Anggi pun menceritakan pengalamannya pagi ini dengan Raka. Mulai ia bertemu dengan Jaka secara tak sengaja sampai mendengar kabar bahwa orang tuanya telah meninggal dunia.
Raka dapat merasakan kepedihan yang tengah bersemayam di hati Anggi. Sudah kehilangan orang yang ia cintai, ditambah dengan ranapnya seluruh harta pula. Anggi tak dapat berkata apa-apa, karena sertifikat tanah serta usaha milik papanya telah jatuh pada Endah.
Namun, hal ini menjadi titik terang bagi Raka untuk semakin dekat dengan Anggi. Wanita itu pasti membutuhkan kasih sayang lebih serta harta yang berkecukupan. Ia bisa merebut perhatian Anggi, hingga ia rela dinikahi Raka. Kemudian, lelaki itu dapat dengan mudah menjalankan misi selanjutnya.
Anggi terus menangis di dada Raka. Ia mencengkram punggung Raka dengan kedua tangannya.
"Semua sudah takdir, Anggi. Kamu mau nangis sehebat apapun, toh orang tuamu gak akan kembali juga, kan?"
Anggi mengangguk pasrah.
"Sekarang yang paling penting adalah kamu bisa keluar dari masa keterpurukan ini. Lagian, kamu kan masih punya Mas. Mas bakal lindungi dan menjaga kamu. Sebaiknya kita segera menikah, Anggi," ucapnya mengambil kesempatan.
Anggi mengusap sepasang pipinya akibat tumpahan air mata. Ia sendiri belum mampu mengambil keputusan secepat kilat. Jangan sampai ia salah langkah dengan menikah sebanyak dua kali.
"Aku gak tahu, Mas. Aku bingung dengan semua ini," keluhnya.
"Loh, apa lagi yang harus kamu bingungkan? Jaka udah gak mencintaimu, orang tuamu juga sudah gak ada. Kamu cuma punya Mas, Anggi."
"Aku dilema, Mas. Seolah ada sesuatu yang mengganjal di hatiku."
Ia sendiri tak mampu menemukan hal apa yang membuatnya antara yakin dan tak yakin meninggalkan Jaka. Selama ini dia memang berkata bahwa ia membenci lelaki itu, bahkan sudah rela kalau Jaka menikah dengan Susi. Akan tetapi, jauh di lubuk hatinya, Anggi seolah merasa bahwa ada sesuatu yang perlu dibereskan antara mereka. Anggi perlu melakukan pendekatan ulang dengan Jaka, supaya ia tahu di mana letak kesalahan pria tersebut. Soal Susi, hingga sekarang Anggi masih memikirkan apakah semua itu benar atau hanya karangan belaka. Pasalnya Jaka tidak pernah mengakui itu, walaupun di depan Susi sendiri.
"Apa aku boleh tidur, Mas? Aku lelah dan ingin tenang," pinta Anggi seraya mengangkat kepalanya.
"Ah, boleh-boleh. Kalau begitu Mas keluar dulu, ya. Ada urusan."
Anggi mengantarkan Raka hingga pintu utama dan melepas kepergian lelaki itu. Ia pun menuju bilik dan berusaha untuk memejamkan mata.
Dalam tidurnya, Anggi bermimpi bahwa ia dipertemukan dengan Susi dan Jaka. Entah bagaimana awalnya, tiba-tina saja Susi berusaha mendorongnya ke sebuah jurang, sementara Jaka menahan lengan Anggi untuk tidak masuk ke sana. Susi berkata kalau yang pantas hidup dengan Jaka itu adalah dirinya, sedangkan Anggi lebih baik menjauh saja. Namun, dalam mimpi tersebut Jaka bersikeras untuk mempertahankan Anggi. Dia menangkis segala ucapan Susi dan berusaha agar Anggi tidak sampai masuk ke dasar lembah menyeramkan tersebut.
Akibat bunga tidur yang menegangkan itu, Anggi sampai terbangun dan tubuhnya sudah dipenuhi dengan keringat. Ia baru menyadari jika semuanya adalah mimpi setelah melihat langit-langit kamarnya. Anggi menarik napas dalam. Mimpinya seakan membawa sebuah pertanda tentang isi hati Jaka yang sesungguhnya.
Ia tak dapat melanjutkan tidur. Anggi terus memikirkan mimpi itu, hingga timbul keinginan di hati untuk menelusuri perangai Jaka kembali. Siapa tahu mimpinya membawa isyarat kalau memang Susilah biang masalah selama ini.
"Apa aku balik aja ke rumah Mas Jaka dulu, ya?" pikir Anggi.
Memang ada baiknya, jika ia kembali ke sana dan memerhatikan setiap gerak-gerik Jaka lagi. Tiba-tiba saja keteguhan hati Anggi untuk meninggalkan suaminya itu menjadi goyah, ditambah dengan bunga tidur yang baru saja menyambanginya.
Anggi pun membersihkan diri serta rumah, kemudian gegas menuju kediaman semulanya. Dia sama sekali tidak gugup, karena tahu bahwa Jaka akan menerimanya dengan lapang dada.
Sesampainya di rumah, Anggi tidak masuk melainkan berdiri diambang pintu. Ia menanti sampai seseorang keluar dari dalam.
Kebetulan sekali Jaka hendak menjemur pakaian. Dia memutuskan untuk kembali beraktivitas setelah perseteruannya dengan Anggi di rumah bekas Dodi dan Dida. Dadanya bergemuruh hebat serta lutunya mendadak lemas tatkala melihat sosok mana yang sekarang menginjakkan kaki di kediamannya.
Jaka menjatuhkan ember cucian dan langsung menemui Anggi. Wajah perempuan itu menampilkan ekspresi datar. Jaka tak mampu menebak isi dalam pikirannya.
"Anggi, kamu ke sini?" Jaka sumringah.
Ia menghilangkan rasa malu dan mulai melangkah menuju kursi ruang tengah. Ia mengedarkan pandangan untuk mencari keberadaan Dita. Setelah memastikan bahwa gadis itu tidak berseliweran di hadapannya, barulah ia angkat bicara.
"Aku gak tahu sampai kapan tinggal di sini, Mas. Kamu juga jangan berharap, kalau sifatku bakal seperti yang dulu."
"Maksudnya?" Jaka menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Nanti juga kamu bakal tahu."
Jujur saja, ada perasaan sakit saat mengingat peristiwa tempo lalu tentang kebersamaan Jaka dan Susi. Walaupun Anggi sudah ketahuan berbuat hal terlarang dengan lelaki asing, tetapi ia masih saja bersikap keras kepala dengan menyudutkan Jaka seolah dialah pendosa paling besar.
Tentu saja Anggi tidak bisa bersikap seramah dan sehangat dulu. Ia akan berubah menjadi perempuan pendiam, bahkan kurang peduli dengan keadaan. Sampai titik di mana Anggi benar-benar menemukan jawaban bagaimana perangai Jaka sebenarnya serta hubungan lelaki itu dengan Susi.
"Aku bersedia tinggal di sini lagi, Mas. Kuharap kamu bisa menjaga perasaanku."
Hti suami mana yang tidak girang saat mengetahui bahwa istrinya yang menghilang, kini telah kembali. Kedua mata Jaka terbelalak kaget. Padahal mereka baru saja bertengkar dan Anggi berkata kalau ia tak akan mau kembali pada Jaka. Namun, sekarang dirinya malah datang ke kediaman lelaki tersebut.
Samapi-sampai Jaka mendekati Anggi hendak memeluk istrinya itu. Namun, Anggi langsung menghindar, kemudian berkata, "Aku butuh waktu untuk semua ini, Mas. Jangan sentuh aku!"
Hati Jaka mencelos. Sekarang dia paham apa maksud dari ucapan Anggi yang pertama kali. Ini berarti ia memutuskan untuk bersikap dingin terhadap suami sendiri dalam jangka waktu yang tidak ditentukan. Sesungguhnya Jaka sedikit kecewa, tapi dia berusaha untuk menarik perhatian Anggi lagi agar rumah tangga mereka membaik seperti sedia kala.
Anggi pun kembali ke kamarnya yang kecil dan kumuh. Sangat berbeda dengan ruangan yang belakangan ini ia tempati. Tanpa disadari, rupanya sejak tadi Dita dari dalam kamar menguping obrolan paman serta bibinya. Awalnya Dita hendak ke kamar mandi, tapi niatnya batal akibat mendengar suara Anggi. Ia pun jadi bingung. Sedikit banyaknya Dita mengerti permasalahan yang sedang menimpa Jaka beserta istri. Batinnya bertanya-tanya kenapa perempuan itu bisa kembali.
"Aku harus aduin ini ke Bibi Susi," pikirnya dan bergegas menuju rumah tetangganya tersebut.
***
Bersambung