" The Great, bersiaplah untuk mimpi buruk mu "
Leina melebarkan mata nya, seketika Dimensi Kekosongan Lilac itu menjadi berkilau keunguan.
Leina melempar pedang nya ke arah atas, tepat nya dia melempar pedang nya ke udara. Lalu Leina melakukan pose seperti seseorang yang sedang berdoa. Dalam sepersekian detik dengan sangat cepat dia mengambil pedang nya yang masih terlempar di udara.
" Seperti nya kau memang layak dihadapi, nona "
The Great menyadari sesuatu dari Leina yang sekarang, bahwa dia sudah menjadi ribuan kali lebih cepat dibanding beberapa saat yang lalu. Saking cepat nya Leina, dia terlihat bukan seperti Leina yang berkecepatan tinggi. Karena dimata The Great saat ini dia seperti melihat garis petir keunguan yang begitu agresif.
Disaat Leina masih berada di udara, tiba-tiba molekul partikel keunguan di sekitar The Great menjadi aneh. Molekul-molekul itu menyatu menjadi padat dan membentuk kristal ke unguan, kristal molekul itu terbentuk menjadi beberapa jumlah dan terpisah beberapa meter dari per kristal nya.
Lalu diantara kristal itu seperti terbentuk sebuah jalur, yang dimana jalur itu berawal dari pedang Leina dan berakhir tepat di jantung The Great.
" Violet : Dancing Purple "
Kilatan ungu super cepat menyambar The Great dari arah depan, The Great sangat terkejut karena kali ini dia tidak bisa merespon apapun karena saking cepat nya Leina saat ini. Kilatan ungu yang menari melalui jalur kristal dan menghunuskan nya tepat di ujung akhir tarian nya.
" Tsk, kau memang sesuatu, nona"
Jantung The Great terluka, dia pun goyah dari posisi berdiri nya dan jatuh menjadi posisi berlutut.
" Berakhir lah sudah, The Great, Arthur Pendragon "
Ucap Leina yang membelakangi The Great yang sedang mengalami luka fatal akibat tebasan dari nya barusan.
" Sayang sekali, tetapi ini belum berakhir dan juga aku bukan lah Arthur Pendragon, tetapi aku adalah The Great "
The Great mengarahkan tangan kanan nya tepat di jantung nya, lalu terlihat seperti hawa panas mengelilingi bagian dada nya. Setelah beberapa saat dia bangun dari posisi berlutut nya seolah tidak terjadi apa-apa kepada diri nya beberapa saat lalu.
" Nona, aku patut mengapresiasi mu karena dapat melukai ku dengan sangat fatal, bisa saja aku mati barusan karena mu "
Leina tidak memberikan sepatah kata pun, dia langsung maju ke arah The Great.
" Seperti nya, memang tidak ada arah untuk ber negosiasi ya "
Ucap The Great sembari maju juga ke arah Leina yang sedang menghampiri nya.
Suara bising nan bergema terdengar di Dimensi Kekosongan itu akibat dua pedang yang saling beradu. tebasan-tebasan di layangkan oleh mereka dengan begitu cepat. Meski terlihat seimbang akan tetapi The Great lebih terpojok.
Itu di karena kan Dimensi Kekosongan ini minim akan Ki dan juga menyerap Ki, lalu yang paling di untungkan adalah Leina. Didalam Dimensi Kekosongan ini tidak ada kata lelah bagi Leina, karena itu semua tak terbatas bagi nya.
" Sudah kubilang, aku lah yang di untung kan "
Leina melakukan serangan penghabisan, lalu dia memutar tubuh nya dan menebas The Great dengan tebasan putaran itu. The Great terpental cukup jauh akibat itu, tetapi The Great bisa menangkis nya. Jubah The Great juga sudah mulai sobek-sobek akibat pertarungan ini.
" Menyerahlah, tidak ada jalan pulang untuk mu "
Tegas Leina sambil mengacungkan pedang nya ke arah The Great, lalu The Great tertawa kecil akan hal itu.
" Nona, jika kita tidak setara, aku hanya perlu menyetarakan nya bukan? "
The Great mengangkat pedangnya dan menebas horizontal kearah depan, Leina langsung menyadari nya dan dia melihat sekeliling bagian belakang nya. Leina terkejut dengan yang dia lihat, karena Dimensi Lilac terbelah dan menunjukkan Dimensi Real ( Dimensi asli manusia ) atau lebih tepat nya menunjukkan Replika Gurun Kalahari.
Beberapa saat setelah Leina melihat kebelakang, dia langsung di kejutkan oleh terjangan super cepat dari The Great. Leina pun terpental jauh keluar dari Dimensi milik nya itu, dia langsung ber transformasi ke tubuh asli nya. Tubuh atmosfer itu meluntur layak nya air dan terlepas dari tubuh nya.
" Sialan, aku lupa memperhitungkan ini, dia mampu menembus barrier absolut jadi tidak heran kenapa dia juga bisa membelah dimensi ku dengan sangat mudah "
Ucap Leina yang terengah-engah dan tersungkur.
" Dengan ini kita setara, atau mungkin aku jauh lebih kuat sekarang, nona "
The Great yang melangkah keluar dari Dimensi Kekosongan milik Leina, lalu setelah dia keluar celah dimensi yang terbuka tadi pun perlahan menutup.
The Great berjalan menghampiri Leina yang sedang tersungkur, disisi lain Leina juga berusaha untuk bangkit dari posisi yang menyedihkan itu. Leina juga memanggil soul blessing nya lagi, karena disaat dia terlepas dari tubuh atmosfer, soul blessing nya juga ikut menghilang.
" Endless "
Leina memutar-mutar soul blessing nya dan langsung maju ke arah The Great, pedang mereka berdua pun bertemu kembali. Tebasan demi tebasan terjadi, suara bising akan pedang yang bertemu juga terdengar sangat keras.
" Aku harus mencari cara untuk mengalah kan nya disini "
Ucap Leina didalam hati nya sambil mengayunkan pedangnya dengan sengit ke arah The Great.
" Disaat yang seperti ini, jangan lah berpikir untuk mengalahkan ku, tetapi fokus lah dengan segenap kekuatan mu "
Dalam sepersekian detik yang singkat The Great melakukan serangan berat kepada Leina, itu mengakibatkan Leina terpental kedua kali nya. Leina terbentur oleh gundukan pasir yang menjulang tinggi.
Kepulan debu pasir pun ikut menjulang tinggi akibat terjadi benturan yang lumayan keras, tetapi samar-samar dari debu itu terlihat sebuah cahaya ungu, yang terkadang menerang, terkadang juga redup.
" Kau memang wanita yang tangguh, nona. Kalau begitu izinkan aku mengapresiasi mu sekali lagi dengan serangan ini "
The Great menyadari nya jika Leina tidak akan semudah itu menyerah, dia akan terus menyerang nya sampai diri The Great benar-benar mati di tangan nya.
Dalam detik yang singkat sebelum mereka berdua saling melancarkan serangan, tiba-tiba cahaya ke unguan itu mendadak menjadi oranye yang sangat terang. Yang dimana itu langsung menyapu kepulan debu pasir yang tebal itu.
" Kau pikir aku juga tidak boleh mengapresiasi mu? "
Kata Leina yang sudah melakukan kuda-kuda tanpa celah lagi di atas gundukan pasir.
The Great tertawa kecil lalu dia langsung menerjang ke arah Leina dengan cepat.
" Fulgent : Ashati-Vluri "
The Great lalu meloncat dengan tinggi ke udara dan mengangkat pedang nya itu dengan kedua tangan. Lalu terciptalah sebuah cahaya hitam bersinar terang dari pedang nya itu, yang membentuk seperti sebuah pedang yang sangat besar.
" Bersabarlah sedikit, sialan! "
Teriak Leina sambil memperkuat pertahanan nya.
" Eve : Tidal Wave "
Semoga aku masih bisa hidup setelah semua ini, itu lah kata harapan dari lubuk hati Leina saat ini.
" DOOOOMMM! " suara dentuman yang sangat besar akibat kedua serangan yang begitu dahsyat bentrok.
Seperti saat awal bertemu, teknik dari The Great memang begitu berbahaya, bahkan saat ini dampak nya lebih besar. Teknik milik nya itu hampir membelah 100% Replika Gurun Kalahari dengan tebasan vertikal nya.
Disisi lain Leina juga mengarahkan serangan pertahanan nya itu ke udara, yang mengakibatkan terkena barrier absolut dan pecah rusak berbentuk lingkaran yang tidak rata. Kerusakan itu seperti nya 50% dari keseluruhan.
Serangan dari Leina itu juga ternyata dapat menghancurkan aliran ruang dan waktu, lalu itu terbukti karena serangan masif nya barusan dapat merusak 50% dari keseluruhan barrier absolut.
" Kretek " suara dari gesekan tulang.
" Yang tadi itu cukup berbahaya juga, nona. Tulang kedua tangan ku sampai tergeser parah seperti ini "
" Uhuk.. Tsk, "
Leina tersungkur, dia juga batuk mengeluarkan dahak darah.
The Great memang mengalami luka yang cukup lumayan, akan tetapi itu juga terjadi kepada Leina setelah bentrokan serangan yang dahsyat itu. Leina mengalami luka yang lebih parah ketimbang The Great.
" Serangan dan teknik mu barusan sangat sempurna, akan tetapi, nona. Apakah dirimu yang sekarang masih tetap dalam kondisi yang sempurna? "
The Great mengatakan itu sembari menghampiri Leina yang dalam kondisi lumayan parah, dia berjalan perlahan mendekati Leina.
Leina mengalami luka sayatan cukup dalam, tetapi yang aneh adalah luka itu berada di bagian belakang, atau lebih tepat nya di bagian punggung.
" Omong-omong, serangan mu mematikan juga ya, sialan. "
Leina mengucapkan itu agak terbata-bata dan terengah-engah. Leina berusaha bangkit tapi itu agak susah di kondisi nya saat ini.
" Haha.. kau menyadari nya?, lagipula aku juga sudah tidak terkejut jika kau menyadarinya, nona. "
The Great berhenti berjalan dan tertawa kecil mendengar pernyataan dari Leina barusan, itu karena serangan milik nya yang bukan hanya destruktif tetapi juga mematikan. Itu karena serangan The Great barusan menyebabkan gelombang shockwave yang kuat beberapa saat, lalu shockwave itu menjadi udara seperti biasa nya. Pada saat itu lah Leina bernafas dan menghirup shockwave tersebut, lalu pada saat itu lah di dalam tubuh nya menerima shockwave yang dahsyat. Yang mengakibatkan bagian tubuh dalam nya lumayan rusak.
Serangan dari The Great itu juga bukan hanya berlaku kepada 1 orang saja, itu bisa terjadi ke banyak orang. Setiap orang yang berada di jangkauan tebasan vertikalnya yang destruktif itu akan menghirup udara shockwave yang kuat itu, lalu mereka akan langsung mati di tempat akibat organ dalam nya rusak parah akibat terkoyak oleh shockwave yang mereka hirup.
" Nona, apakah sekarang kau sudah menyerah? "
The Great mengacungkan pedang nya ke arah Leina yang sedang tersungkur itu. Leina yang merasa diri nya terhina pun langsung melakukan teknik penyembuhan nya yang masih amatir, sama seperti The Great, Leina juga mengobati nya dengan cara yang sama. Yaitu dengan mengarahkan nya ke tubuh lalu terlihat lah hawa panas yang mengitari nya.
Setelah mengobati setengah dari luka nya, Leina langsung bangkit perlahan dari posisi tersungkur nya dan mengambil pedang nya dari sisi kiri nya. Leina langsung mengambil kuda-kuda tanpa celah lagi, di ikuti dengan keluar nya sinar oranye yang sangat terang.
The Great pun agak terkejut jika Leina masih bisa bangkit seperti itu dan langsung melakukan kuda-kuda yang tidak punya celah sama sekali.
" EVE! : RESIST- "
Sebelum sesaat Leina mengeluarkan teknik nya dengan cara berteriak, tiba-tiba ada seseorang dari belakang yang langsung memegang soul blessing milik nya itu.
" Cukup, hentikan semua ini "
Cahaya oranye itu langsung redup dan kemudian menghilang, lalu Leina langsung terjatuh pingsan di pangkuan seseorang yang belum jelas. Lalu orang misterius itu langsung membalikkan badan nya dan memberikan posisi istirahat yang baik bagi Leina.
" Seperti nya aku sedikit mengenali wajah mu, lalu aura mu yang sekarang jauh lebih kuat dari yang dulu. Benar kan Jester Wreifth? "
Ternyata orang misterius itu adalah Jester Wreifth.
Jester menengok sedikit kebelakang, lalu dia juga mengenali siapa yang ada di hadapan nya sekarang. Jester juga tidak terkejut kenapa Leina bisa sampai seperti ini, itu karena memang Leina seperti sedang terkena apes. Karena entah bagaimana The Great bisa menemukan tempat ini dan juga Leina yang secara lumayan apes melawan The Great.
" Jadi sekarang apa mau mu?, bisa ku akui bahkan di kondisi sekarang aku bisa menghabisi mu dalam sekali serangan "
Jester mengucapkan itu dengan sangat yakin, karena kondisi The Great yang sudah tidak prima lagi setelah bertarung habis-habisan melawan Leina.
" Ya, kau memang benar, mungkin di kondisi saat ini kau lah yang terkuat disini. Aku juga tahu akan hal itu, tetapi aku sudah tidak ada urusan disini. Jadi aku akan pamit pergi "
Jawab The Great ke Jester, tetapi setelah menjawab pertanyaan itu tiba-tiba Jester sudah berada di belakang The Great.
" Tetapi itu sayang sekali, karena aku tidak akan mengizinkan mu pergi sekarang "
Jester mengeluarkan wooden stick nya dari penyimpanan celah dimensi, lalu memutar-mutar wooden stick nya itu. Jester berniat untuk langsung menumbangkan nya dalam sekali serangan.
" Hahaha.. kau bahkan masih menggunakan wooden stick yang rapuh itu ya?, apa kau masih tidak bisa untuk mendapatkan soul blessing milik mu? "
The Great tertawa kecil dan seperti mengejek Jester dengan suatu fakta yang menarik dari diri nya.
Setelah melontarkan tawaan dan ledekan itu, tiba-tiba Jester langsung mengibas wooden stick nya ke arah kepala The Great dengan sangat kuat. Tetapi dengan sengaja Jester tidak mengenai nya.
"BOOMMM!!" Hempasan yang sangat kuat terjadi akibat kibasan wooden stick itu.
" Kau juga masih sama seperti dulu "
Ucap The Great sambil mengangkat kepala nya ke atas
" Tidak usah membawa masa lalu, kau tahu sekarang kau memang benar-benar tidak akan bisa pulang "
Ucap Jester dengan Aura yang sudah sangat mencekam.
Lalu The Great membalikkan badan nya, dengan wooden stick yang masih menghantui nya dari sisi kiri, yang kapan pun akan langsung menghabisi nya.
" Tenang, aku tidak akan membocorkan mengenai informasi ini ke Aliran Surga "
" Lantas dengan alasan apa aku harus mempercayai semua bualan mu itu? "
Lalu The Great berjalan mendekati Jester dan membisikkan sesuatu kepada diri nya.
Setelah mendengar bisikan itu Jester langsung menjatuhkan wooden stick nya, lalu The Great lanjut berjalan ke depan.
" Hei, apa kau yakin dengan ucapan mu barusan itu?
Ucap Jester sambil menoleh ke arah The Great yang berada di belakang diri nya.
" Kau tahu, aku tidak pernah berbohong bahkan sampai detik ini juga. Anggap saja itu sebagai kesepakatan informasi untuk memperbolehkan diri ku pergi. Lalu tenang saja aku akan menjaga rapat soal semua yang aku temui hari ini, jika suatu saat mereka semua mengetahui nya. Percayalah itu bukan lah informasi dari ku, meski aku adalah bagian dari mereka. "
Setelah membisikkan sesuatu kepada Jester sampai membuat diri nya sangat terkejut, The Great pun dengan sangat cepat langsung pergi dari situ juga.
Jester pun jatuh dari posisi berdiri nya, lalu dia saat ini berlutut dan menundukkan kepala nya ke tanah dengan kedua tangan nya yang memegang muka nya.
" Tidak mungkin, apakah kau memang benar-benar masih hidup... Russel? "
-Bersambung-