{Tempat menjadi penentu utama dalam berwawasan dan juga berakhlak mulia}
* * *
* *
*
Kisah seorang wanita dan anjing ada di dalam Islam.
Kisah seorang wanita dan anjing ini diceritakan langsung oleh Rasulullah Muhammad SAW.
Jika Rasulullah Muhammad SAW bercerita atau mengisahkan suatu peristiwa, tentu ada kandungan pelajarannya untuk umat Islam.
Suatu ketika Rasulullah Muhammad SAW menceritakan kepada para sahabat tentang seorang wanita yang menggeluti pekerjaan sebagai pelacur atau kini dikenal wanita penjaja seks atau PSK (pekerja seks komersial).
Wanita ini, meski pekerjaannya hina dan kerap dicaci oleh masyarakat, namun akhirnya dicap sebagai ahli surga.
Gara-garanya, wanita ini mengerjakan amalan ahli surga, yakni berbuat baik kepada hewan anjing.
Dikisahkan, zaman dahulu ada seorang perempuan bekerja sebagai pelacur berjalan di tengah hari yang terik.
Dia kemudian melihat seekor anjing yang menjulurkan lidahnya karena kehausan.
Anjing itu terus mengelilingi sumur berharap bisa mendapat air untuk minum.
Usahanya tak membuahkan hasil, sampai-sampi anjing tersebut hampir mati.

Baca Selanjutnya:
Kisah Gempa Dalam Al Quran, Kaum Nabi Luth Maksiat Suka Sesama Jenis, Allah Jungkir Balikkan Tanah
X
Wanita yang melihat anjing itu kemudian menghampiri dan menolongnya.
Dia melepas sepatunya, tutun ke dalam sumur, lalu mengambilkan air dengan sepatu itu.
Air itu kemudian diberikan kepada seekor anjing yang kehausan.
Anjing itu kemudian kembali bugar, bertenaga, dan sehat.
• Anjing Hitam Teror Kampus Unsur Cianjur, Dua Mahasiswi Digigit, Seorang Dosen Dikejar-kejar
Alah SWT mencatat perbuatan wanita tersebut sebagai amal shaleh dan mengampuni dosa-dosanya.
Mendengar cerita Rasulullah Muhammad SAW, para sahabat kemudian bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah kita mendapatkan pahala karena berbuat baik kepada hewan?"
Lalu Rasulullah Muhammad SAW menjawab, "Berbuat baik kepada setiap mahluk bernyawa it uada pahalanya."
Kisah seorang wanita dan anjing yang dikisahkan Rasulullah Muhammad SAW itu ada di dalam hadis Bukhari.
Dari Abi Hurairah Radialohu'anhu dari Rasulullah SAW berabda, "Telah diampuni seorang wanita pezina yang lewat di depan anjing yang menjulurkan lidahnya pada sebuah sumur. Dia berkata, "Anjing ini hampir mati kehausan". Lalu dilepasnya sepatunya lalu diikatnya dengan kerudungnya lalu diberinya minum. Maka diampuni wanita itu karena memberi minum. (HR Bukhari).
Kisah itulah yang membuat Dharma yakin jika mereka akan baik-baik saja di tempat Maria.
Badrun masih gerundel, sebab gus-nya tidak tegas sama sekali. Barangkali Maria hanya membual saja. Dia berbohong untuk menjadikan mereka Sandra yang akhirnya entah akan dia apakan lagi.
"Kamar kalian di sini, tenang saja. Bersih, kok. " Kata Maria.
Dia membukakan pintu kamar dengan luas yang hampir sama dengan milik Dharma. Namun desainnya lebih ke Italian. Cukup bersih dan rapi, pun wangi.
"Anggap saja rumah sendiri. Aku ada di kamar utama. Jika perlu apa-apa panggil saja," kata Maria.
"Terimakasih, tapi sebelumnya jika tidak keberatan aku ingin membayar sewa kamar dan tempat tinggal untuk tiga hari ke depan. Berapa?" tanya Dharma.
Maria tersenyum sinis lalu menatap Dharma dari atas sampai bawah.
"Kau yakin ingin membayar?" tanya Maria.
"Iya. Sebutkan saja, Insya Alloh jika ada aku langsung akan membayarnya."
"Membayar berarti menerima fasilitas semuanya. Termasuk fasilitas yang aku berikan pribadi padamu." Balas Maria menantang. Matanya menggoda pada Dharma.
Dharma bergidik. Dia tahu, jika saat ini memang terjebak, tapi dia harap dia bisa tetap tenang.
"Saya tidak menginginkan hal itu. Hanya perlu kamar, tempat tinggal sementara itu saja." Kata Dharma.
"Tidak ada potongan, lagi pula aku tidak suka mendapatkan apapun tanpa bekerja." Ujar Maria.
"Lalu, untuk membalas Budi baik nona saya harus apa?" tanya Dharma.
Setidaknya dia tetap menganggap bahwa Maria baik. Dia tidak akan merasa tinggi meski dia tahu siapa Maria. Profesi yang ia jalani.
"Tidak ada." Kata Maria.
"Tapi,_"
"Sudah malam. Aku mau tidur, selamat malam," Ujar Dharma.
"Waaikumsalam," balas Dharma.
Dia tersenyum setelah melihat Maria berlalu. Dalam diri gadis itu ada sebuah kebaikan. Ada ketulusan dan juga kebaikan dalam dada.
Hanya saja saat ini mungkin dia sedang terjerumus dalam lubang hitam yang pasti juga tidak ia inginkan.
Di zaman Rosululloh, kisah seperti yang terjadi pada Dharma amat banyak sekali. Pendosa, namun dia sanggup masuk surga.
Ketika Rasulullah masih hidup, Abu Musa diangkat bersama Mu'adz bin Jabal sebagai penguasa di Yaman. Dan setelah Rasulullah wafat, ia kembali ke Madinah untuk memikul tanggung jawab dalam jihad besar yang sedang dijalani oleh tentara Islam melawan Persia dan Romawi.
Pada pemerintahan Umar bin Khattab, Abu Musa diangkat sebagai gubernur di Bashrah. Sedangkan Khalifah Utsman bin Affan menunjuknya sebagai gubernur di Kufah.
Semasa hidupnya, Abu Musa mengenal seorang laki-laki yang sangat tekun beribadah. Selama tujuh puluh tahun laki-laki itu selalu beribadah di jalan Allah. Tak pernah pula ia meninggalkan tempat ibadah. Hari-harinya dihabiskan untuk mengabdi kepada Allah di tempat ibadah itu karena ia memang tinggal dan menjaganya.
Hingga suatu hari datanglah godaan pada laki-laki tersebut. Ia digoda seorang wanita. Ia masuk dalam jebakan dosa dari wanita tersebut. Selama tujuh hari ia bergelimang dalam dosa melakukan perzinahan. Ia tak punya hubungan apa-apa dengan wanita penggoda tersebut, tetapi melakukan hubungan suami-istri dengan wanita itu.
Tak lama kemudian ia pun tersadar akan dosa-dosanya. Ia pergi meninggalkan sang wanita, dan kembali bertaubat. Namun, untuk kembali pada rumah ibadah yang selama ini dijaganya, ia tak sanggup. Ia bertaubat, kembali beribadah di jalan Allah, tetapi ia merasa tak pantas lagi berada di tempat tersebut.
Akhirnya ia memutuskan untuk mengembara. Ke mana pun kakinya melangkah, sholat, sujud, zikir, dan ibadah lainnya tak pernah ditinggalkannya. Dalam pengembaraannya tersebut, akhirnya sampailah ia ke sebuah pondok reyot yang di dalamnya telah tinggal dua belas fakir miskin. Ia bermaksud bermalam di sana karena badannya telah letih karena melakukan perjalanan yang sangat jauh. Ia pun jatuh tertidur bersama penghuni lainnya di tempat tersebut.
Rupanya, di dekat pondok tinggallah seorang dermawan yang setiap malamnya selalu membagi makanan bagi fakir miskin yang tinggal di lingkungan sekitarnya. Biasanya ia membagi-bagikan roti. Ia pun selalu adil membagikan satu potong roti untuk masing-masing orang yang tinggal di pondok tersebut.
Malam itu, laki-laki pengembara yang sedang bertaubat tersebut juga mendapatakan jatah pembagian roti dari sang dermawan karena dianggap penghuni tetap pondok tersebut.
Namun, ternyata salah seorang dari fakir miskin penghuni pondok tidak mendapat pembagian jatah roti. "Mengapa saya tidak mendapatkan roti," ujar sang penghuni pondok pada sang dermawan.
Pertanyaan tersebut dijawab oleh sang dermawan. "Kamu lihat sendiri, roti yang aku bagikan telah habis, padahal aku telah membaginya secara adil, masing-masing satu potong roti untuk setiap orang yang tinggal di sini, seperti hari-hari sebelumnya aku membawa dua belas potong roti," ujarnya.
Mendengar ungkapan dari orang yang membagikan roti tersebut, maka lelaki yang sedang bertaubat itu lalu mengambil roti yang telah diberikan kepadanya dan memberikannya kepada orang yang tidak mendapat bagian tadi. Padahal, perjalanan jauh sebenarnya telah menguras energinya.
Apalagi, ia menjalaninya dengan perut kosong. Di tangannya telah ada satu makanan yang bisa mengisi perutnya. Namun, karena ia merasa itu bukan haknya, ia rela kembali merasakan lapar dan memberikan sepotong roti tersebut pada yang berhak.
Keesokan harinya, laki-laki pengembara yang sedang bertaubat itu meninggal dunia. Di hadapan Allah, ditimbanglah amal ibadah yang pernah dilakukan oleh orang yang bertaubat itu selama lebih kurang tujuh puluh tahun dengan dosa yang dilakukannya selama tujuh malam. Ternyata hasil dari timbangan tersebut, amal ibadah yang dilakukan selama tujuh puluh tahun itu dikalahkan oleh kemaksiatan yang dilakukannya selama tujuh malam.
Akan tetapi, timbangan kebaikannya ditambahkan dengan perbuatan baiknya menjelang ajalnya, yaitu memberikan sepotong roti pada fakir miskin yang sangat memerlukannya. Ternyata amal tersebut dapat mengalahkan perbuatan dosanya selama tujuh malam itu. Kepada anaknya Abu Musa berkata, "Wahai anakku, ingatlah olehmu akan orang yang memiliki sepotong roti itu!"
Amal sedekah bisa menyelamatkan umat manusia dari api neraka. Apalagi, yang bersedekah tersebut merupakan orang yang juga sebenarnya sangat membutuhkan harta tersebut.
Rasulullah SAW bersabda, "Satu dirham bisa mengalahkan 100 ribu dirham." Para sahabat bertanya, "Bagaimana bisa demikian?" "Ada orang yang memiliki dua dirham, kemudian dia sedekahkan satu dirham. Sementara itu ada orang yang memiliki banyak harta, kemudian dia mengambil seratus ribu dirham untuk sedekah."
Abu Hurairah Radiyallahu Anhu berkata, "Wahai Rasulullah, sedekah yang bagaimana yang paling utama?" Rasulullah pun bersabda, "Kesungguhan seorang muqil, dan mulailah dengan orang yang menjadi tanggunganmu." Muqil adalah orang yang sedikit hartanya, tetapi dia bersedekah sesuai dengan kemampuannya.