Chereads / YOUR PERFECT / Chapter 2 - BAB 2 - PINDAH

Chapter 2 - BAB 2 - PINDAH

William seketika menghentikan kegiatannya setelah mendengar apa yang Yohanna katakan

"Kamu benar-benar akan pindah?" tanyanya kaget

"Ya… seperti yang kamu tahu, aku tidak cocok dengan lingkungan ini"

"Bukankah aku sudah bilang, aku akan menjagamu" William sangat serius saat mengatakan itu, anak laki-laki itu kini berusia 19 tahun berwajah tampan dan berbadan sangat tinggi

"Will, kamu sebentar lagi akan meninggalkan tempat ini juga kan?" tanya Yohanna "Bukankah orang tuamu sudah mengatur dimana kamu akan melanjutkan universitas?" lanjut Yohanna

William memang sudah mengatakan itu beberapa hari yang lalu, tapi dia sudah jelas menolak rencana orang tuanya itu

"Jangan membantah orang tuamu lagi. Mereka akan semakin tidak menyukaiku karena kamu menjadi pemberontak sejak bermain denganku" ujar Yohanna sembari menepuk bahu William yang masih terdiam

"Kemana kamu akan pindah? Kota mana? Negara mana?" tanya William penasaran

"Kota dimana Ayah dan Ibuku bertemu" jelas Yohanna "Jangan coba-coba mengikutiku" Ancam Yohanna sembari melotot

Itu adalah pertemuan terakhir mereka berdua, bahkan mereka benar-benar tidak mengucap perpisahan.

Yohanna menatap lekat tempat tinggal William saat mobil yang dia naiki menuju Bandara lewat di depan Mansion itu, berharap bisa melihat William satu-satunya teman yang dia miliki saat berada disini.

James Wilson melihat itu tapi tidak mengatakan apapun, dia mengetahui jika selama ini anak perempuannya menjadi sangat akrab dengan putra pertama dari keluarga Scott yang menjadi incaran para keluarga Bangsawan lainnya untuk menjadi menantu. Tapi banyak orang menyadari bahwa mata William Scott hanya tertuju pada Yohanna Wilson seorang.

Karena itulah James membawa Putrinya pergi untuk menghindari masalah di masa depan.

***

"Ayah sudah mendaftarkanmu ke sekolah baru, besok kamu sudah bisa belajar di sekolah umum seperti maumu" jelas James Wilson saat melihat putrinya hanya bisa menghabiskan waktu di rumah setelah mereka pindah

"Bolehkah aku mengunjungi Ibuku?" tanya Yohanna

"Lakukan itu saat liburan musim dingin" jawab James "Sekarang masih banyak orang suruhan Kakekmu yang sedang mengawasi kita" lanjutnya lalu meletakkan coklat hangat di meja

"Aku membencimu" gumam Yohanna lalu beranjak masuk ke dalam kamarnya

Yohanna memang tidak dekat dengan Ayahnya, dari kecil dia lebih banyak menghabiskan waktu dengan Neneknya. Karena Ayahnya lebih memilih menghabiskan waktu di Militer.

Sudah lebih dari dua bulan Yohanna berada di sekolah baru tapi tak satupun teman yang dia miliki, Yohanna menutup diri dan tidak mencoba berteman dengan siapapun

"Hai Yohanna… kamu ingin bergabung dengan kelompok kami untuk tugas berikutnya?" tanya seorang gadis berambut pirang sembari mendekati Yohanna saat mereka selesai mengerjakan tugas Biologi di laboratorium sekolah

"Terima kasih, sepertinya aku akan mengambil kelas private dan tidak akan masuk sekolah lagi" jelas Yohanna lalu pergi meninggalkan mereka setelah melambaikan tangan

"Hmmm… tuan putri itu sulit sekali di dekati" keluhnya lalu mendapat tepukan semangat di bahunya oleh salah satu temannya

"Aku rasa dia sulit beradaptasi dengan dunia luar setelah bertahun-tahun terkurung dalam castle" sahut salah satu dari mereka

"Yohannaa…" Panggil seorang murid laki-laki sembari lari menghampiri Yohanna yang hendak memasuki ruang aula Konfrensi karena ada acara sekolah.

"Aku rasa bukumu tertinggal di perpustakaan kemarin" katanya kemudian menyodorkan sebuah buku pada Yohanna

"Itu milik perpustakaan" jawab Yohanna singkat lalu masuk ke dalam ruangan Aula terlihat mulai banyak murid yang sudah datang, lalu memilih tempat duduk di bagian yang masih terlihat longgar tapi murid laki-laki itu tidak menyerah dan mengikutinya lalu duduk di sebelah Yohanna

"Mau makan siang bersama?" tanyanya lagi

"Aku tidak terbiasa makan di kantin" jawab Yohanna enggan

"Kita bisa makan di restoran dekat sekolah" ajaknya lagi

"Aku tidak bisa makan makanan luar dan selalu makan makanan yang selalu kubawa dari rumah" jelas Yohanna sedikit mengerutkan keningnya merasa tidak nyaman

"Hei Bro… Jangan mendesaknya, dia terlihat tidak nyaman" sela suara seorang murid laki-laki lain yang ada di belakang mereka membuat murid laki-laki yang tadi terus berbicara pada Yohanna akhirnya terdiam lalu pergi meninggalkan Yohanna dengan ekspresi wajah canggung.

"Berilah jawab Tegas agar tidak terus di ganggu" lanjut suara itu tapi Yohanna tidak berniat menoleh ke belakang untuk melihat siapa yang berbicara itu tapi dia yakin kalimat itu dia tujukan untuknya.

"Huh… setidaknya ucapkan terima kasih" gumam suara itu lagi yang masih bisa terdengar jelas oleh Yohanna yang kini memilih membuka buku yang di tinggalkan oleh murid laki-laki tadi, tertulis namanya di belakang buku tersebut sebagai peminjam terakhir.

Yohanna tidak pernah menyadari bahwa seseorang yang berada di belakangnya benar-benar tidak melepaskan pandangannya dan terus memperhatikannya. Orang yang mungkin akan menjadi masa depannya.

***

"Bagaimana sekolahmu? Apakah menyenangkan belajar di sekolah umum?" tanya James melihat putrinya pulang sedikit terlambat dari biasanya

"Aku ingin private school" ujar Yohanna terlihat datar

"Bukankah kamu dari dulu ingin belajar di sekolah dan bertemu banyak teman?"

"Itu dulu saat kalian terus mengurungku, sekarang aku tidak menginginkan itu lagi" elak Yohanna dingin lalu menatap Ayahnya

"Kamu merasa seperti itu? Seperti dikurung?" tanya James linglung mendengar pengakuan putrinya

"Biarkan aku pergi menemui Ibuku, jika tidak aku akan kabur dan kamu tidak akan pernah melihatku lagi" Ancam Yohanna

"Apa kamu tidak bahagia tinggal bersama Ayah?" tanya James lagi yang mengira semua akan membaik dan memberi putrinya kebebasan setelah mereka pindah

Tapi Yohanna tidak menjawab pertanyaan Ayahnya dan memilih masuk ke dalam kamarnya, Yohanna merasa bersalah saat melihat wajah kecewa Ayahnya setelah mendengar kata-katanya.

Setelah sekian lama, akhirnya dia menangis terisak sendiri di dalam kamarnya. James yang hendak mengetuk pintu kamar putrinya itu terhenti setelah mendengar suara isak tangis dari dalam kamar.

James dengan berat menyetujui permintaan Putrinya, dia sadar apa yang dilakukannya pasti mempunyai konsekuensi yang sangat besar jika Yohanna tidak kembali.

Keluarga terutama Ayahnya pasti akan sangat marah padanya karena membiarkan Yohanna menemui Ibunya.

Tuan Besar dan Nyonya Besar Wilson sangat menyayangi Yohanna putrinya itu, terutama Ibunya yang memang sejak Yohanna bayi dialah yang merawat dan lebih banyak menghabiskan waktu dengan Yohanna.

Sedangkan Tuan Besar Wilson yang terlihat sangat tegas itu tetap akan berubah pendirian jika menyangkut hal tentang Yohanna, bahkan keputusan mereka pindah tidak luput dari pengaruh Yohanna.

Jika sampai Yohanna pulang ke rumah ibunya dan tidak kembali, kedua orang tuanya pasti akan sangat murka. Tapi karena ingin menebus semua waktu yang tidak hilang, James membiarkan Yohanna pergi menemui Ibunya.

"Tetap awasi dan lindungi putriku" itulah yang dia katakan melalui ponselnya saat mengantar Yohanna ke bandara

~~~

Yohanna ingat kata-kata Ayahnya bahwa dia memiliki dua saudara laki-laki, seorang kakak dan kembarannya.

Setelah tiba di bandara Negara K, Yohanna melihat ke sekeliling mencari apakah akan ada yang menjemputnya di Bandara.

Lalu terlihat papan nama tertulis nama Yohanna/Han Yoona di pegang seorang pemuda dengan mata sipit dan di sampingnya seorang wanita parubaya yang juga tengah melihat ke sekeliling dengan wajah khawatir

"Ibu…" panggil Yohanna yang kini berdiri di depan wanita itu terlihat sangat jelas matanya sudah dipenuhi dengan air mata yang sudah siap untuk tumpah

Tanpa mengatakan appapun wanita itu segera memeluk Yohanna dengan isak tangisnya

"Putriku… putriku… akhirnya kamu pulang" gumamnya sembari memeluk erat Yohanna yang mematung sementara pemuda itu mengelus lembut kepalanya dengan senyum lega

"Ibu biarkan Yoona istirahat dulu, besok Ibu bisa menghabiskan waktu dengannya lebih lama" kata Henry saat melihat Han Jin Na Ibunya terus berada di sebelah Yohanna seakan takut putrinya tiba-tiba menghilang darinya lagi

"Sebentar lagi, biarkan ibu melihatnya sebentar saja" gumam Han Jin Na

"Ibu, bisakah ibu menemaniku tidur malam ini?" tanya Yohanna tidak tega melihat Ibunya "Aku tidak terbiasa dengan tempat baru, aku takut terjaga sepanjang malam" lanjutnya lembut membuat Ibunya tersenyum bahagia

Walaupun ini pertama kali Yohanna bertemu dengan Ibunya, itu tidak membuatnya canggung ataupun merasa asing.

Yohanna merasa sangat nyaman tinggal di rumah Ibunya, dia akan tersenyum saat bangun di pagi hari. "Ini adalah sebuah keluarga yang sesungguhnya" gumamnya dengan senyum

"Selamat pagi Ibu…" sapanya saat melihat Ibunya sibuk membuat sarapan di dapur