Setelah beberapa lama ibu ita dari kamarnya, ita belum juga keluar untuk sarapan pagi. Melihat hal itu ibunya kembali datang ke kamar ita, mengecek putrinya itu. Langkah kaki ibu ita yang terdengar, membuat ita yang sedang melamun bergerak dan mengambil ranselnya dan berjalan menuju pintu kamarnya. Ita segera membuka pintunya dan membuat ia kaget dikarenakan ibunya sudah ada di depan pintu.
" Ahhhh ibu ngapainsih, buat ita kaget.." Uca pita sambil mengelus dadanya.
" Yah habisnya kamu sudah sangat lama, dan tidak datang sarapan kedapur. Makanya ibu ngecek." Ucap ibunya pada ita sambil berjalan menuju dapur.
Ita hanya mengikuti ibunya itu.
" Sekarang makan,, jangan ada sisa" Ucap ibunya pada ita, sambil menyediakan makanan di meja makan.
" Baik bu, kurasa aku ga pernah nyisahin makanan lah." Uca pita menjawab ibunya itu.
Ibunya merasa aneh dengan anaknya itu karena selalu menjawab apa saja yang ibunya katakana.
" Tingkah mu aneh banget hari ini. Mulai dari telat bangun, selalu menjawab jawab. Apa ada masalah mu?" Ucap ibunya.
Ita hanya terdiam dan tidak menjawab ibunya itu. Ia memakan lahap apa yang disediakan ibunya itu.
" Ayah dimana?" Uca pita sambil makan, dam mengalihkan pikiran ibunya tentang dirinya.
" Ayah sudah pergi dari tadi,kamu saja yang tidak turun turun dari kamar. " Ucap ibunya pada ita.
Ita hanya mengangguk sambil memakan masakan ibunya itu.
Setelah ia siap makan, ia bergegas memakai sepatunya.
" Ibu aku pergi ya.." Ucap ita meninggalkan ibunya.
Ibunya yang masih kepikiran dengan sikap putrinya, yang tidak biasanya itu, tidak mengurbis putirnya itu lagi.
Ita berjalan menuju sekolahnya, dia melihat ada dua sahabat yang berjalan melewatinya. Hal itu mengingatkan dirinya dengan sisi. Sisi merupakan teman ita mulai dari kelas 4 SD. Pertemanan mereka sudah lama dan sudah melalui banyak hal. Banyak juga masalah yang telah dilalui kedua sahabat ini. Tapi ia tidak habis pikir jika pertemanan mereka akan hancur hanya karena permasalahan ditingalkan di lapanngan. Hal itu membuat ita jengkel dan ia tidak pergi sekolah.
....
Suasana sekolah yang ramai dengan siswa dan siswi yang tersenyum dan semangat untuk menuntut ilmu membuat sekolah terasa hidup. Tapi tidak dengan sisi yang datang dengan wajah lemas, cemberut dan tidak ada gairah hidup. Dia takut dan khawatir aka napa yang terjadi nantinya. Dia berjalan dari belakang kelas sekolah itu menuju kelasnya supaya tidak terlihat oleh geng tessa. Dia berjalan sambil melihat lihat keadaan. Dia ketakutan.
Dia sama sekali tidak memikirkan untuk tidak datang kesekolah. Sisi sampai diruangan kelasnya, ia bergegas meletakkan ranselnya dan pergi lagi kebelakang kelasnya demi keamanan dirinya. Ia takut nanti geng tessa datang melihat dirinya.
Denis teman kelasnya melihat jendela belakang kelas. Denis yang melihat sisi duduk duduk di kaki lima belakang kelas itupun bingung dan mulai bertanya kenapa dia disana sendirian. Kemudia dennis melihat ransel ita belum ada di bangkunya. Ia berpikir mungkin sisi sedang menunggu ita makanya dia sendirian. Karena satu kelas ini sudah tau bahwa kedua anak ini tidak bisah dipisahkan, kemana mana selalu Bersama sama. Dennis pun pergi menemui teman temannya.
Tak lama kemudian, bel untuk berbaris pun berkumandang. Hal itu membuat semua siswa berjalan/ berlari menuju lapangan. Sisi yang dalam kesedihan itu sama sekali tak mendengar bel tersebutt. Dennnis dan temannya yang beranjak dari tempat mereka bercerita pun pergi, tapi mata dennis dari tadi tidak melihat sosok itaa masuk dalam kelas. Dennis merasa bahwa sisi masih di belakang pergi memeriksa, dan ternyata benar sisi masih di situ.
Sisi mengajaknya berbaris dari jendela kelas.
" Sisi, bel sudah berbunyi mari berbaris." Ucap dennis dari jendela
Sisi yang mendengar suara dennis, ia pun melihat dan tersenyum pada dennis.
" Baik dennis,… aku nyusul" Ucap sisi pada dennis.
Sisi beranjak dari tempat ia duduk menuju barisan.
Setelah selesai ibadah pagi, pengarahan. Semua siswa pun dibubarkan untuk memulia pelajaan pada hari ini. Sisi berjalan sendiri dari lapangan dengan rasa takut dan memerhatikan geng tessa. Dennis dari kejauhan yang melihat hal itu merasa dia sedang mencari temannya ita.
Setibanya di kelas, dennis pun menghampiri sisi.
" Si, apa kabar..?" Ucap dennis ramah pada sisi.
Sisi tersenyum tipis dan menjawab.
" Kabar baik kok.. Ada apay a?" Ucap sisi pada dennis.
Deniis pun duduk dibangku kosong dan bertanya pada sisi.
" Kamu terlihat lesu pagi ini. Apa karna ita tidak sekolah?" Ucap dennis pada sisi.
Hati sisi tiba tiba terkejut dan melihat kea rah bangku ita. Ia melihat ransel ita belum ada di bangku itu. Tanpa Panjang lebar ia menjawab ita.
" E…. iya nih. Aku ga ada di kabarin ita, kenapa dia ga sekolah. Hehhehe" Ucap sisi sambil tersenyum dengan terpaksa.
" O… pikirku pun kamu pasti lesu gara gar aitu. Secara kalian itu ga terpisahkan. Jadi langsung kerasa ya kalo ita aga ada ." Ucap dennis pada sisi.
" HEHHEH ia nih." Ucap sisi singkat.
" Ya jangan lemah juga, apalagi sampai kamu menyendiri di belakang sana. Kami kan masih ada satu kelas ini sebagai temanmu. Jangan langsung menyendiri gitu ya." Ucap dennis dengan penuh perhatian pada sisi.
" Ia dennis. Makasih ya udah perhatiin aku heheh." Ucap sisi
" Oke sip. Kalo kamu butuh apa apa bilang sama aku. Gapapa kok aku gantiin ita hari ini." Ucap dennis
" Hahaha dennis, kok aku jadi kayak anak baru yak amu buat " Ucap sisi mulai tertawa.
" Syukur lah kamu terrtawa . Dari tadi murung terus. Aku tau kok gimana rasanya kalo sobat kita ga sekolah. Jadi ga usah sungkan sungkan sama aku." Ucap dennis pada sisi.
" Iya iya.. makasih ya.." Ucap sisi tersenyum.
Setelah itu dennis pergi kembali ketempat duduknya, karena pelajaran akan dimulai.
Sisi melihat kea rah tempat duduk ita lagi. Ia baru menyadari bahwa sahabatnya itu tidak datang sekolah karena dia terlalu focus pada geng tessa. Dia pun merasa khawatir mengapa sahabatnya itu tidak datang sekolah. Dia jadi kepikiran apakah itu semua salahnya, karena dia telah mengabaikan sahabatnya itu. Dia juga berpikir apakah ini disebabkan oleh pertengkaran mereka yang terjadi semalam?. Sisi pun menggarut kepalanya,.. dia pusing.
Ia berencana ingin menghubungi ita dengan handphonenya, dia beranjak dari tempat duduknya menuju kamar mandi. Saat dia sudah tiba di pintu, ia melihat guru sudah datang menuju kelasnya. Dia pun kesal dan segera kembali ketempatnya duduknya. Dia mengambil handphonenya dan mengecek wa ita. Ia mengirim pesan, tetapi hanya centang 1. Sisi pun khawatir pada ita. Ia berencana akan menghubungi ibu ita saat istrahat sekolah saja.