"Kamu… matikan lampunya." Hannah berkata dengan wajah tersipu.
Cahaya di kamar itu terlalu terang, Hannah merasa sangat malu ...
"Tidak." Erlangga menolak bahkan tanpa memikirkannya, dia menundukkan kepalanya dan mencium bibirnya, menghembuskan nafas hangat dalam perpaduannya, dan berkata dengan suara rendah, "Aku telah begitu lama tidak melihatmu seperti ini lagi. Ini akan memakan waktu lebih dari seminggu untuk melihatmu lagi setelah malam ini. Aku ingin mengingat penampilan mekar indahmu di bawahku, jadi jangan menolak."
Perkataan Erlangga membuat pipi Hannah yang sudah memerah menjadi lebih merah, tapi dia tidak bisa mengucapkan kata-kata untuk menolak, tangannya dengan erat menggenggam tepi selimut, matanya tertutup lapisan kabut, dan bulu mata yang tebal dan keriting bergetar seperti sayap kupu-kupu.
