Chereads / Partner Psychopath [IDN] / Chapter 8 - Jalan-jalan

Chapter 8 - Jalan-jalan

"Selamat pagi!"

Sapa Shila dengan riang dari ruang makan. Danial menoleh sebentar melihat gadis yang semalam ada di mimpinya tengah duduk di kursi makan menyantap sandwich-nya. Dia kembali melanjutkan langkahnya tanpa perlu repot untuk menyapa balik kepada Shila. Hal tersebut membuat Shila kembali cemberut. Memang dasarnya Danial adalah orang menyebalkan. Disapa dengan ramah saja tidak membalas, malah melengos pergi sesuka hati.

"Andy!" Danial mengetuk pintu kamarnya memanggil adiknya yang semalam tidur di kamar tersebut. Tidak ada sahutan dari dalam membuat Danial mengernyitkan dahinya.

"Andy sudah pulang tadi dijemput supir!" seru Shila dari bawah. Danial yang mendengar itu langsung membuka pintu kamarnya. Melihat kamar tersebut telah kosong tanpa penghuni. Dia pergi ke kamar mandi untuk segera bersiap pergi ke kantor.

Saat keluar dari kamar dia berpas-pasan dengan Shila yang baru saja selesai sarapan. Danial melewatinya sembari sibuk dengan dasi yang ia kenakan. Dia duduk di ruang makan dan menyampirkan jas hitam miliknya. Melihat Shila kembali ke ruang makan dan duduk di depannya sembari bertopang dagu. Memandangnya seenaknya seolah dia adalah sebuah pajangan.

"Matamu itu!" dengus Danial dan menunjuk mata Shila dengan pisau makan di tangannya. Shila memundurkan wajahnya dengan wajah terkejut mendapat perlakuan tidak terduga dari Danial. Lantas bibirnya mengerucut kesal karena sifat Danial yang tak kunjung baik kepadanya.

Padahal bukan hanya Danial saja yang menolak perjodohan ini, tapi respon Danial sungguh berlebihan. Seolah dia tidak berhak merasakan ketidakadilan perjodohan ini saja. Lelaki yang menyebalkan. Sayangnya dia harus membiasakan diri dengan lelaki seperti itu, karena dia telah resmi menjadi istrinya.

"Hari ini aku mau pergi jalan-jalan, kamu mau titip apa?" tanya Shila memberitahu rencananya hari ini. Setelah seminggu disibukkan dengan ujian akhir semester, akhirnya dia memiliki waktu liburan. Dia sudah memiliki banyak rencana berlibur sebelum akhrinya dijodohkan. Mungkin tidak semua akan terlaksana, tapi setidaknya beberapa hal harus ia lakukan saat liburan.

"Pergi jauh-jauh, nggak usah pulang kalau perlu!" jawab Danial dan melangkah pergi karena telah menghabiskan sarapannya. Shila mengerucutkan bibirnya mendengar ucapan ketus dari Danial. Kapan lelaki itu bisa berbicara baik-baik kepadanya? Selalu saja ketus tak mementingkan perasaannya.

"Nanti kalau aku nggak pulang kamu nyariin," ujar Shila main-main. Dia mencoba menggoda Danial yang sekaku besi itu. Tapi, bukannya mendapat jawaban atas candaannya Shila malah ditinggalkan di rumah sendirian. Danial sudah pergi dengan menggunakan mobil.

Shila berdecak sebal dan melangkah keluar rumah. Dia hanya membawa tas selempang kecil berisi dompet dan ponsel. Agendanya hanya jalan-jalan dan berbelanja di mall. Menikmati uang yang tersimpan di kartu atm hasil kerja keras ayahnya.

Mungkin mulai bulan depan ayahnya akan berhenti mengiriminya uang karena dirinya kini telah memiliki suami. Dia harap Danial tidak pelit memberinya jatah bulanan. Meskipun bukan dia yang memasak, tapi dia juga butuh uang jajan. Dia bukan gadis sederhana yang cuek tentang penampilan. Shila gadis yang suka menghamburkan uang untuk fashion serta keinginannya. Sebut saja dirinya ini manusia hedon.

Sampai di mall, Shila segera memasuki pintu utama tanpa keraguan sedikitpun. Pertama dia akan berjalan mengelilingi mall berlantai lima itu. Kalau menemukan barang menarik dia akan membelinya. Lantas pergi menonton film dan menyantap makan siang.

Semua hal selalu Shila lakukan sendiri, dia tidak memiliki banyak teman. Sesekali dia akan ikut jalan-jalan dengan teman kampusnya, tapi hanya beberapa kali saja. Karena Shila tidak suka merepotkan orang lain. Teman-temannya bisa gila kalau harus menemaninya berkeliling mall lima lantai seharian penuh. Maka dari itu, dia selalu sendiri.

"Selamat datang, nona Shila," sapa seorang pegawai toko sepatu. Shila tersenyum lebar mendengar sapaan ramah tersebut. Beberapa pegawai yang bekerja di mall ini sudah mengenal Shila. Itu karena dia sering sekali berkunjung dan memborong dagangan tanpa ragu. Selain itu kepribadian Shila yang ceria dan ramah membuat siapapun segera akrab dengannya.

"Nona, kami memiliki sepatu keluaran terbaru. Itu masih belum terpajang di toko, tapi untuk nona Shila kami bisa menunjukkannya hari ini juga," ujar sang pegawai perempuan tersebut dengan ramah. Shila tertarik dengan itu, dia segera meminta pegawai tersebut membawakan sepatu keluaran terbaru. Duduk menunggu dan segera berdiri melihat dua pegawai membawa beberapa kotak berisi sepatu.

"Apa ada warna lain?" tanya Shila saat mendapat sepatu yang cantik di kakinya. Sepatu berwarna putih dengan motif berwarna biru pastel.

"Untuk model itu, kami tidak memiliki warna lain. Tapi, kami memiliki warna merah muda kesukaan nona Shila dengan model yang berbeda," jawab sang pegawai dan segera menunjukkan isi kotak lain.

"Aku ambil itu saja!" putus Shila dan diangguki oleh pelayan toko.

"Aku baru saja pindah rumah, jadi kirim ke alamat baruku," ujar Shila dan memberikan alamat rumah barunya. Setelah menyelesaikan transaksi, Shila melanjutkan langkahnya menjelajahi mall.

Sampai di lantai lima dia hanya fokus membeli pakaian. Semua akan diantar ke rumah hari ini juga. Dia lebih baik membayar ongkos kirim daripada harus menenteng banyak paperbag yang jumlahnya bisa lebih dari lima. Apalagi dia akan menonton film, pasti akan sangat merepotkan kalau harus membawa belanjaannya ke bioskop.

Dua jam dirinya duduk menonton film ditemani popcorn dan minuman soda. Saat film selesai diputar, Shila melangkah pergi ke toko makanan. MCD. Dia ingin menyantap menu baru mereka. Sudah sejak tiga hari lalu menu ini diluncurkan dan dia belum mencicipinya. Tidak sempat karena harus mempersiapkan acara pernikahannya itu.

Sembari menyantap makan siangnya, Shila mulai memikirkan liburan di hari selanjutnya. Mendadak dia ingin pergi ke les memasak karena sekarang sudah tinggal terpisah dengan orang tuanya. Ya meskipun bagian dapur ada yang mengurus, dia ingin memiliki sedikit kemampuan di dapur.

Gadis tersebut lantas mulai mencari tempat les memasak berlisensi agar dirinya bisa menyombong ke Danial. Lelaki itu harus menghargainya juga, agar tidak selalu menganggap dirinya pembawa sial. Anggap saja Shila sedang berusaha untuk menjadi orang yang dipandang oleh Danial. Mata lelaki itu harusnya bisa terbuka lebih lebar agar melihat keberadaannya yang tidak merugikan. Tapi, karenaatanya sipit membuat Danial terus saja mengira Shila hanya memiliki kekurangan saja. Menyebalkan.

Setelah menjelajahi situs web, akhirnya Shila mendaftar di tempat les dekat kampus. Setidaknya jaraknya tidak terlalu jauh dari rumahnya. Pelatihan itu dilakukan seminggu dua kali selama satu bulan. Mungkin bulan berikutnya dia akan mengambil les lain untuk mengisi waktu liburnya.

Oh benar, dia harus memberitahu Danial tentang rencananya ini. Lelaki itu harus tahu, agar tidak terjadi kesalah pahaman. Bisa bahaya kalau mereka tidak tahu kesibukan satu sama lain padalah tinggal satu rumah. Meskipun tidak mendapat balasan, setidaknya Shila sudah memberitahu. Lelaki itu sedingin kutub selatan.