yang tumbuh dari dalam hati yang mendorong seseorang untuk maju dan memberanikan diri.
Bagiku yang mana saja tidaklah masalah, semua hal yang ada hanyalah bagaimana sudut pandang setiap orang yang menafsirkannya, membuat arti dan perumpamaan dari setiap masing-masing tindakan dan perkataan.
Yang terpenting saat ini adalah bagaimana menikmati kebersamaan dengan orang-orang yang ada di sekitar kita, entah itu keluarga, teman, atau mungkin juga kekasih yang kita dambakan, karena setiap waktu pasti akan berlalu, memanfaatkan waktu sebaik mungkin itulah bagian terpenting di dalam kehidupan.
Tidak masalah bila kita pernah gagal, juga demikian halnya dengan kesuksesan tidak ada yang pasti dalam kesuksesan yang kita raih, ada yang lebih penting dibanding kegagalan dan kesuksesan dalam hidup, yaitu sebuah keinginan untuk terus maju dan berkembang itulah yang terpenting di dalam diri kita masing-masing dalam menjalani hidup.
Sebuah jantung yang berdebar dan kata-kata yang sulit sekali terucap di bibir ketika aku bersama dengan Ander, membawaku pada sebuah lamunan, apakah ini semu, atau ini semua memang kenyataan manis yang selama ini aku idamkan.
Tatapan matanya, raut wajahnya, senyuman di bibirnya, dan setiap kata-kata yang keluar dari lidahnya, membius diriku membuatku terhanyut dalam indahnya hari yang terasa kosong.
Di mulai ketika aku bertemu dengannya dalam sebuah kekajaman orang-orangnya yang mengecamku, berubah menjadi sebuah takdir indah yang membawa senyuman kepadaku, seperti hujan yang terus menerus turun, lalu setelahnya sebuah pelangi muncul.
"Warna apa yang kamu sukai?" Tanya dia yang kembali membuka obrolan, melepaskan sebuah lamunanku, membuat jantungku berdegup lebih kencang.
"Aku suka warna putih, kalau kamu, warna apa yang kamu sukai?" Tanyaku kembali setelah menjawab pertanyaan darinya.
"Mengapa kamu suka warna putih?" Dia yang kembali bertanya kepadaku.
"Jawab dulu pertanyaan dariku, nanti akan ku jawab pertanyaan darimu" Kataku yang ingin mendengar jawaban darinya, langkah kaki kami bersamaan dalam sebuah lantunan gerakan yang terus melangkah ke depan, entah kemana dirinya akan membawaku, aku tidak terlalu memusingkannya.
"Aku suka warna biru" Jawabnya sambil tersenyum melihat ke arahku.
"Lalu menagapa kamu menyukai warna itu?" Aku yang membalikkan kepadanya pertanyaan darinya untuknya kembali.
"Kamu belum menjawab pertanyaanku" Katanya sambil menatap kedepan.
"Karena setiap kita masing-masing seperti layaknya sesuatu yang putih, lalu berbagai macam warna mengisi warna putih tersebut, membuat kita menjadi warna yang berbeda, masing-masing memilih warna yang dia suka, bisa jadi kita lebih terang atau juga bisa jadi kita memiliki warna yang lebih gelap, mungkin begitulah diri kita pada awalnya, karena itu aku ingin tetap menjadi putih hingga nanti aku bisa memilih warna yang benar-benar bisa untuk mengisi" Ucapnya yang menjelaskan dengan sebuah penjelasan yang cukup panjang kepada dirinya.
"Boleh juga, namun kita semua tidak ada yang tahu, bahkan untuk memilih pun kita tidak mampu, semua yang kita lakukan, hanya membuat keputusan tentang apa yang terjadi, baik itu hal kecil sampai hal rumit yang kita tidak tahu sama sekali, bukankah begitu kehidupan ini? Tidak ada yang pasti, kecuali sebuah kematian yang menanti di depan sana" Matanya melihat ke arah depan dan tangannya menggenggam dengan genggaman yang cukup kuat, seperti dia tahu akan arti dari sebuah kehidupan yang sebenarnya.
"Entahlah yang terpenting bagaimana kita berusaha semaksimal mungkin dengan apa yang kita miliki, sebisa mungkin melakukan yang terbaik yang kita bisa" Aku spontan memberikan pendapat tentang apa yang dia katakan, kami saling menyatu satu sama lainnya ketika aku dan dirinya bisa saling memberikan masukan, dan kedewasaan terlihat pada dirinya.