Chereads / Musafir & Sang Penggoda / Chapter 15 - Kehidupan Maria

Chapter 15 - Kehidupan Maria

{Entah dia datang dari mana, yang pasti kehadirannya cukup menggugah selera}

* * *

* *

*

"Apa itu sebuah yang menakjubkan? Apa dengan hal itu akan menjadikan statusku berubah?" tanya Maria.

Sikapnya menunjukkan jika hal itu bukanlah sesuatu yang luar biasa.

"Setidaknya itu nilai plus dariku untukmu," jawab Dharma dengan senyum.

"Ck. Baru saja aku melihat sisi baikmu, tapi ternyata laki-laki sama saja. Suka menggoda,"

"Aku tidak menggoda. Aku mengatakan hal yang sejujurnya. Aku tidak biasa menggombal, tidak ada pula yang bisa aku gombali,"

"Waw! Aku semakin tidak percaya," kata Maria.

Laki-laki setampan Dharma belum memiliki dambaan hati. Itu seperti ilusi saja, bahkan laki-laki yang jelek menurut Maria saja dia bisa dengan mudah mendapatkan wanita. Apalagi Dharma. Atau mungkin dia yang tidak menginginkannya?

"Terserah jika tidak percaya," balas Dharma.

Maria melihat Dharma dari atas sampai bawah.

"Oh iya...Hari ini puasa, ya ... Kamu tidak sahur?" Maria mengingat jika hari ini adalah hari pertama Ramadan.

"Sudah subuh, mana boleh makan."

"Oh... Maaf, aku lupa tidak menyiapkan makanan. Temanmu pasti juga tidak sahur tadi,"

"Tidak apa-apa. Lagipula tadi Naura mentraktir kami sebelum sampai di rumah ini."

"Anak itu, pasti mengambil uangku lagi." Grutu Maria.

Dia hanya memberikan beberapa ribu saja pada Naura. Tapi tidak jarang Naura mengambil uangnya di dalam lemari. Tidak hanya sekali, bahkan berkali-kali. Karena sangking seringnya, Maria membiarkan saja.

"Kamu puasa juga?" tanya Dharma.

"Puasa? Aku sudah lama tidak melakukan puasa. Sholat saja jarang, apalagi puasa." Kata Maria.

"Kenapa? Maksudku kamu bisa memulainya untuk hari ini."

"Oh... Tidak. Aku tidak betah dengan rasa lapar, lagipula aku tidak bisa niat puasa."

"Rasullullah bersabda, puasa adalah amanah, maka jagalah amanah kalian. Di hadist lain beliau juga bersabda, jika pendengaran kalian adalah amanah, penglihatan adalah amanah." Ujar Dharma.

Maria mendengarkan.

"Tapi aku bukan orang yang pantas untuk mendengarkan ceramah keagamaan seperti itu. Maaf, aku tidur sekarang." Ucap Maria.

Kali ini dia tidak menahan langkahnya tadi. Hatinya berdebar saat bersama Dharma. Dia seakan ketakutan ibarat Dharma adalah malaikat maut yang siapa menerkamnya kapan saja. Atau mungkin dia malaikat Rokib Atib yang siap mencatatkan segala sesuatu yang sedang ia perbuat sekarang.

Namun di balik itu semua, ada bagian hati yang merasa tersirami. Maria merasakan kesejukan saat dia mendengar Dharma mengaji, dia merinding saat Dharma mulai berdzikir dan bersholawat nabi.

Laki-laki itu, kenapa dia bisa sampai di sini? Apa tujuan dia saat ini. Maria hanya membual jika mereka tidak akan bebas begitu saja, dan mereka percaya. Maria bilang, perlu waktu tiga hari untuk bisa bebas dari kawasan Zona mereka. Padahal tidak ada aturan seperti itu. Tapi, mereka bahkan tidak melawan sama sekali.

Mereka bisa saja pergi dengan kemauan mereka. Dengan paksa, toh memang tidak ada satu orang pun yang berada di sekitar rumah besar milik Maria.

Saat ini Maria ada dalam kamarnya. Naura sudah tidur di samping ranjang selah kirinya. Dia lelah, sebab berjalan dari stasiun ke rumahnya cukup jauh. Meskipun dia kuat dan merasa terbiasa, namun nyatanya dia adalah anak kecil yang sangat lemah-lemahnya.

Maria memeluk tubuh mungil itu. Menenggelamkan wajahnya pada rambut Naura. Dia tahu, saat ini hanya Nauralah satu-satunya keluarga. Dia harta paling berharga bagi Maria.

Sedih, saat dimana Naura yang seharusnya sekolah bermain bersama teman-temannya kini harus bernasib layaknya gelandangan. Mungkin harta ada, uang pun ada. Tapi harga diri mereka telah lenyap seketika ketika ayah mereka telah menjual ibunya pun diri Maria.

Warga tidak ada yang menerima, hingga akhirnya ibunya Maria mengajak mereka untuk pergi ke ibu kota. Dengan sisa uang di miliki ibu-nya mereka membeli rumah ini. Sebab rumah besar ini di jual murah oleh pemiliknya. Hingga akhirnya mereka tahu sebabnya adalah rumah itu ada di kawasan Zona merah (PSK)

Tidak ada harta lagi, mau tidak mau mereka akhirnya tetap tinggal di sana. Mereka lari, namun ternyata malah terjerumus di lubang yang lebih mengerikan.

Maria, Orang yang namanya Maria adalah orang yang berani, cerdas, dan pekerja keras.

Orang ini juga seorang teman yang setia. Ia memberikan banyak nasehat yang baik dan menjadi pasangan yang sangat dapat diandalkan. Ketika terlibat dalam suatu hubungan, ia cenderung memberikan segalanya.

Ibu Maria pernah bercerita, jika nama Maria di ambil dari surah Mariyam.

Di antara 4 wanita yang dirindukan surga berikutnya adalah Maryam binti Imran. Dia lahir di Nashirah, Nazareth, Palestina dari rahim seorang ibu bernama Hannah binti Faqudha, istri Ali Imran bin Matsan.

Dari garis ayah, leluhur Maryam sampai kepada Nabi Daud Alaihissalam. Sementara Hannah adalah adik dari istri Nabi Zakaria. Sehingga Maryam adalah keponakan Nabi Zakaria alahissalam. Bahkan saat masih kecil disebutkan Maryam pernah diasuh oleh Nabi Zakaria.

Di kalangan masyarakat Bani Israil ketika itu, keluarga Imran sangat terpandang. Namun sekian lama Imran menikah dengan Hannah binti Faqudha, mereka tak kunjung dikarunia seorang anak.

Imran dan istrinya yang salehah tetap bersabar sambil terus berdoa agar mendapatkan keturunan yang salehah.

Di antara 4 wanita yang dirindukan surga berikutnya adalah Maryam binti Imran. Dia lahir di Nashirah, Nazareth, Palestina dari rahim seorang ibu bernama Hannah binti Faqudha, istri Ali Imran bin Matsan.

Dari garis ayah, leluhur Maryam sampai kepada Nabi Daud Alaihissalam. Sementara Hannah adalah adik dari istri Nabi Zakaria. Sehingga Maryam adalah keponakan Nabi Zakaria alahissalam. Bahkan saat masih kecil disebutkan Maryam pernah diasuh oleh Nabi Zakaria.

Di kalangan masyarakat Bani Israil ketika itu, keluarga Imran sangat terpandang. Namun sekian lama Imran menikah dengan Hannah binti Faqudha, mereka tak kunjung dikarunia seorang anak.

Imran dan istrinya yang salehah tetap bersabar sambil terus berdoa agar mendapatkan keturunan yang salehah.

Allah SWT mengabulkan doa istri Ali Imran. Sayang sebelum sang anak lahir, Ali Imran sudah meninggal dunia. Tanpa didampingi sang suami, Hannah melahirkan seorang anak perempuan yang kemudian diberi nama Maryam. Hannah berdoa agar Allah SWT melindungi Maryam dan keturunannya dari godaan syaithan yang terkutuk.

Sesuai nazarnya, Hannah kemudian mengirimkan Maryam ke Baitul Maqdis. Setelah dilakukan musyawarah oleh masyarakat kala itu, perawatan Maryam akhirnya jatuh ke Nabi Zakaria sang paman. Nabi Zakaria merawat Maryam di Baitul Maqdis.

Di Baitul Maqdis, Maryam tinggal di tempat khusus. Dia menghabiskan waktu untuk beribadah kepada Allah SWT. "Banyak berdoa, berdzikir, sholat, ketika malama ia melakukan sholat malam, ketika siang tiba dia berpuasa dan beribadah,"

Ibunya terinspirasi dari kisah tersebut, dan akhirnya dia menamai putri pertamanya Maria.

Awalnya semua doa-doa dari namanya terpampang jelas. Maria gadis dengan banyak ilmu, akal dan juga kecerdasan. Dia baik hati, lemah lembut dan berbudi pekerti. Setiap orang memandangnya akan terhanyut dengan setiap kata yang ia ucapkan. Terlebih paras yang kelewat ayu, membuat orang tak bosan memandang.

Semua indah, semua sesuai permintaan. Hingga akhirnya tibalah hari-hari petaka mereka di mulai. Di saat di mana Ayah maria terlilit hutang dan tidak sanggup membayarnya.