Hannah meremas telapak tangannya dengan gugup, dan berkata dengan nada tenang, "Aku akui bahwa aku bukan orang yang pintar, dan aku tidak dapat memikirkan cara yang baik untuk membujuk Erlangga menceraikanku. Jika aku ingin menceraikannya aku hanya bisa bersikeras untuk bercerai. Erlangga tahu bahwa aku sedang hamil, dia takut akan ada sesuatu yang salah denganku, jadi dia hanya bisa menyetujuinya pada akhirnya. "
"Apanya yang bukan orang pintar? Aku pikir metodemu sangat pintar. Kamu ingin Erlangga membenciku." Kakek Candra mendengus dingin, dan matanya yang tegas melihat Hannah, ada paksaan yang kuat terpancar dari tubuhnya. Dia sedikit kehabisan napas.
Dia ingat ketika Erlangga datang ke rumah sakit dua hari lalu untuk memberitahunya tentang perceraian, dia juga mengatakan bahwa dia sedikit berbeda. Hatinya seperti diisi spons, dan jantungnya terasa berat, bahkan dia merasa sulit bernapas.
